Kunjungan Presiden Brazil ke Jerman, Upaya Baru Memulai Kerja Sama
Untuk pertama kalinya setelah 8 tahun, presiden Brasil berangkat ke Jerman sejalan dengan proses penguatan hubungan antara Amerika Latin dan negara-negara besar Eropa. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka memperkuat dan meningkatkan hubungan politik dan perdagangan kedua negara.
Lula da Silva, yang memenangkan pemilihan umum presiden Brasil dengan slogan "Brasil kembali ke lingkaran internasional dan tidak ingin lagi ditolak", kini berusaha meningkatkan hubungan negaranya dengan negara-negara lain.
Da Silva, yang memimpin Mercosur (blok perdagangan terbesar di Amerika Selatan) dan juga dianggap sebagai salah satu anggota penting BRICS (terdiri dari negara-negara kekuatan ekonomi baru), berusaha untuk meningkatkan hubungan Brasil dengan Jerman, negara terpenting di Uni Eropa dan ekonomi terbesar di Eropa, serta anggota kelompok G-7.
Mercosur merupakan blok ekonomi terbesar kelima di dunia, yang dapat menjalin kerja sama luas dengan Uni Eropa. Sekalipun demikian, kesepakatan antara Mercosur dan Uni Eropa telah terhenti selama bertahun-tahun karena adanya penolakan dari beberapa anggota UE seperti Prancis.
Namun negara-negara seperti Jerman berupaya memperluas hubungan dengan Mercosur dan anggota utamanya, seperti Brasil.
Sejak menjabat pada akhir tahun 2021, Kanselir Jerman Olaf Scholz selalu berupaya memperluas hubungan Berlin dengan Brasil.
Statistik yang dipublikasikan menunjukkan bahwa ekspor Jerman ke Brasil hanya tumbuh sebesar tiga persen dalam 10 tahun terakhir.
Menurut laporan Komite Perdagangan Jerman di Amerika Latin, angka untuk Amerika Serikat dan Cina masing-masing adalah 38 dan 87 persen.
Oleh karena itu, kini Jerman berusaha lebih keras untuk memperluas hubungannya dengan negara-negara seperti Brasil dalam dimensi ekonomi.
Sekaitan dengan hal ini, Lukas Kohl, anggota parlemen senior dari Partai Demokrat Bebas (FDP) mengatakan, Perjanjian perdagangan bebas memberikan akses ke pasar baru yang khususnya dapat dimanfaatkan oleh perekonomian Jerman yang berorientasi ekspor.
Untuk pertama kalinya setelah 8 tahun, presiden Brasil berangkat ke Jerman sejalan dengan proses penguatan hubungan antara Amerika Latin dan negara-negara besar Eropa. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka memperkuat dan meningkatkan hubungan politik dan perdagangan kedua negara.
Para pejabat Jerman berharap bahwa negosiasi antara Jerman dan Brasil akan menghasilkan perjanjian perdagangan yang cepat antara Uni Eropa dan Mercosur.
Seperti yang dikatakan oleh juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman, Kami mendukung perjanjian tersebut dan kami berupaya mewujudkannya, dan kami juga ingin menyelesaikannya dengan sangat cepat.
Meskipun para pejabat Jerman dan Brasil berharap untuk mengembangkan hubungan ekonominya, mereka mempunyai banyak perbedaan pendapat mengenai sikap politik.
Mengenai perang di Ukraina, da Silva mengusulkan pembentukan sekelompok negara untuk merundingkan perjanjian damai dan ingin mengakhiri perang ini.
Namun Jerman bukan saja tidak menerima tawaran Brasil, tapi justru tetap mendukung Ukraina dalam perang ini.
Dalam hal ini, da Silva secara resmi menyatakan penolakannya terhadap pengiriman senjata ke Ukraina dan menyatakan bahwa dunia perlu bekerja demi perdamaian.
Selain itu, dengan dimulainya babak baru serangan rezim Zionis di Gaza, Brasil telah mengambil sikap anti-Israel.
Da Silva mengatakan beberapa waktu lalu, Israel melakukan tindakan teroris terhadap warga Palestina dengan tidak mempertimbangkan bahwa anak-anak dan perempuan tidak terlibat dalam perang. Hal ini terjadi ketika pihak berwenang Jerman membela posisi Israel.
Posisi yang tidak selaras antara Jerman dan Brasil, dalam beberapa masalah internasional yang paling penting, telah membayangi upaya para pemimpin kedua negara untuk memperluas hubungan ekonomi bilateral dan regional.
Oleh karena itu, hasil yang diharapkan pemerintah Brasil dan Jerman dari kunjungan pertama Presiden Brazil ke Jerman dalam delapan tahun terakhir mungkin tidak akan tercapai.(sl)