Mengapa Mengaktifkan Mekanisme Pemicu terhadap Iran Jadi Pertaruhan yang Berisiko Tinggi?
https://parstoday.ir/id/news/world-i176346-mengapa_mengaktifkan_mekanisme_pemicu_terhadap_iran_jadi_pertaruhan_yang_berisiko_tinggi
Lembaga think tank Amerika, Quincy menilai langkah Eropa menerapkan mekanisme pemicu akan menutup peluang diplomasi dengan Iran.
(last modified 2025-08-29T02:32:16+00:00 )
Aug 29, 2025 09:13 Asia/Jakarta
  • Mengapa Mengaktifkan Mekanisme Pemicu terhadap Iran Jadi Pertaruhan yang Berisiko Tinggi?

Lembaga think tank Amerika, Quincy menilai langkah Eropa menerapkan mekanisme pemicu akan menutup peluang diplomasi dengan Iran.

Tehran, Pars Today-Lembaga pemikir AS, Quincy dalam artikelnya menulis,"Tampaknya Eropa siap beralih dari tahap ancaman ke tahap tindakan. Berdasarkan laporan, tiga negara Eropa yakni Inggris, Prancis, dan Jerman kemungkinan akan memulai proses aktivasi mekanisme snapback PBB pekan ini."

Menurut Pars Today, mekanisme ini yang dibuat dalam kerangka perjanjian nuklir Iran tahun 2015 (JCPOA), memungkinkan setiap pihak peserta untuk, jika dianggap perlu, mengembalikan sanksi-sanksi PBB sebelum 2015.

Mekanisme ini memiliki poin kunci yang menjadikannya alat yang kuat. Biasanya, Dewan Keamanan PBB bekerja berdasarkan prinsip bahwa penerapan sanksi memerlukan konsensus positif para anggotanya. Namun, dalam mekanisme snapback, logika tersebut dibalik. Begitu diaktifkan, hitungan mundur 30 hari dimulai.

Di akhir periode tersebut, sanksi secara otomatis kembali berlaku kecuali Dewan Keamanan memberikan suara agar penangguhan tetap dilanjutkan; artinya, setiap anggota tetap dewan dapat dengan satu veto menjamin kembalinya sanksi.

Dalam kondisi demikian, perjudian Eropa atas mekanisme snapback tampak lebih sebagai upaya memaksa Iran untuk memberikan konsesi jangka pendek ketimbang jalur menghidupkan kembali kerja sama. Jalur ini alih-alih mengembalikan kepercayaan, justru berisiko menyeret pihak-pihak terkait ke dalam lingkaran tekanan dan aksi balasan; sebuah siklus yang tidak terlihat jalan keluarnya.

Bahkan, kelayakan eksekusi mekanisme snapback sendiri juga diragukan. Rusia dan Tiongkok hampir pasti tidak akan menerima penerapan sepihak sanksi-sanksi tersebut. Hal ini akan menimbulkan perpecahan dalam pelaksanaannya dan sanksi akan diberlakukan secara tidak seragam dalam sistem internasional. Situasi ini tidak hanya melemahkan JCPOA, tetapi juga kredibilitas Dewan Keamanan PBB.

Menurut laporan ini, Eropa percaya ada jalur alternatif: memperpanjang klausul sunset Oktober 2025 jika Iran kembali bekerja sama penuh dengan para inspeksi dan memasuki dialog dengan Washington. Namun karena usulan ini terkait dengan ancaman snapback, diplomasi dipadatkan menjadi ultimatum 30 hari.

Tiga negara Eropa pada dasarnya menuntut konsesi segera, termasuk akses tanpa batas bagi IAEA ke lokasi-lokasi Iran yang rusak akibat serangan Juni, penyampaian laporan lengkap cadangan uranium yang diperkaya hingga mendekati 60 persen, serta dimulainya kembali negosiasi serius Iran-AS, semua itu di bawah bayang-bayang ancaman kembalinya sanksi PBB.

Risiko jalur ini sangat serius. Jika tiga negara Eropa gagal mencapai kesepakatan dan melaksanakan ancamannya, pelaksanaan sanksi akan sangat tidak pasti karena Rusia dan Tiongkok hampir pasti akan menolak penerapan sepihak tersebut. Sebaliknya, Teheran bisa merespons dengan meningkatkan ambiguitas nuklir atau bahkan melangkah ke arah keluar dari Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), sebuah opsi yang berulang kali diperingatkan para pejabat Iran.

Namun demikian, ada cara yang lebih konstruktif untuk menjaga pengawasan dan menciptakan ruang diplomasi. Iran saat dibombardir berada di meja perundingan, dan menurut sebagian pihak, kesepakatan hampir tercapai. Kepercayaan adalah jalan dua arah, dan kini tanggung jawab Eropa adalah memainkan peran sebagai mediator yang dapat dipercaya, bukan kekuatan yang memperburuk eskalasi dalam segitiga ketegangan antara Amerika Serikat, rezim Zionis, dan Iran.

Eropa dan mitranya, alih-alih menggunakan ancaman, dapat mencari perpanjangan teknis jangka pendek terhadap tenggat Resolusi 2231. Langkah ini dapat disertai paket sementara berupa tindakan timbal balik dan pencabutan selektif beberapa sanksi; tindakan yang cukup untuk mengembalikan akses bagi para inspektur, melanjutkan pengawasan, dan menghadirkan manfaat ekonomi nyata bagi Iran. Inilah inti dari diplomasi: tukar-menukar yang terukur, bukan tuntutan sepihak tanpa imbalan. Namun jika Eropa lebih memilih jalan paksaan daripada kerja sama, kemungkinan jendela peluang akan sepenuhnya tertutup.(PH)