Mengapa Islam Menekankan Tanggung Jawab Individu dan Sosial?
Pars Today - Islam adalah agama sosial yang mempertimbangkan semua aspek kehidupan manusia, baik individu maupun dimensi sosial. Dari perspektif agama Islam, hidup tidak akan lengkap dan bahagia tanpa mempertimbangkan kedua dimensi tersebut.
Perbedaan antara Islam dan banyak agama lain adalah Islam lebih menekankan pentingnya aspek sosial kehidupan dan tidak menerima anggapan bahwa manusia acuh tak acuh terhadap masyarakat.
Menurut laporan Pars Today, Islam memandang masyarakat Islam sebagai "bangsa yang bersatu". Artinya, jika suatu bagian masyarakat mengalami penderitaan dan masalah, bagian lain juga akan terpengaruh. Pandangan ini menunjukkan pentingnya solidaritas sosial dalam Islam.
Mereformasi masyarakat hanya mungkin dilakukan dengan kerja sama semua individu. Islam percaya bahwa manusia harus bekerja sama dengan pemerintah untuk memecahkan masalah ekonomi dan politik. Dalam pandangan ini, individu bertanggung jawab kepada masyarakat dan masyarakat bertanggung jawab kepada individu, dan keduanya tidak lengkap tanpa yang lain. Islam ingin membangkitkan kesadaran individu dan sosial dalam diri manusia dan mencegah keegoisan dan egoisme.
Nabi Muhammad bersabda, "Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua bertanggung jawab atas umat kalian". Artinya, semua anggota umat Islam bertanggung jawab (bukan pemimpin) dan akan ditanya tentang nikmat Allah dan hubungan mereka dengan sesama Muslim.
Hadis ini membangkitkan semangat solidaritas dalam diri manusia sedemikian rupa sehingga penderitaan orang lain adalah penderitaan semua orang dan kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan semua orang.
Hal ini juga telah ditekankan dalam Al-Qur'an. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 9 dan 10 Surat Hasyr:
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"."
Ayat-ayat dan riwayat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan empati, pengorbanan diri, dan persatuan antarmanusia. Jika kita menilik kehidupan Nabi dan para sahabatnya, kita melihat bahwa mereka selalu membimbing orang lain dengan kasih sayang dan cinta, mencegah mereka dari kejatuhan, dan berjuang untuk pertumbuhan dan keselamatan mereka. Semangat solidaritas dan pengertian ini merupakan cara untuk memecahkan masalah manusia.(sl)