Des 30, 2023 16:46 Asia/Jakarta
  • Joe Biden
    Joe Biden

Perkembangan di AS selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti; Majalah Politik AS Nilai Kebijakan Luar Negeri Biden Tahun 2023 Gagal.

Masih ada isu-isu lain dari Amerika di antaranya adalah;

  • Media AS: Washington Khawatir Menyerang Ansarullah Yaman
  • Jurnalis Ungkap Plot Jahat AS dalam Ledakan Nord Stream
  • New York Times: Tak Ada Tanda-Tanda Militer Hamas Runtuh
  • Trump Gagal di Uji Kelayakan di Negara Bagian Maine
  • Tidak Ada Transparansi dalam Bantuan Senjata AS kepada Israel

Majalah Politik AS Nilai Kebijakan Luar Negeri Biden Tahun 2023 Gagal​

Sebuah majalah politik Amerika dalam laporannya menggambarkan kebijakan luar negaranya yang dipimpin Joe Biden pada tahun 2023 telah gagal.

Majalah politik Amerika Serikat, Responsible State Craft, yang diterbitkan oleh Quincy American Institute dalam laporannya hari Selasa menyebut kebijakan luar negeri Presiden AS Joe Biden pada tahun 2023 telah gagal.

joe

Joe Biden

Media politik Amerika ini menilai kebijakan luar negeri pemerintahan Biden tahun ini penuh dengan kerugian bagi negara ini, sehingga tidak mengharuskan presiden Amerika Serikat untuk menyombongkan diri, apalagi menjelang pemilu presiden negara ini yang semakin dekat pada tahun 2024.

Menurut majalah ini, pemerintahan Biden tidak hanya membakar reputasi Amerika dalam hal hak asasi manusia dan hukum internasional, tetapi juga mengaitkan negara ini dengan kejahatan perang yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina.

Majalah Amerika ini melaporkan bahwa Biden telah menetapkan kebijakan luar negerinya pada tahun 2023 dengan ketergantungan berlebihan pada alat militer dan sedikit upaya dalam interaksi diplomatik, dan masalah ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa masyarakat tidak menyetujui kepemimpinan Biden dalam kebijakan luar negeri.

Jajak pendapat mengenai pemilu di Amerika Serikat baru-baru ini menunjukkan bahwa popularitas presiden negara tersebut turun hingga 40 persen pada bulan lalu, yang menandakan peluangnya untuk memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2024 sangat kecil.

Berdasarkan hasil jajak pendapat tersebut, posisi Joe Biden kini jauh lebih lemah di segala bidang dibandingkan saat ia memenangkan pemilu presiden AS pada tahun 2020.

Faktor terpenting dalam menurunnya popularitas Biden adalah inflasi, kekhawatiran mengenai usia dan kesehatannya, serta sikapnya terhadap serangan rezim Zionis tasarga Palestina, yang menyebabkan pemilih muda Amerika menjauhi Biden di bidang politik.

Media AS: Washington Khawatir Menyerang Ansarullah Yaman

Surat kabar Amerika Serikat, menulis, Washington, membalas serangan kelompok perlawanan di Irak dan Suriah, ke pangkalan-pangkalan militernya, tapi sampai sekarang belum juga menyerang Yaman, padahal mengaku akan melakukannya.

New York Times, Sabtu (23/12/2023) melaporkan, dalam satu bulan terakhir, Ansarullah Yaman, telah melancarkan lebih dari 100 serangan ke kapal-kapal di Laut Merah, sehingga melumpuhkan pelayaran di sana.

Image Caption

AS dan sekutunya dalam koalisi baru yang dibentuk dengan dalih melindungi kapal-kapal di Laut Merah, mempertimbangkan untuk melancarkan serangan militer terhadap Ansarullah Yaman.

Menurut NY Times, setelah mengklaim menembak jatuh drone, mengerahkan kapal perang dan membentuk satuan tugas untuk menghadapi Ansarullah, satu-satunya yang belum dilakukan AS, adalah menyerang kelompok perlawanan Yaman itu.

Koran Amerika Serikat, ini menjelaskan kekhawatiran yang mendalam dari pemerintah Gedung Putih, untuk melancarkan serangan terhadap Ansarullah Yaman.

Salah satu alasan kekhawatiran itu adalah kemungkinan gagalnya kesepakatan gencatan senjata Arab Saudi, dan Ansarullah Yaman, yang sudah berlaku sejak 2022 meski belum formal.

Pemerintah Presiden Joe Biden, juga sangat khawatir jika serangan militer langsung ke Yaman, dilakukan, maka perang di Gaza, dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas di kawasan Asia Barat.

"Serangan langsung ke Ansarullah Yaman, dapat berubah dengan cepat menjadi aksi saling balas antara kapal perang AS, dan Ansarullah, bahkan dapat menyeret Iran, lebih jauh ke dalam konflik," kata NY Times.

