Jul 03, 2024 14:10 Asia/Jakarta
  • PM India Narendra Modi dan PM Zionis Benjamin Netanyahu
    PM India Narendra Modi dan PM Zionis Benjamin Netanyahu

Selain tidak mengambil sikap terkait kejahatan Israel di Gaza selama 9 bulan terakhir, India juga memasok senjata kepada Zionis. Sebuah pendekatan tidak manusiawi yang dapat dianalisis dari perspektif ekonomi-militer.

Dalam beberapa hari terakhir, terungkapnya keterlibatan India dengan rezim Zionis dalam genosida warga Palestina di Gaza menarik perhatian dunia. Isu ini pertama kali diungkap oleh surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth.

Menurut Pars Today, India memasok sebagian besar amunisi yang dibutuhkan Tel Aviv dalam perang Gaza.

Mengapa dan bagaimana India bersekutu dengan rezim penjajah Israel?

Melihat sejarah, peralihan kebijakan India dari Palestina ke rezim Zionis terlihat jelas. Pendekatan New Delhi telah berubah dari mendukung negara yang hidup di bawah pendudukan menjadi mendukung penjajah. Dukungan tersebut tidak hanya terbatas pada dimensi politik dan ekonomi saja, tapi juga merambah pada dimensi militer.

Pada tahun 1947, India memberikan suara menentang pembagian Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan merupakan negara non-Arab pertama yang mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai satu-satunya perwakilan sah bangsa Palestina.

Selain itu, India merupakan salah satu negara pertama yang mengakui negara Palestina pada tahun 1988. Meskipun India mengakui rezim Zionis pada tahun 1950, India baru menjalin hubungan diplomatik dengan rezim Zionis pada tahun 1992.

Berbeda dengan masa lalu, India segera memberikan dukungan politik luas kepada rezim Zionis segera setelah perlawanan Palestina melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober. Hanya beberapa jam setelah serangan tersebut, Perdana Menteri India Narendra Modi menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan tersebut, dan Menteri Luar Negeri India mengambil posisi yang sama.

Bertentangan dengan tingginya kecepatan reaksi para pemimpin India dalam mengutuk operasi ini dan diam terhadap genosida terbesar dalam sejarah di Wilayah Pendudukan, mereka tidak mengambil sikap negatif terhadap rezim Zionis dan Modi sering menyebut rekan Zionisnya sebagai “teman saya”.

Keselarasan dengan rezim tidak sah Zionis dan Amerika Serikat berlanjut hingga India menolak memberikan suara mendukung gencatan senjata di Gaza di PBB pada tanggal 27 Oktober.

Pendekatan yang bertentangan dengan posisi organisasi internasional dan negara-negara lain di dunia, termasuk aktor-aktor Eropa, tidak luput dari perhatian para ahli, terutama aktivis politik India.

Abhijit Iyer-Mitra, seorang analis politik India, menulis di saluran X:

“Tuan Modi menolak menerima keberadaan Palestina. Mengekspresikan dukungan terhadap Israel menunjukkan dukungan India terhadap kebebasan Israel untuk mengambil tindakan apa pun yang sesuai dengan kepentingannya.”

 

Media-media India berbahasa Urdu, yang memproduksi sebagian besar konten yang berkaitan dengan Muslim, juga menulis dalam konteks ini bahwa dukungan Modi terhadap rezim Zionis menunjukkan perubahan penting dalam politik Asia Barat.

Sebagai contoh, majalah Urdu Times menulis, Modi mengumumkan bahwa ia mendukung Israel dan ini menunjukkan perubahan dalam kebijakan India yang menarik diri dari isu Israel-Palestina. India selalu bersikap netral dalam hal ini.

Secara keseluruhan, kejahatan keji yang dilakukan oleh Zionis di Jalur Gaza telah memicu perpecahan politik yang mendalam di India. Meskipun Modi mendukung rezim Zionis dan menahan diri untuk tidak mengomentari Palestina, Partai Kongres, sebagai penentang pemerintah, selalu menegaskan kembali dukungannya terhadap hak-hak rakyat Palestina.

Di balik layar peralihan dukungan India ke rezim Zionis

Setelah berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet, India menyaksikan perubahan dalam kebijakan luar negerinya dan secara bertahap condong ke Amerika. Demikian pula, India secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 1992 di bawah Perdana Menteri Narasimha Rao dan membuka kedutaan besarnya di Tel Aviv. Pada saat yang sama, rezim Zionis juga membuka kedutaan besarnya di New Delhi.

Dalam beberapa dekade terakhir, India telah memperkuat hubungannya dengan rezim Zionis dengan membeli senjata. Sejak terpilihnya Modi, India telah membeli senjata senilai 662 juta dolar dari rezim Zionis. Kelompok lobi India dan Zionis di AS bekerja sama dan memiliki kepentingan bersama, termasuk membujuk AS agar mengizinkan rezim Zionis menjual sistem persenjataan berbasis teknologi AS ke New Delhi.

Perdagangan bilateral India dan rezim Zionis bernilai sekitar lima miliar dolar per tahun, yang akan berlipat ganda dengan potensi perjanjian perdagangan bebas tahun ini. Sementara Palestina tidak bisa memberikan keuntungan kepada India, termasuk perdagangan atau teknologi militer, seperti rezim Zionis.

Oleh karena itu, kepentingan ekonomi dan militer India membuat para pemimpin New Delhi bukan hanya menutup mata terhadap kejahatan rezim ini di jalur Gaza, tetapi juga menyediakan senjata yang dibutuhkan Zionis selama ini.

Menurut laporan terbaru, dalam babak baru serangan rezim Zionis di Gaza sejak Oktober 2023, lebih dari 37 ribu warga Palestina menjadi martir dan lebih dari 85 ribu orang terluka.(sl)

Tags