Apa Substansi Kritik Putin atas Standar Ganda dan Ancaman terhadap Budaya?
https://parstoday.ir/id/news/world-i176908-apa_substansi_kritik_putin_atas_standar_ganda_dan_ancaman_terhadap_budaya
Pars Today - Putin menyerukan diakhirinya standar ganda dan ancaman terhadap budaya di dunia.
(last modified 2025-09-13T09:13:44+00:00 )
Sep 13, 2025 14:30 Asia/Jakarta
  • Presiden Rusia Vladimir Putin
    Presiden Rusia Vladimir Putin

Pars Today - Putin menyerukan diakhirinya standar ganda dan ancaman terhadap budaya di dunia.

Menurut laporan Pars Today, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan diakhirinya standar ganda di dunia dan diakhirinya upaya beberapa negara untuk mengancam budaya negara-negara merdeka pada pertemuan umum Forum Internasional Kebudayaan Bersatu pada Jumat malam.

Tuntutan ini disampaikannya dalam upacara yang diselenggarakan di St. Petersburg dengan partisipasi para menteri dan pejabat tinggi budaya serta seniman dari lebih dari 40 negara dan empat organisasi internasional.

Presiden Rusia menggambarkan upaya kolektif negara-negara untuk melestarikan identitas dan keragaman budaya serta tradisi sebagai suatu keharusan bagi dunia saat ini. Ia melanjutkan dengan menekankan urgensi bagi negara-negara di seluruh dunia untuk menghadapi ancaman kepunahan subkultur di dunia dan menyerukan agar dunia terbebas dari prasangka, standar ganda, dan upaya beberapa negara untuk mengancam budaya negara lain.

Putin menyatakan, Semakin besar, kaya, dan autentik keragaman budaya di dunia, semakin kaya pula warisan budaya bersama kita dan semakin stabil masa depan seluruh planet ini.

Dalam pidatonya, Putin menyinggung dua isu penting.

Pertama, isu penerapan standar ganda di dunia, yang jelas merujuk pada blok Barat dan pendekatan dominannya, yaitu penggunaan standar ganda dalam menangani berbagai isu.

Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat sebagai pemimpin Barat, selalu menggunakan standar ganda dalam menangani isu-isu sensitif dan kontroversial seperti terorisme, hak asasi manusia dan kebebasan, serta sanksi. Isu standar ganda Barat telah berkali-kali diangkat oleh negara-negara yang menentang dominasi Barat, seperti Iran, serta rival Barat, seperti Tiongkok dan Rusia.

Melihat pendekatan, posisi, dan tindakan Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, menunjukkan bahwa Barat memiliki definisinya sendiri yang spesifik dan terbatas tentang konsep-konsep ini dan, dengan kata lain, mengkaji dan mengambil posisi terhadap konsep-konsep tersebut dengan tolok ukur dan kriterianya sendiri.

Meskipun konsep-konsep ini mempunyai dimensi yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia dan di berbagai negara, adalah keliru jika Barat menghakimi negara lain dalam hal ini berdasarkan definisinya sendiri.

Sementara itu, Barat memiliki pandangan instrumental terhadap konsep-konsep ini, dan ketika fenomena seperti terorisme sejalan dengan kepentingannya, mereka tetap diam atau mendukungnya, sebagaimana dilambangkan oleh dukungan koalisi Barat-Arab yang dipimpin Amerika Serikat terhadap kelompok-kelompok teroris Takfiri selama perang Suriah sejak 2011. Namun, negara-negara Barat yang sama ini menyebut kelompok-kelompok militan anti-Zionis, termasuk kelompok Palestina, Hizbullah di Lebanon, atau Ansarullah di Yaman, dan sejenisnya, sebagai kelompok teroris.

Pendekatan yang sama telah diambil oleh Barat di bidang hak asasi manusia, dan meskipun Amerika Serikat umumnya menuduh negara-negara yang menentang dominasi Barat telah melanggar hak asasi manusia, Amerika Serikat tetap diam tentang sekutunya, yang jelas-jelas memiliki rekam jejak terburuk dalam hal penghormatan hak asasi manusia, atau hanya melontarkan kritik yang sangat ringan. Dan yang terpenting, pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara ini tidak berdampak pada hubungan politik dan militer dengan mereka.

Pendekatan ganda Barat terhadap hak asasi manusia juga telah dikritik oleh organisasi-organisasi hak asasi manusia. Dalam hal ini, Amnesty International mengecam keras standar ganda Barat dalam menangani pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara yang menentang Barat dan kelonggarannya terhadap beberapa sekutu, termasuk rezim Zionis, dalam hal ini pada akhir Maret 2025.

Kedua, perlunya melestarikan identitas dan keragaman budaya serta tradisi di dunia saat ini.

Menurutnya, budaya nasional hanya dapat diperkaya melalui interaksi dengan budaya lain. Dalam hal ini, upaya Barat, khususnya Amerika Serikat, ditujukan untuk mempromosikan dan pada akhirnya memaksakan gaya hidup, nilai-nilai, dan tradisi Barat kepada negara dan masyarakat lain, menghancurkan budaya dan tradisi asli dan yang telah lama ada di berbagai belahan dunia, serta menyebarkan gaya hidup Amerika.

Padahal, tren global menunjukkan bahwa negara-negara, terutama di belahan bumi selatan, menolak pemaksaan nilai-nilai dan gaya hidup Barat, serta menolak budaya Barat dan berusaha melestarikan identitas nasional, serta budaya dan tradisi asli.

Tentu saja, isu dialog antarbudaya, yang mengarah pada pertukaran pandangan dan peningkatan taraf budaya masyarakat, merupakan isu yang terpisah.

Dalam hal ini, Presiden Rusia menekankan pentingnya dialog antarbudaya, terutama di era perkembangan teknologi yang pesat, termasuk kecerdasan buatan, dan mengatakan, "Tugas bersama kita adalah menghindari bahaya dan konsekuensi sosial dan publik yang negatif, terutama degradasi nilai kebebasan dan hak asasi manusia, standar moral dan spiritual, hilangnya ciri khas bangsa dan keragaman budaya, yang mustahil terjadi tanpa upaya bersama di kancah internasional."(sl)