Araghchi: Iran Melawan Penindasan / AS Menyerang Kapal Venezuela
https://parstoday.ir/id/news/world-i178328-araghchi_iran_melawan_penindasan_as_menyerang_kapal_venezuela
Pars Today - Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran hari Selasa (14/10/2025) menanggapi pernyataan Presiden AS Senin (13/10) di Knesset dan Sharm El-Sheikh dengan menulis di akun X miliknya, "Trump bisa menjadi presiden perdamaian atau presiden perang, tidak bisa menjadi keduanya sekaligus."
(last modified 2025-10-15T07:45:41+00:00 )
Okt 15, 2025 15:30 Asia/Jakarta
  • Menteri Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araghchi
    Menteri Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araghchi

Pars Today - Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran hari Selasa (14/10/2025) menanggapi pernyataan Presiden AS Senin (13/10) di Knesset dan Sharm El-Sheikh dengan menulis di akun X miliknya, "Trump bisa menjadi presiden perdamaian atau presiden perang, tidak bisa menjadi keduanya sekaligus."

Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, Sayid Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, Sekarang sangat jelas bahwa Presiden Amerika Serikat dipengaruhi oleh disinformasi yang menganggap program nuklir damai Iran hampir menjadi senjata pada musim semi ini. Klaim ini hanyalah kebohongan besar dan ia seharusnya diberitahu bahwa tidak ada bukti terkait hal ini, sebagaimana telah dikonfirmasi oleh komunitas intelijen AS sendiri.

"Presiden AS memasuki Gedung Putih dengan menjanjikan kepada rakyat Amerika dan dunia bahwa ia akan menghentikan tipu daya berulang rezim Israel terhadap presiden AS. Ia juga berjanji bahwa militer AS tidak akan lagi terlibat dalam perang tanpa akhir, perang yang dirancang oleh para penghasut perang yang juga telah menggagalkan proses diplomasi nuklir AS dengan Iran selama bertahun-tahun," imbuhnya.

Menanggapi Donald Trump, Menlu Iran mengingatkan, "Tuan Presiden, pengganggu sesungguhnya di Asia Barat adalah aktor yang sama yang, dengan kehidupan parasitnya, telah lama mengintimidasi dan mengeksploitasi Amerika Serikat."

“Ini juga merupakan pertanyaan tentang bagaimana bangsa Iran dapat diharapkan mempercayai secercah harapan perdamaian dari seseorang yang terlibat dalam pengeboman rumah-rumah dan wilayah perkotaan di Iran hanya empat bulan yang lalu. Serangan-serangan kriminal tersebut telah merenggut nyawa lebih dari seribu warga Iran, termasuk perempuan dan anak-anak. Sulit untuk menyebut seseorang sebagai presiden perdamaian sementara ia mengobarkan perang tanpa akhir dan berpihak pada penjahat perang. Tuan Trump bisa menjadi presiden perdamaian atau presiden perang, tapi ia tidak bisa menjadi keduanya sekaligus,” ujar Araghchi.

Menlu Iran menambahkan, “Iran selalu siap untuk hubungan diplomatik yang saling menghormati dan timbal balik. Rakyat Iran, pewaris terhormat dari peradaban kuno dan kaya, menanggapi niat baik dengan niat baik. Namun kami juga tahu persis bagaimana melawan dan menghadapi penindasan dan pemaksaan, dan inilah pengalaman pahit yang telah dialami oleh penghasut perang Tel Aviv yang malang.”

"Namun, harus dikatakan bahwa kami sependapat dengan Presiden AS dalam satu hal. Ia benar bahwa Iran tidak boleh dijadikan alasan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Jika seseorang ingin mengorbankan Palestina dan bersekutu dengan makhluk genosida yang haus akan kehancuran seluruh wilayah, mereka harus berani bertanggung jawab penuh atas hal ini di hadapan rakyat mereka sendiri dan tidak menyalahkan pihak lain," pungkas Araghchi.

