Feb 03, 2024 17:13 Asia/Jakarta
  • Sistem pertahanan udara AS, Patriot.
    Sistem pertahanan udara AS, Patriot.

Dalam beberapa hari terakhir, Amerika Serikat diwarnai dengan sejumlah informasi penting tertamasuk serangan terhadap tentera negara ini di Yordania.

Media Amerika Serikat, mengabarkan sistem pertahanan udara Amerika Serikat, di Yordania, tidak mampu mengidentifikasi drone penyerang.

Wall Street Journal, Senin (29/1/2024) melaporkan, sistem pertahanan udara di pangkalan militer Amerika Serikat, di Yordania, mengira drone kamikaze yang menyerang pangkalan itu sebagai pesawatnya sendiri.


Mengutip pejabat Gedung Putih, koran AS, ini menjelaskan, serangan terbaru ke pangkalan militer AS, di timur laut Yordania, disebabkan kegagalan sistem pertahanan udara mencegat drone-drone penyerang.


Menurut Wall Street Journal, para pejabat Gedung Putih, meyakini bahwa sistem pertahanan udara AS, di Yordania, salah mengidentifikasi drone penyerang sebagai pesawatnya sendiri.


Wall Street Journal juga menerangkan bahwa masuknya dua drone secara bersamaan ke pangkalan militer AS, di Yordania, membuat bingung sehingga berujung dengan salah identifikasi, dan tidak adanya tindakan.


Pangkalan militer AS, Tower 22 di Yordania, berada di jalur strategis yang menghubungkan perbatasan Yordania, Irak dan Suriah. Selain itu, Tower 22, saat serangan pesawat tanpa awak terjadi, dilindungi oleh sistem pertahanan udara Patriot.


Di sisi lain, pemerintah Gedung Putih, pada hari Senin sore mengumumkan bahwa AS, tidak ingin terlibat perang dengan Iran, atau meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Barat. 

 

Tentara AS yang Terluka dalam Serangan Drone di pangkalan Militer AS Tembus 40 Orang

Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) mengumumkan penambahan jumlah korban luka dalam serangan drone di pangkalan militer AS menjadi lebih dari 40 orang.​

Wakil Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS, Sabrina Singh kepada wartawan hari Senin (29/1/2024) menyatakan bahwa jumlah tentara Amerika Serikat yang terluka dalam serangan pesawat tak berawak di pangkalan militer AS di Yordania telah meningkat menjadi lebih dari 40 orang.

Peningkatan jumlah tentara Amerika yang terluka terjadi ketika Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden AS Joe Biden bertemu dengan anggota tim keamanan nasionalnya untuk membahas perkembangan terbaru terkait serangan terhadap pasukan AS di timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah.

Menurut laporan, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan; Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, Direktur Intelijen Nasional AS, April Haynes; Ketua Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jeff Zients; Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, John Feiner; Penasihat Keamanan Dalam Negeri AS, Liz Sherwood Randall; dan Penasihat Presiden AS Urusan Timur Tengah, Brett McGurk hadir dalam pertemuan ini.

CNN hari Minggu melaporkan bahwa dalam serangan pesawat tak berawak di sebuah pangkalan Amerika di Yordania menyebabkan tiga tentara Amerika tewas dan 25 lainnya terluka.

CENTCOM juga membenarkan masalah tersebut.

Gedung Putih: Kami Tak Ingin Perang Lebih Luas dengan Iran

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, mengatakan bahwa Washington, tidak ingin terlibat perang lebih luas dengan Iran.

John Kirby, Senin (29/1/2024) kepada stasiun televisi NBC News menyampaikan hal ini setelah serangan drone ke pangkalan militer AS, di Yordania, yang menewaskan tiga tentara Amerika.

Ia menuturkan, pemerintah Gedung Putih, meyakini bahwa sebuah pesawat tanpa awak menyerang pasukan Amerika Serikat, di pangkalan militer negara ini di Yordania.

Pejabat militer AS, Minggu malam mengabarkan tiga tentara negara ini tewas, dan 34 lainnya terluka dalam serangan drone ke pangkalan militer AS di Yordania.

Pusat Komando Militer AS di Timur Tengah, CENTCOM, mengonfirmasi terbunuhnya tiga tentara AS, dalam serangan sebuah drone ke pangkalan militer AS, di timur laut Yordania.

Di sisi lain, seorang pejabat militer Amerika Serikat, Minggu malam menanggapi serangan drone ke salah satu pangkalan militer AS, di perbatasan Yordania dan Suriah.

Pejabat Amerika Serikat yang tidak mau diungkap identitasnya itu mengatakan, serangan ke pangkalan militer AS, di Yordania, ini belum tentu dilakukan oleh Iran.

Menurutnya, dukungan Iran, atas milisi bersenjata yang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat, bukan berarti bahwa pelaku serangan adalah Iran.

