Mengapa Pengoperasian Bendungan Renaissance Besar Ethiopia Jadi Tantangan Serius bagi Mesir?
https://parstoday.ir/id/news/world-i176702-mengapa_pengoperasian_bendungan_renaissance_besar_ethiopia_jadi_tantangan_serius_bagi_mesir
Setelah lebih dari satu dekade perundingan dan upaya diplomatik, Ethiopia siap untuk meresmikan Bendungan Besar Renaisans Ethiopia (GERD) yang dibangun di atas Sungai Nil Biru.
(last modified 2025-09-08T05:25:42+00:00 )
Sep 08, 2025 12:09 Asia/Jakarta
  • Mengapa Pengoperasian Bendungan Renaissance Besar Ethiopia Jadi Tantangan Serius bagi Mesir?

Setelah lebih dari satu dekade perundingan dan upaya diplomatik, Ethiopia siap untuk meresmikan Bendungan Besar Renaisans Ethiopia (GERD) yang dibangun di atas Sungai Nil Biru.

Tehran, Pars Today- Bendungan Renaisans Ethiopia merupakan salah satu bendungan terbesar di dunia dengan biaya pembangunan sekitar 5 miliar dolar. Ethiopia berharap dengan pembangunan bendungan ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi bagi 135 juta penduduknya, tetapi juga menjadi kekuatan regional dalam produksi energi.

Proyek ini telah meningkatkan rasa nasionalisme di Ethiopia, dan rakyat Ethiopia, baik di dalam negeri maupun di diaspora, merasakan kepemilikan serta kebanggaan besar terhadap bendungan tersebut.

Namun, bendungan ini menjadi tantangan besar bagi Mesir. Profesor Abbas Sharaki, ahli geologi dari Universitas Kairo, Mesir, mengatakan: “Sekitar 93 persen wilayah Mesir berupa gurun dan hampir tidak dihuni manusia. Seluruh 107 juta penduduk kami hidup di sepanjang Sungai Nil; peradaban Mesir dibangun di atas Nil. Nil adalah hidup kami.” Ia memperingatkan bahwa bendungan ini akan menampung 64 miliar meter kubik air yang biasanya mengalir ke Mesir. Hal ini merupakan kerugian yang sangat besar bagi Mesir.

Pejabat Kairo khawatir Bendungan Renaisans Ethiopia akan secara drastis mengurangi aliran air ke negara tersebut dan menimbulkan ancaman bagi keamanan airnya. Mesir mengatakan bendungan ini menampung hampir dua kali lipat jumlah air yang ditampung Bendungan Tiga Ngarai di Tiongkok, dan hal itu dapat memperburuk krisis air di Mesir. Mesir sangat bergantung pada Sungai Nil karena merupakan satu-satunya sumber air negara tersebut.

Meskipun Ethiopia menghadapi tekanan diplomatik besar dari Mesir, bahkan ancaman perang dari negara tersebut, Ethiopia tetap bersikeras membangun bendungan. Bendungan Renaisans ini direncanakan dapat menyediakan listrik bagi sekitar 60 persen penduduk Ethiopia yang belum memiliki akses listrik, serta menjual kelebihan listriknya ke negara-negara tetangga.

Namun demikian, Profesor Sharaki juga menyampaikan kekhawatiran mengenai potensi bahaya bendungan, termasuk risiko gempa bumi dan dampaknya terhadap struktur geologi kawasan, serta memperingatkan kemungkinan penggunaan bendungan ini sebagai alat tekanan militer terhadap Sudan yang berbatasan langsung dengan Ethiopia.

Bagaimanapun, dengan pembangunan Bendungan Renaisans, Ethiopia kini meningkatkan kekuatannya dalam memanfaatkan sumber daya Sungai Nil, dan Mesir tidak lagi dapat memanfaatkannya seperti sebelumnya. Pada saat yang sama, Ethiopia tetap melanjutkan perundingan untuk menyelesaikan masalah air dengan Mesir, dan menekankan bahwa jika Mesir memiliki kekhawatiran mengenai pelepasan air atau keselamatan bendungan, Ethiopia siap untuk berdialog.

Ethiopia juga mengumumkan bahwa setelah menyelesaikan proyek besar ini, pihaknya akan mengejar tujuan lain, termasuk mengembalikan aksesnya ke Laut Merah yang hilang setelah kemerdekaan Eritrea pada tahun 1991. Langkah-langkah ini menunjukkan visi jangka panjang Ethiopia untuk menjadi kekuatan regional.(PH)