Jurnalis Ungkap Plot Jahat AS dalam Ledakan Nord Stream

Seorang jurnalis Amerika mengatakan fakta lain tentang ledakan di jaringan pipa Nord Stream bahwa pemerintah Amerika mencoba meracuni Kanselir Jerman dengan mengatur ledakan ini. ​

Pipa gas bawah air Nord Stream 1 dan 2, yang dibangun untuk mengangkut 110 miliar meter kubik gas Rusia ke Eropa setiap tahunnya, meledak pada 27 September 2022 dalam sebuah insiden mencurigakan yang dinyatakan Rusia sebagai operasi teroris oleh Barat.

Image Caption

Serangan serentak terhadap pipa Nord Stream 1 dan 2 menyebabkan penurunan tekanan dan kebocoran gas di Laut Baltik.

Russia Today melaporkan, Seymour Hersh, seorang jurnalis investigasi Amerika yang sejauh ini telah beberapa kali mengungkap peran pemerintah AS dalam ledakan pipa transmisi gas Nord Stream mengumumkan bahwa tujuan utama Washington melakukan ledakan ini supaya pemerintahan Jerman untuk tidak mundur dalam mendukung Ukraina dalam perang dengan Rusia.

Sebelumnya, pada tanggal 8 Februari 2023, jurnalis Amerika ini menerbitkan laporan pengungkapan pertamanya tentang ledakan di jaringan pipa Nord Stream. Ia mengungkapkan bahwa pada bulan Juni 2022, penyelam Amerika, di bawah perintah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan dengan dukungan Norwegia, menempatkan bahan peledak di bawah pipa aliran Nord Stream 1 dan 2, dan Norwegia meledakkan bom tiga bulan kemudian.

Jaringan pipa Nord Stream adalah jalur ekspor gas Rusia yang melewati Laut Baltik.

Rutenya melewati zona ekonomi eksklusif Rusia, Finlandia, Swedia, Denmark dan Jerman, serta melalui wilayah perairan Rusia, Denmark dan Jerman.

New York Times: Tak Ada Tanda-Tanda Militer Hamas Runtuh

Surat kabar Amerika Serikat, menganalisa kemampuan Hamas, dan menyebut target Israel, untuk melenyapkan kelompok perlawanan ini sebagai khayalan.

Koran New York Times, Rabu (27/12/2023) melaporkan tentang keraguan-keraguan seputar kemampuan Israel, untuk memusnahkan gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Image Caption

Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu, berulangkali menegaskan perang Gaza, tak akan dihentikan selama target melenyapkan Hamas, belum tercapai.

Sementara itu, pemerintah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mendesak Israel, melalui utusan-utusannya supaya mengarahkan manuvernya ke tahap yang lebih ringan, dan terarah, dalam perang Gaza.

Dalam artikel yang ditulis Neil MacFarquhar, New York Times, menulis, "Para pengkritik dari dalam dan luar Israel, mempertanyakan apakah keinginan untuk menumpas Hamas, sebuah organisasi dengan akar yang dalam ini, masuk akal atau tidak."

Seorang mantan penasihat keamanan internal Israel, dalam wawancara dengan surat kabar New York Times, menyebut target Israel, untuk menumpas Hamas, sebagai target yang tidak jelas.

Menurut MacFarquhar, para analis mengatakan hasil paling optimal yang mungkin dicapai Israel, adalah melemahkan kemampuan militer Hamas, sehingga tidak bisa mengulang serangan seperti tanggal 7 Oktober lalu.

Akan tetapi, imbuhnya, tujuan semacam ini juga akan tergantung pada upaya-upaya keras, dan melelahkan bagi Israel.

Trump Gagal di Uji Kelayakan di Negara Bagian Maine

Nama Donald Trump dihapus dari surat suara pemilu tahap pendahuluan pilpres Amerika tahun 2024 di negara bagian Maine.

Menurut laporan FNA, staf pemilu negara bagian Maine menghapus nama Donald Trump dari kertas suara babak pendahuluan pilpres 2024.

Shenna Bellows, Menteri Dalam Negeri Maine dari kubu Demokrat, merilis perintah diskualifikasi Trump pada hari Kamis.

Melalui keputusan ini, negara bagian Maine menjadi negara bagian kedua Amerika setelah Colorado yang mengambil langkah ini.

Donald Trump

10 hari yang lalu, Mahkamah Agung Colorado memutuskan menentang Trump. Meskipun demikian, Menteri Dalam Negeri Colorado mengatakan bahwa karena Partai Republik di negara bagian tersebut telah merujuk keputusan Mahkamah Agung Colorado ke Mahkamah Agung AS, nama Trump akan dicantumkan dalam pemungutan suara di pemilihan pendahuluan minggu depan (5 Januari 2024).