Sanders: AS Sekutu Kejahatan Israel di Gaza

Senator Amerika Serikat Bernie Sanders menyatakan bahwa negaranya menjadi sekutu Israel dalam kejahatan di Gaza, dan Washington harus mengakhiri mimpi buruk ini.

Senator Vermont, Bernie Sanders dalam artikel yang diterbitkan Sabtu malam di situs The Guardian menulis, "Bom dan peralatan militer yang menghancurkan Gaza adalah buatan Amerika. Dengan kata lain, kami terlibat dalam peristiwa ini,".

Menyinggung fakta bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan militer sebesar 3,8 miliar dolar kepada Israel setiap tahunnya, dengan menambahkan, "Washington harus menggunakan pengaruhnya terhadap Benjamin Netanyahu untuk mengubah pendekatannya,".

Sanders meminta pemerintah dan anggota Kongres AS untuk mengakhiri dukungan militer Washington terhadap Israel.

"Jika Netanyahu terus melanjutkan kendali militer atas Gaza, dia harus melakukan ini sendirian dan kami tidak bisa terlibat," tulis Sanders.

Sebelumnya, saluran TV 12 rezim Zionis melaporkan pengiriman baru senjata Amerika telah memasuki wilayah pendudukan yang mencakup puluhan jet tempur F-35, F-15 dan helikopter Apache.

Amerika Serikat telah mengirim setidaknya 230 pesawat dan 20 kapal kargo yang membawa senjata untuk memasok persenjataan militer Israel.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan bahwa jumlah syuhada di Gaza sejak awal perang telah mencapai 25.900 orang dan jumlah korban luka mencapai 64.110 orang.

Amerika dan Inggris Lanjutkan Serangan Udara ke Yaman​

Angkatan bersenjata AS dan Inggris melanjutkan serangan udara ke wilayah utara Yaman.​

Media Yaman, Al-Masira hari Kamis (1/2/2024) melaporkan bahwa wilayah utara provinsi Saada diserang pasukan Amerika Serikat dan Inggris.

Namun media Yaman belum memublikasikan rincian lebih lanjut mengenai serangan ini.

Informasi awal menyebutkan serangan ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Kelanjutan serangan udara Amerika dan Inggris di Yaman terjadi pada saat Abdul Malik Al-Ajri, anggota Biro Politik Gerakan Ansarullah Yaman sebelumnya telah memperingatkan bahwa peningkatan ketegangan dan serangan terhadap Yaman tidak akan pernah menghasilkan solusi terhadap krisis Laut Merah.

Al-Ajri mengatakan,"Eskalasi perang terhadap kami tidak akan menghalangi Yaman untuk melanjutkan dukungannya terhadap Palestina,".

"Serangan Amerika Serikat dan Inggris terhadap Yaman menunjukkan berlanjutnya dukungan mereka terhadap rezim Zionis. Oleh karena itu, Amerika Serikat telah membahayakan keamanan Laut Merah," ujar Al-Ajri.

"Padahal kami hanya menargetkan kapal Israel atau kapal yang membawa barang ke wilayah pendudukan, namun Amerika berupaya memperluas situasi tersebut ke semua kapal," tegasnya.

Menanggapi meningkatnya serangan rezim Zionis di Jalur Gaza, angkatan bersenjata Yaman tidak mengizinkan satu pun kapal Israel dan kapal lain yang bertujuan menuju wilayah pendudukan melewati Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb

AS Jatuhkan Sanksi Baru kepada Iran

Pemerintah Amerika Serikat masih terus melanjutkan pendekatan permusuhannya terhadap Republik Islam Iran, dan kali ini Washington menjatuhkan sanksi terhadap enam individu dan lima lembaga yang memiliki hubungan dengan Tehran.

Seperti dilaporkan IRNA, Departemen Keuangan Amerika Serikat Jumat (2/2/2024) mengklaim, lima perusahaan di Iran dan Hong Kong yang mensuplai suku cadang dan teknologi program rudal balistik dan drone serta agen penjualan produk Iran ke berbagai instansi Cina dikenakan sanksi.

Departemen Keuangan Amerika Serikat juga menyatakan, enam pejabat komandan elektronik dan cyber IRGC juga dijatuhi sanksi karena aktivitas merusak cyber terhadap infrastruktur vital di Amerika Serikat dan berbagai wilayah lain.

Amerika Serikat selama empat dekade terakhir menerapkan banyak kebijakan dan langkah sepihak terhadap Republik Islam Iran dalam berbagaibentuk, seperti sanksi besar-besaran, ancaman militer, meluncurkan propaganda politik dan diplomatik serta perang psikologis.

Meski kebijakan sepihaknya terhadap Iran gagal, tapi Washington masih tetap bersikeras melanjutkan pendekatan ilegal dan melanggar piagam PBBnya ini terhadap Tehran.

Tags