Dampak Mesin Perang AS dan Inggris di Laut Merah
Amerika Serikat dan Inggris terus menciptakan ketegangan dan perang di Laut Merah, meskipun menghadapi keberatan dan peringatan dari negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB.
Pada hari Rabu, 14 Februari, jet-jet tempur Amerika dan Inggris menyerang bagian selatan wilayah segitiga Al-Jah di Beit al-Faqih yang berada di selatan provinsi Al-Hudaydah di Yaman barat. Selain itu, daerah Al-Jabaneh dan Ras Issa di kota Al-Salif di provinsi Al-Hudaydah juga menjadi sasaran jet-jet tempur Amerika Serikat dan Inggris dalam beberapa kali.
Dmitry Polyansky, Deputi Wakil Tetap Rusia untuk PBB dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang Yaman mengatakan bahwa alasan utama krisis saat ini di kawasan adalah operasi militer brutal Israel di Gaza.
Hans Grundberg, Utusan Khusus PBB Urusan Yaman juga menyerukan penghentian konflik di kawasan ini, khususnya Laut Merah.
Serangan pesawat tempur Amerika dan Inggris dilakukan dengan tujuan memberikan tekanan terhadap Yaman guna menghentikan blokade laut yang dikenakan terhadap rezim Zionis.
Selama beberapa pekan terakhir, tentara Yaman menargetkan beberapa kapal Israel, atau kapal yang menuju wilayah pendudukan di Laut Merah dan selat Bab El-Mandeb sebagai bentuk dukungan terhadap perjungan Palestina di jalur Gaza menghadapi rezim Zionis.
Pasukan Yaman berkomitmen tidak akan menghentikan serangan terhadap kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju wilayah pendudukan di Laut Merah, selama rezim Zionis tidak menghentikan agresi militernya di jalur Gaza.
Sejak Oktober 2023, rezim Zionis yang didukung penuh negara-negara Barat, melancarkan pembantaian besar-besaran di Jalur Gaza dan Tepi Barat terhadap rakyat Palestina yang tidak berdaya dan tertindas, serta sikap pasif komunitas internasional dan lembaga-lembaga hak asasi manusia dalam menghadapi kejahatan Israel.
Selama beberapa hari terakhir, Amerika dan sekutu dekatnya, Inggris, tetap melanjutkan tindakan mereka yang menimbulkan ketegangan di Laut Merah dengan menyerang Yaman, meskipun mendapat penentangan dari negara-negara kawasan dan reaksi dari aktivis politik dan kelompok pendukung perdamaian di Barat.
Dalam situasi ini, baik tentara Yaman maupun kekuatan rakyat di Yaman, Ansarullah menegaskan bahwa mereka tidak akan tinggal diam dalam menghadapi genosida dan kejahatan rezim Zionis di Gaza dan akan menyerang sasaran militer AS dan Barat di kawasan.
Mohammed Al-Bukhaiti, Anggota Biro Politik Ansarullah Yaman memperingatkan pihak berwenang Amerika Serikat bahwa Yaman memiliki rudal laut jarak jauh yang dapat ditembakkan dari wilayah mana pun di Yaman dan mencapai sasaran secara akurat.
"Negara-negara agresor yang telah menyaksikan kekuatan militer Yaman menyadari bahwa tangan mereka tidak lagi terbuka di kawasan, dan dalam konfrontasinya, mereka merasakan perkembangan kemampuan tentara Yaman, dan saat ini kita menyaksikan keberhasilan besar pasukan militer Yaman dalam pelaksanaan operasi ini," kata Al-Bukhaiti.
Bertentangan dengan asumsi keliru pemerintah Amerika, kemampuan kelompok perlawanan dan kekuatan militer negara-negara merdeka di kawasan dalam menggunakan peralatan dan taktik militer canggih untuk menghadapi dan menyerang pangkalan dan kapal perang Amerika menyebabkan para agresor terkejut.
Aksi mesin perang Amerika dan Inggris di wilayah tersebut kali ini telah ditanggapi dengan reaksi yang terkoordinasi dan selaras dari kelompok-kelompok perlawanan, dan kekuatan perlawanan di Palestina, Lebanon, Irak dan Yaman, yang telah bereaksi secara luas terhadap tindakan-tindakan penghasut perang yang dilakukan oleh militer Amerika.
Perkembangan-perkembangan baru di kawasan ini menunjukkan bahwa kelanjutan perang akan menimbulkan konsekuensi ekonomi yang luas dan korban jiwa maupun terluka bagi tentara Amerika Serikat. Sebab, pembalasan kekuatan perlawanan akan mengubah pangkalan militer Amerika Serikat menjadi sasaran mereka.(PH)