Kelompok-kelompok yang kritis terhadap Trump mengatakan mereka ingin menggunakan Pasal 3 Amandemen ke-14 Konstitusi untuk mencegah Donald Trump mencalonkan diri.

Bagian undang-undang ini, yang disahkan selama Perang Saudara Amerika, menyatakan bahwa siapa pun yang bersumpah untuk menegakkan Konstitusi AS dan jika ia "menghasut kerusuhan atau pemberontakan" maka akan dilarang untuk dipilih kembali untuk jabatan di pemerintah federal.

Klausul ini telah digunakan untuk mendiskualifikasi ribuan kandidat dari Amerika Serikat (sebuah kesatuan dari sebelas negara bagian selatan antara tahun 1861 dan 1865).

Meskipun demikian, sejak tahun 1919, Pasal 3 Amandemen ke-14 Konstitusi AS hanya digunakan dua kali, sementara para ahli mengatakan bahwa nada ambigu dari klausul hukum ini tidak mencakup mantan presiden.

Para pengkritik Trump menilai tindakannya pada 6 Januari 2021 adalah contoh provokasi kerusuhan dan pemberontakan.

Pada tanggal 6 Januari 2021, para pendukung Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat, menyerang Kongres negara ini untuk mencegah pengukuhan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden terakhir.

Tidak Ada Transparansi dalam Bantuan Senjata AS kepada Israel

Koran The Guardian dalam laporannya seraya mengisyaratkan bahwa Israel memanfaatkan sejumlah besar amunisi yang dibutuhkannya untuk perang di Jalur Gaza dari gudang senajta AS, menulis, tidak ada transparansi terkait bantuan senjata AS kepada Israel.

Menurut laporan IRNA pada hari Rabu (27/12/2023); Lokasi persediaan senjata Amerika yang sangat besar, yang telah lama tidak diketahui, kini berada di bawah pengawasan dan diselidiki ketika tekanan meningkat pada pemerintahan Joe Biden atas dukungannya terhadap rezim Zionis dalam serangan di Jalur Gaza.

Lokasi pasti gudang-gudang ini dirahasiakan, namun di wilayah pendudukan terdapat beberapa gudang bernilai miliaran dolar milik pemerintah Amerika, yang dilindungi dengan hati-hati.

Image Caption

Bagian dari gudang senjata Amerika di wilayah pendudukan pertama kali didirikan pada tahun 1980an, dan tujuannya adalah untuk segera memasok kebutuhan senjata pasukan Amerika dalam konflik di masa depan di Asia Barat, namun seiring berjalannya waktu, rezim Zionis dalam beberapa kasus khusus diizinkanuntuk menggunakan amunisi amunisi tersebut dalam jumlah besar.

Beberapa pejabat Amerika yang akrab dengan bantuan keamanan Amerika kepada rezim Zionis telah menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan Guardian bahwa gudang-gudang ini dapat menjauhkan pemindahan senjata dari pengawasan publik dan kongres.

Isi lengkap dari persediaan yang telah ditentukan sebelumnya, yang dikenal sebagai Cadangan Perang untuk Sekutu-Rezim Israel (WRSA-I), belum diungkapkan kepada publik, meskipun mantan pejabat AS mengatakan Pentagon melaporkan kepada Kongres setiap tahun tentang apa yang ada dalam persediaan tersebut, tulis Guardian.

Para analis pertahanan mengatakan tidak ada kejelasan mengenai volume dan kuantitas senjata yang disediakan AS untuk Israel, namun ada satu transfer dari WRSA-I pada bulan Oktober ketika situs web Axios melaporkan bahwa pemberian peluru artileri 155mm oleh Amerika kepada Tel Aviv terungkap. Amunisi terarah yang ditujukan untuk operasi darat Israel di Gaza disimpan dalam jumlah besar di WRSA-I.

Gedung Putih saat ini tengah berusaha mengurangi lebih besar undang-undang mengenai WRSA-I.

Brian Finucane, mantan penasihat hukum Departemen Luar Negeri AS, mengatakan rezim Israel mempunyai banyak pengecualian di perlindungan normal dalam kemitraan pertahanannya dengan AS, dan "jalan pintas apa pun yang memicu konflik di Timur Tengah harusnya mengkhawatirkan."

Sementara itu, Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia Palestina, mengkritik rezim Zionis karena menargetkan warga sipil dan rumah sakit dalam percakapan dengan saluran TV Al Jazeera.

Albanese mengatakan, Israel menggunakan amunisi yang bertujuan untuk menimbulkan kehancuran besar-besaran; Dalam lebih dari 80 hari, rezim Zionis menggunakan begitu banyak amunisi di Gaza yang setara dengan lebih dari dua bom nuklir.

Pelapor khusus PBB untuk urusan hak asasi manusia Palestina menambahkan bahwa niat Israel dengan menargetkan rumah sakit dan menangkap staf medis di Gaza menunjukkan genosida di wilayah tersebut.

 

Tags