Perang Global untuk Menghancurkan Institusi Keluarga
(last modified Sat, 23 Mar 2024 08:34:51 GMT )
Mar 23, 2024 15:34 Asia/Jakarta
  • Perang global menyasar institusi keluarga
    Perang global menyasar institusi keluarga

Mempromosikan pola-pola penyimpangan seksual dan mempertanyakan gaya hidup suci (berdasarkan peran institusi keluarga) telah menjadi bagian integral dan nyata dari permainan banyak institusi formal dan informal di Barat.

Sekaitan dengan hal ini, mengubah keburukan hubungan asusila dan bertentangan dengan fitrah manusia dan kemanusiaan menjadi suatu hal yang wajib diikuti sudah menjadi bagian nyata dari rencana permainan para pendukung sekularisme.

Kediktatoran Keyakinan
Di Uni Eropa, negara Hongaria dan Polandia dilarang menerima bantuan keuangan dari Uni Eropa hanya karena tuduhan tidak menerima model arahan Parlemen Eropa mengenai penerimaan gaya hidup kaum homoseksual dan kelompok menyimpang seksual lainnya, dan bahkan menurut bukti dan dokumen yang ada, negara-negara Muslim juga mengalami tekanan dari beberapa organisasi PBB untuk mengakui hak-hak kelompok penyimpangan seksual dan perlunya untuk tidak menghalangi aktivitas bebas mereka.

Saat menggabungkan komponen-komponen permainan ini, kita mendapatkan gambaran yang terdistorsi tapi memiliki tujuan! Ini adalah rencana perang global untuk menghancurkan institusi keluarga, yang telah disiapkan di berbagai lembaga think tank, lembaga resmi dan keamanan Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa dan dilaksanakan dengan cara yang tidak diumumkan tapi nyata.

Pawai gay di Barat

Perang global untuk melawan institusi keluarga dapat dianalisis dari beberapa sudut pandang.

Mengapa Perang?
Pertama, alasan penyerangan terhadap keluarga. Keluarga, sebagai pusat masyarakat manusia yang paling otentik dan utama, merupakan asal muasal utama nilai-nilai fitrah manusia.

Keluarga adalah institusi manusia yang paling bermoral. Keluarga adalah pusat emosi manusia yang paling mengakar dan akrab. Keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan paling otentik. Jika mereka menghilangkan karunia ini dari suatu masyarakat, mereka telah membuat masyarakat tersebut kosong dari orisinalitas, identitas dan spiritualitas.

Perang global menyasar institusi keluarga

Dalam bentuk seperti ini, umat manusia berhadapan dengan “robot” yang menuruti apa pun yang bernilai fiktif dari mereka yang berkuasa. Dunia tanpa moralitas dan spiritualitas adalah ruang yang cocok untuk mengeksploitasi manusia dan menguasai keinginannya.

Ruang Lingkup Perang
Isu kedua adalah ruang lingkup perang ini. Sesuai dengan judulnya, perang ini bersifat global.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika nilai-nilai moral dan spiritual di Barat dibantai dalam bentuk-bentuk seperti Ateisme, Epicureanisme (Hedonisme), dan Nihilisme (Absurdisme), tidak ada yang menyangka bahwa cakupan perang akan meluas sedemikian rupa, sehingga anti-nilai menjadi nilai dan anti-norma menjadi norma yang tersebar luas, dan mencakup semua negara.

Serangan terhadap institusi keluarga melalui penetapan agenda dan dukungan menggoda Barat terhadap pola-pola penyimpangan seksual, tidak ditujukan pada wilayah geografis tertentu. Seperti telah disebutkan, di sini kita sedang menghadapi perang global yang mencakup semua hal yang mana setiap bangsa dan agama ditangani dengan cara tertentu.

Di sini, strategi besar dan panglima perang musuh sama, tapi saluran dan alat yang digunakan mereka dalam menghadapi masing-masing agama, budaya dan bangsa akan berbeda. Di sini kita harus memahami sifat permainan musuh dan komponennya. Artinya membaca peta perang global musuh terhadap institusi keluarga.

Peran Perempuan
Isu ketiga adalah memperhatikan peran perempuan sebagai poros keluarga. Urgensi bahwa bahwa perempuan memegang peranan sentral dalam pusat keluarga, menunjukkan alasan penyerangan terhadap nilai-nilai fitri perempuan dan membuat musuh fokus pada poros kunci tersebut.

Jika perempuan dalam suatu masyarakat kehilangan nilai-nilai fitrahnya, maka mereka tidak lagi mampu memainkan peran konstruktif dalam keluarga, bahkan sebaliknya, justru akan menyebabkan runtuhnya nilai-nilai rumah tangga dan keluarga. Upaya yang meluas dari arus anti-moral di berbagai negara untuk menggunakan perempuan sebagai alat dengan slogan kebebasan dan hak-hak perempuan yang tidak berdasar, berakar pada masalah ini.

Bagaimana Menghadapi?
Isu terakhir berkaitan dengan bagaimana kita menghadapi pernyataan perang resmi yang dilakukan musuh-musuh moralitas dan spiritualitas terhadap institusi keluarga. Bagaimana kita menghadapi, akan dimungkinkan berdasarkan pembacaan yang benar atas peta permainan musuh, tindakan ofensif dan defensif yang efektif dalam menghadapi perang kognitif musuh, dan penciptaan sistem global dengan tujuan melindungi fitrah manusia dan institusi keluarga.

Keluarga dan manusia yang mengakui dan menekankan pola-pola fitrah dan landasan kehidupan moral yang sehat di berbagai belahan dunia, harus menjadi sekutu terlepas dari afiliasi geografis dan agama mereka dan menghindari keterlibatan dalam permainan berbahaya musuh institusi keluarga dan identitas mereka, sehingga mereka dapat mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi mendatang sekaligus menjaga pola hidup sehat bagi diri sendiri dan anak-anaknya.

Salah satu solusi praktis dalam hal ini adalah pembentukan yayasan dan lembaga global untuk perlindungan keluarga oleh negara-negara independen di seluruh dunia.(sl)