Apakah Uni Eropa Pemain atau Penonton?
Pars Today – Sepertinya Uni Eropa sebagian besar terabaikan dari transformasi dunia, dan terkait Iran juga dengan tangannya sendiri, semakin memudarkan peran Brussel di berkas nuklir Iran
Pakar politik meyakini bahwa Uni Eropa yang pernah bermimpi menjadi kekuatan global setara Amerika Serikat, kini semakin terpinggirkan dari perkembangan internasional. Menurut ISNA, impian "Eropa yang bersatu" di bidang politik luar negeri semakin pudar di bawah bayang-bayang ketergantungan keamanan pada Amerika Serikat dan perselisihan internal di antara para anggotanya.
Dengan berkuasanya kembali Donald Trump di Gedung Putih, proses ini semakin cepat. Kebijakan luar negeri Trump dengan slogan "America First", dan bertumpu pada prinsip "perdamaian melalui kekuatan", tidak meninggalkan ruang apa pun bagi peran independen Eropa. Sementara pemerintah AS sebelumnya yang dipimpin Joe Biden, menekankan pengokohan kerja sama transatlantik, pemerintah AS saat ini praktisnya mengambil jalan divergensi, dan bahkan telah menyingkirkan sekutu-sekutu Washington di Eropa dari banyak persamaan global.
Penghinaan di Sharm El-Sheikh
Simbol perubahan pendekatan ini dapat dilihat dari perilaku Trump di KTT Sharm El-Sheikh tentang Gaza. Interaksinya dengan para pemimpin Eropa, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga menyampaikan pesan yang jelas tentang ketidakpedulian politik terhadap Eropa. Majalah "Foreign Policy" juga menulis dalam sebuah analisis bahwa dengan perilaku dramatis ini, Trump sebenarnya menggambarkan "batas pengaruh Eropa" dalam perkembangan global. Melampaui simbol-simbol, Eropa juga telah minggir dalam arena pengambilan keputusan. Dalam krisis Gaza, Washington telah sepenuhnya mengambil inisiatif, dan Eropa hanyalah pengamat.
Snapback dan Akhir Peran dalam Kasus Nuklir Iran
Kepasifan ini juga terlihat dalam kasus Iran. Eropa secara efektif telah menghalangi jalan mereka untuk berinteraksi dan berperan dalam perundingan nuklir dengan keputusan politik seperti mengaktifkan mekanisme "snapback". Penerapan kembali sanksi anti-Iran terjadi ketika tiga negara Eropa, di bawah tekanan Amerika Serikat, menerapkan snapback, dan dalam kasus ini, mereka lebih berperan sebagai eksekutif daripada pengambil keputusan. Iran juga telah mengumumkan bahwa dengan menerapkan snapback, Uni Eropa secara resmi akan mencabut peran apa pun dalam masa depan kasus nuklir Iran dan tidak akan lagi berperan dalam hal ini.
Perang Ukraina
Bahkan dalam isu-isu yang lebih kritis, seperti kembalinya perang ke benua Eropa atau konflik di Ukraina, para pemimpin Eropa lebih cenderung menunggu Washington mengambil sikap daripada mengambil tindakan independen. Eropa mendapati dirinya semakin terpinggirkan dalam perkembangan global. Perselisihan internal, ketergantungan keamanan pada Amerika Serikat, dan kurangnya strategi kebijakan luar negeri yang koheren telah mengubah benua ini menjadi aktor yang pasif. (MF)