Mengapa Jerman Melanjutkan Kembali Penjualan Senjata ke Israel ?
https://parstoday.ir/id/news/world-i180648-mengapa_jerman_melanjutkan_kembali_penjualan_senjata_ke_israel
Juru bicara pemerintah Jerman mengumumkan bahwa ekspor senjata ke rezim Zionis akan dilanjutkan kembali mulai 24 November.
(last modified 2025-11-19T07:13:47+00:00 )
Nov 19, 2025 14:10 Asia/Jakarta
  • Mengapa Jerman Melanjutkan Kembali Penjualan Senjata ke Israel ?

Juru bicara pemerintah Jerman mengumumkan bahwa ekspor senjata ke rezim Zionis akan dilanjutkan kembali mulai 24 November.

Tehran, Parstoday- Steffen Cornelius, Juru Bicara Pemerintah Jerman, pada Senin 17 November mengklaim bahwa keputusan Berlin untuk melanjutkan penjualan senjata kepada rezim Zionis—yang sebelumnya ditangguhkan—bergantung pada dipatuhinya gencatan senjata saat ini dan pemberian bantuan kemanusiaan dalam skala besar. Dengan demikian, lima minggu setelah dimulainya gencatan senjata di perang Gaza, pemerintah Jerman mencabut keputusan sebelumnya mengenai penghentian ekspor peralatan militer ke Israel.

Cornelius mengklaim bahwa gencatan senjata di Gaza yang telah berlaku sejak 10 Oktober dan menguat dalam beberapa pekan terakhir merupakan faktor utama keputusan ini. Penekanan pejabat Jerman tentang stabilitas gencatan senjata di Jalur Gaza disampaikan sementara serangan rezim Zionis ke wilayah tersebut dan berlanjutnya pembunuhan warga Palestina masih memicu kecaman global.

Tanpa mengutuk pelanggaran gencatan senjata berulang kali oleh rezim Zionis, pejabat Jerman tersebut mengklaim bahwa gencatan senjata antara Zionis dan Hamas “adalah dasar keputusan ini, dan kami berharap semua pihak mematuhi kesepakatan yang ada.”

Berdasarkan pernyataan juru bicara pemerintah Jerman, pembatasan ekspor peralatan militer ke Israel yang berlaku sejak Agustus akan dicabut mulai 24 November, dan mulai sekarang setiap permohonan akan dinilai secara individual. Pemerintah menegaskan bahwa keputusan ini tidak berarti persetujuan otomatis terhadap seluruh permintaan Israel.

Berdasarkan pedoman ekspor senjata Jerman, pada prinsipnya pengiriman peralatan militer ke zona perang dan wilayah krisis adalah dilarang. Namun Israel menjadi pengecualian karena pemerintah Berlin mengklaim bahwa setelah Holocaust dalam Perang Dunia II, keamanan Israel merupakan bagian dari tanggung jawab historis dan prinsip dasar kebijakan Jerman. Dengan alasan tersebut, Berlin selalu menutup mata terhadap kejahatan luas rezim Zionis terhadap rakyat Palestina.

Setelah operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, pemerintah Jerman sebelumnya yang dipimpin Olaf Scholz (dari Partai Sosial Demokrat) untuk menunjukkan solidaritasnya dengan Zionis bahkan meningkatkan ekspor senjata ke Israel. Hingga akhir masa pemerintahan Scholz pada Mei 2025, izin ekspor senilai hampir setengah miliar euro telah dikeluarkan. Pemerintah koalisi baru yang dipimpin Friedrich Merz juga melanjutkan ekspor senjata ke rezim Zionis dalam skala terbatas.

Namun setelah tekanan opini publik dan seruan luas di Eropa dan dunia untuk memberlakukan embargo senjata terhadap Israel, pemerintah Jerman terpaksa mengeluarkan perintah penghentian izin ekspor senjata ke Israel pada 8 Agustus 2025. Tindakan ini menyebabkan ketegangan diplomatik antara Berlin dan Tel Aviv. Pada saat itu, Kanselir Friedrich Merz menginstruksikan agar tidak ada izin yang diberikan untuk peralatan yang berpotensi digunakan dalam perang Gaza.

Media Jerman Focus melaporkan bahwa meskipun keputusan tersebut telah dikonsultasikan dengan wakilnya Lars Klingbeil dari Partai Sosial Demokrat, keputusan itu diambil tanpa berkonsultasi dengan partai mitra koalisinya (Partai Sosial Kristen) maupun para pemimpin parlemen CDU/CSU di Bundestag. Keputusan pemerintah Jerman itu mendapat reaksi keras dari pejabat Israel. Kini, kembalinya Berlin ke kebijakan lamanya terkait ekspor senjata kepada rezim Zionis disambut dengan kegembiraan oleh para pejabat rezim tersebut.

Jerman merupakan pemasok senjata terbesar kedua bagi rezim Zionis setelah Amerika Serikat. Bantuan tersebut mencakup:

Kapal selam: Salah satu bantuan terpenting Jerman bagi Israel adalah penyediaan kapal selam kelas Dolphin. Kapal selam ini memiliki nilai strategis tinggi bagi Israel karena dikatakan mampu membawa rudal jelajah berkepala nuklir dan menjadi bagian penting dari kemampuan penangkal nuklir Israel. Jerman telah menjual beberapa kapal selam tersebut dan juga membiayai sebagian biayanya.

Kapal patroli dan korvet: Jerman juga menyediakan kapal patroli dan kapal perang untuk angkatan laut Israel

Penjualan senjata dan peralatan lain: Selain kapal selam, Jerman menjual senjata dan peralatan militer lain seperti suku cadang, mesin, dan perlengkapan militer lainnya kepada Israel.

Kerja sama militer: Kerja sama teknis dan pelatihan juga berlangsung antara militer Jerman dan Israel

Selain dukungan penuh dalam bidang militer, Jerman juga mengambil langkah-langkah penting secara politik dan hukum untuk mendukung rezim Zionis. Pada Januari 2024, pemerintah Jerman menolak tuntutan Afrika Selatan mengenai pelanggaran Konvensi Pencegahan Genosida 1948 oleh rezim Zionis akibat pembantaian warga Palestina di Gaza. Jerman menyatakan siap hadir sebagai pihak ketiga di Mahkamah Internasional untuk memberikan “penjelasan” terkait penggunaan Konvensi Pencegahan Genosida 1948. Berlin beranggapan bahwa dengan mendukung Israel, mereka dapat mencegah rezim tersebut dari putusan Mahkamah Internasional. Sebaliknya, Nikaragua mengajukan tuntutan terhadap Jerman di Mahkamah Internasional dan menuduh negara tersebut “bersekongkol dalam genosida.”

Pada akhirnya, kenyataan yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah Berlin adalah merosotnya posisi internasional rezim Zionis serta meningkatnya kebencian masyarakat dunia terhadap rezim tersebut, meskipun ada dukungan luas dari Barat, khususnya Amerika Serikat dan Jerman.(PH)