AS Menyerang Kapal Venezuela

Pars Today - Amerika Serikat, sekali lagi, atas perintah Presiden Donald Trump, menyerang sebuah kapal di perairan internasional di lepas pantai Venezuela dengan dalih mengangkut narkoba.

Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, Presiden Donald Trump pada hari Selasa (14/10/2025) mengumumkan, "Di bawah wewenang tetap saya sebagai Panglima Tertinggi, pagi ini Menteri Perang memerintahkan serangan mematikan terhadap sebuah kapal yang berafiliasi dengan organisasi teroris yang beroperasi di wilayah tanggung jawab Komando Selatan, tepat di lepas pantai Venezuela."

"Berdasarkan intelijen yang terverifikasi, kapal itu beroperasi dalam perdagangan narkotika, terkait dengan jaringan narkoba teroris ilegal, dan berlayar melalui rute yang diketahui," kata Trump.

Serangan itu terjadi di perairan internasional, kata presiden, dan enam teroris narkotika tewas. Tidak ada personel AS yang terluka.

Amerika Serikat telah melakukan serangkaian serangan dalam beberapa pekan terakhir terhadap kapal-kapal yang diklaimnya membawa kiriman narkoba dari Venezuela. Trump mengklaim bahwa setiap kapal yang dihancurkan berisi cukup narkoba untuk "membunuh lebih dari 25.000 warga Amerika".

Ketegangan antara Washington dan Caracas semakin meningkat akibat pengerahan pasukan AS di Karibia.

Presiden AS sebelumnya mengumumkan, dalam konteks meningkatnya ancaman terhadap Caracas, bahwa pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk menyerang kartel narkoba "yang datang melalui darat" di Venezuela.

Maduro sebelumnya menyatakan dalam sebuah pidato di sebuah upacara di Universitas Militer Bolivarian Venezuela, "Kita tidak akan pernah menjadi halaman belakang, koloni, atau budak dari kekaisaran hegemonik mana pun."

Presiden Venezuela mengingatkan, "Masalah bangsa saat ini bukanlah [pilihan] antara "tanah air atau kematian," tetapi antara "kemerdekaan dan menjadi koloni", atau antara "perbudakan dan menjadi bangsa yang merdeka".

Polisi Italia Bentrok dengan Pendukung Palestina

Pars Today - Sementara pengibaran lagu kebangsaan Israel di awal pertandingan tim nasional Italia-Israel dalam rangka kualifikasi Piala Dunia disambut dengan ejekan dan teriakan protes dari para penggemar Italia di stadion, pasukan polisi Italia bentrok dengan ribuan demonstran pro-Palestina yang berkumpul di luar stadion di kota Udine.

Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, sejumlah besar demonstran pro-Palestina Italia hari Selasa (14/10/2025) malam meneriakkan slogan-slogan menentang rezim dan timnya di depan stadion "Blu-energè" di kota Udine, yang menjadi tuan rumah pertandingan Italia-Israel, dan polisi (Italia) terpaksa menggunakan peralatan khusus untuk mengendalikan massa.

Beberapa pengunjuk rasa menggambarkan pertandingan itu sebagai "permainan yang memalukan" dan menyerukan agar rezim Israel dilarang dari kompetisi sepak bola internasional.

Aksi unjuk rasa lain bertajuk "Permainan Lain: Italia vs Palestina" digelar di salah satu alun-alun terkenal di Roma, dihadiri sejumlah seniman dan aktivis sosial. Para peserta membawa bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan, menunjukkan solidaritas mereka kepada rakyat Palestina.

Pihak keamanan Italia telah mengklasifikasikan pertandingan tersebut sebagai "risiko tinggi" dan langkah-langkah khusus telah diambil, termasuk pengerahan penembak jitu dan helikopter yang terbang di sekitar stadion. Meskipun demikian, pertandingan tetap berjalan lancar, dengan tim nasional Italia mengalahkan Israel 3-0.(sl)