Bersedia Ditempati Rudal AS, Mengapa Jerman Begitu Patuh?
Jul 23, 2024 13:38 Asia/Jakarta
Parstoday – Menteri Luar Negeri Jerman, dengan dalih menghadapi Rusia, menyambut baik penempatan sistem rudal Amerika Serikat, di negaranya.
Amerika Serikat dalam pertemuan terbaru Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, mengumumkan pihaknya bermaksud menempatkan senjata-senjata jarak jauh di Jerman.
Masalah ini memicu protes keras dari beberapa partai politik, dan politisi Jerman. Sejumlah pejabat negara asing, dan pengamat politik internasional menganggap sambutan Jerman, atas penempatan sistem rudal AS di negaranya, sebagai indikasi bahwa Jerman di bawah dominasi AS.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, baru-baru ini menuduh Rusia, di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, telah memperluas arsenalnya, dan mengumumkan dukungan atas penempatan rudal-rudal jarak jauh di Jerman.
Rolf Heinrich Mützenich, Ketua Partai Sosial Demokrat Jerman, SPD, di Parlemen negara ini menyampaikan kekhawatiran atas kesepakatan pemerintah Berlin, dan AS. Ia memperingatkan, bahaya penempatan senjata-senjata AS, tidak boleh diabaikan.
Pada saat yang sama, Deputi Menlu Rusia, Sergei Ryabkov, menanggapi rencana penempatan rudal-rudal jarak jauh AS, di Jerman, yang akan dilakukan paling lambat tahun 2026.
Ia menuturkan, "Rusia mungkin saja akan merespons masalah ini dengan menempatkan rudal-rudal berhulu ledak nuklir."
Surat kabar Financial Times, menyinggung pemilu presiden yang akan digelar di AS, dan kemungkinan naiknya kembali Donald Trump, kandidat dari Partai Republik. Ia menyebut prospek pemerintahan kedua Trump, bagi para pejabat tinggi Jerman, "penuh ketakutan".
"Salah satu kekhawatiran para politisi di Jerman, adalah proses politik di AS, sebagaimana Prancis, yang menciptakan kekacauan politik di Jerman," tulis Financial Times.
Sehubungan dengan ini, Menlu Rusia Sergei Lavrov, belum lama ini dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, memprotes Jerman, bahwa kepatuhan Jerman, atas semua permintaan AS, menjadi bukti terhinanya negara ini.
Rohullah Modabber, pakar masalah Rusia, asal Iran, menyebut Jerman, sebagai negara jajahan AS, dan berkata, "Masalah penempatan rudal-rudal supersonik, dan program rahasia yang disampaikan sekarang serta penempatan 800.000 tentara NATO dan AS, di Jerman, membuktikan bahwa negara ini dijajah dalam bentuk tertentu, dan berada di bawah kendali AS, serta berubah menjadi sebuah pangkalan untuk menyerang Rusia. (HS)