Percepatan Persiapan Militer Eropa; Dari Perbaikan Infrastruktur hingga Perlombaan Senjata Baru
Uni Eropa telah memulai program persiapan militer terbesar sejak Perang Dingin dan berupaya mengurangi waktu pemindahan pasukan dari 45 hari menjadi hanya beberapa hari.
Tehran, Parstoday- Perkembangan terbaru dalam perang Rusia–Ukraina menunjukkan bahwa Eropa telah melewati tahap peringatan dan memasuki fase kesiapan operasional.
Perang Ukraina menghadapkan struktur pertahanan Eropa pada realitas baru: infrastruktur yang tidak memadai, jalur kereta yang tidak seragam, jembatan dan terowongan yang tidak mampu menahan berat tank dan kendaraan berat, serta jaringan jalan yang tak lagi mendukung mobilisasi cepat pasukan. Sementara itu, munculnya generasi senjata baru Rusia, termasuk rudal bertenaga nuklir “Burevestnik” meningkatkan kekhawatiran terhadap kerentanan pertahanan rudal Barat dan mempercepat langkah-langkah Eropa dan NATO. Berikut laporan Pars Today mengenai perkembangan terbaru Uni Eropa dalam menghadapi kemungkinan perang dengan Rusia:
Upaya Uni Eropa Memindahkan Pasukan dari Barat ke Timur dalam Tiga Hari
Menurut Financial Times, Uni Eropa berencana memangkas waktu pemindahan pasukan dari kawasan barat ke sisi timur benua dari 45 hari menjadi lima atau bahkan tiga hari. Program ini merupakan bagian dari paket baru Brussel untuk “mobilitas militer,” yang bertujuan menjamin pemindahan cepat 200.000 tentara, 1.500 tank, dan lebih dari 2.500 kendaraan lapis baja dari Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris ke Eropa Timur. Alexander Sollfrank, Kepala Komando Operasional Angkatan Darat Jerman (Bundeswehr), menekankan bahwa seluruh komponen pemindahan ini harus berfungsi “seperti jam tangan Swiss” agar pesan pencegahan yang jelas dapat disampaikan kepada Moskow.
Anggaran 17 Miliar Euro dan Peta Rehabilitasi Infrastruktur Eropa
Uni Eropa meningkatkan anggaran mobilitas militernya sepuluh kali lipat untuk periode 2028–2034 sehingga mencapai 17 miliar euro. Para pejabat Eropa menyatakan bahwa 2.800 titik infrastruktur kritis telah diidentifikasi, dengan 500 di antaranya menjadi prioritas peningkatan. Tujuan proyek besar ini adalah menjadikan pelabuhan, bandara, jembatan, terowongan, dan jalur kereta Eropa sebagai jaringan logistik terpadu untuk merespons cepat ancaman Rusia. Namun hambatan administratif masih besar; bahkan dalam kondisi krisis, militer harus tetap mematuhi aturan bea cukai dan hukum tenaga kerja negara anggota. Rencana “Schengen Militer” sedang dikaji untuk menghapus hambatan tersebut.
Perlombaan Senjata Baru: Rudal Nuklir Rusia dan Kekhawatiran NATO
Ketika Eropa disibukkan dengan pembangunan kembali infrastrukturnya, Rusia tengah mengembangkan senjata nuklir baru yang dapat menghindari sistem pertahanan rudal Barat. Rudal nuklir “Burevestnik” dengan mesin berdaya nuklir mampu terbang puluhan ribu kilometer tanpa pengisian bahan bakar, mengubah arah kapan saja, dan terbang pada ketinggian rendah sehingga sulit terdeteksi radar. Sebuah dokumen NATO memperingatkan bahwa penempatan rudal ini akan menjadi “ancaman yang tak terkendali” bagi negara anggota. Selain itu, torpedo nuklir “Poseidon,” yang dilengkapi reaktor nuklir dan hulu ledak seberat dua megaton, mampu menghancurkan pelabuhan pesisir secara total. Para pakar berpendapat bahwa perkembangan ini, bersama meningkatnya persenjataan nuklir Cina dan kemungkinan kembalinya Amerika serta Rusia ke uji coba nuklir, telah membawa dunia memasuki “perlombaan senjata nuklir baru.”
Sikap Amerika: Saatnya Eropa Bersikap Lebih Berani
Pada saat yang sama, Amerika Serikat meminta Eropa untuk mengambil pendekatan lebih tegas terhadap Rusia. Matthew Whitaker, perwakilan AS di NATO, menegaskan bahwa Eropa harus mempercepat penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk membiayai perang Ukraina dan memperingatkan tentang “keberanian dan ketidakpastian” Moskow.(PH)