Mengapa Tunduk pada Trump adalah Tindakan yang Salah?
https://parstoday.ir/id/news/world-i181834-mengapa_tunduk_pada_trump_adalah_tindakan_yang_salah
Pars Today - Upaya putus asa Uni Eropa untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Washington telah gagal.
(last modified 2025-12-08T08:51:39+00:00 )
Des 08, 2025 15:49 Asia/Jakarta
  • Amerika dan Uni Eropa
    Amerika dan Uni Eropa

Pars Today - Upaya putus asa Uni Eropa untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Washington telah gagal.

Menurut laporan Pars Today, publikasi dokumen Strategi Keamanan Nasional AS yang baru, yang mengkritik keras Eropa, menunjukkan bahwa Uni Eropa belum mencapai hasil apa pun dalam berbagai upayanya untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Washington. Kini, para pejabat Uni Eropa sedang berusaha meredakan situasi, dan tentu saja, beberapa pihak meragukan bahwa pendekatan ini pada dasarnya benar.

Strategi baru AS ini merupakan pukulan telak bagi Eropa. Selama masa jabatan kedua Trump, Eropa melakukan segala yang mereka bisa untuk menenangkannya dan hampir berada di ambang kehancuran diri. Porsi pertahanan negara-negara anggota NATO meningkat dari dua persen PDB menjadi lima persen. Uni Eropa bahkan menerima perjanjian tarif dan perdagangan yang tidak setara dan merusak dengan Amerika Serikat. Namun kini, setelah strategi keamanan nasional pemerintahan Trump dipublikasikan, siapa pun yang mengharapkan sikap tegas terhadapnya, mengingat sikap keras Washington terhadap Eropa, telah kecewa.

Para pemimpin Uni Eropa di Brussels tidak menunjukkan reaksi apa pun terhadap strategi anti-Eropa Amerika. Sebaliknya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas telah secara terbuka mencoba meredakan situasi. Kallas, misalnya, mengatakan dalam sebuah pertemuan puncak di ibu kota Qatar, Doha, "Amerika Serikat masih sekutu terbesar kami."

Sementara itu, para analis Eropa telah mengambil sikap tegas. "Eropa akhirnya harus mengakui bahwa ia sendirian," kata Nathalie Tocci, Presiden Institut Urusan Internasional di Roma. Satu-satunya hubungan transatlantik yang nyata adalah antara Trump dan kaum populis sayap kanan di Uni Eropa.

Tentu saja, serangan terhadap Eropa tidak terbatas pada pemerintahan Trump. Elon Musk, seorang miliarder yang dekat dengan Trump, juga menulis di jaringan X, "Uni Eropa harus dibubarkan dan kedaulatan dikembalikan kepada negara-negara anggota sehingga pemerintah dapat lebih baik mewakili rakyatnya."

Meskipun para pemimpin Uni Eropa bersikap pasif terhadap AS, kenyataannya, tunduk pada kebijakan agresif dan tak terduga Presiden AS Donald Trump yang kontroversial, yang selalu memiliki perilaku dan kebijakan tak terduga, merupakan langkah yang keliru.

Pendekatan semacam itu bukan hanya melemahkan posisi Eropa di kancah internasional, tetapi juga berdampak luas bagi tatanan global dan hubungan antarnegara. Pengalaman beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa setiap sikap mundur dari tekanan Washington, terutama selama masa kepresidenan Trump, hanya akan berujung pada peningkatan ekses AS dan eskalasi krisis.

Alasan pertama mengapa pendekatan ini keliru adalah sifat kebijakan luar negeri Trump. Ia telah berulang kali menunjukkan bahwa alih-alih mematuhi aturan dan perjanjian internasional, Trump lebih suka memajukan tujuannya melalui ancaman, sanksi, dan tekanan ekonomi.

Contoh nyata dari hal ini adalah penarikan sepihak AS dari perjanjian nuklir Iran pada Mei 2018 dan penerapan sanksi luas terhadap Tehran. Sebuah langkah yang bukan hanya memicu ketidakstabilan di Asia Barat, tetapi juga mempertanyakan kredibilitas Eropa sebagai mitra negosiasi. Konsesi Eropa terhadap keputusan ini berarti menerima pelanggaran yang nyata terhadap perjanjian internasional dan menunjukkan bahwa Uni Eropa tidak mampu mempertahankan kepentingan dan komitmennya.

Alasan kedua adalah konsekuensi ekonomi dan politik dari sikap mundur ini. Eropa berulang kali mencoba menawarkan solusi alternatif dalam menghadapi tekanan AS untuk bergabung dengan sanksi terhadap Iran atau Tiongkok, tetapi dalam praktiknya tidak mampu mempertahankan kemandirian ekonominya.

Situasi ini bukan hanya merugikan perusahaan-perusahaan Eropa, tetapi juga menunjukkan bahwa ketergantungan yang berlebihan pada pasar dan sistem keuangan AS yang telah sangat mengurangi daya tawar Eropa. Jika Eropa menyerah kepada Trump, secara efektif hal itu telah memungkinkan Washington untuk memaksakan kebijakan ekonomi dan perdagangannya di Benua Eropa.

Alasan ketiga adalah implikasi geopolitik dari pendekatan ini. Trump telah berulang kali melemahkan NATO dan keamanan negara-negara Eropa dengan mengadopsi kebijakan unilateral. Jika Eropa tetap diam dalam menghadapi tindakan-tindakan ini, hal itu akan membahayakan keamanan kolektifnya.

Menyerah kepada Trump berarti menerima berkurangnya peran Eropa dalam persamaan keamanan global, yang dapat membuka jalan bagi meningkatnya pengaruh kekuatan lain seperti Rusia dan Tiongkok di Benua Eropa. Untuk mempertahankan posisinya, Eropa harus menentang kebijakan Washington yang tidak bertanggung jawab, alih-alih melemahkan posisinya dengan mundur.

Alasan keempat adalah konsekuensi moral dan hukum dari kemunduran ini. Kebijakan Trump di bidang imigrasi, lingkungan, dan hak asasi manusia telah berkali-kali dikritik. Eropa, yang menganggap dirinya sebagai pembela nilai-nilai kemanusiaan dan hukum internasional, akan kehilangan kredibilitas moralnya jika tunduk pada kebijakan tersebut. Berdiam diri atau bekerja sama dengan tindakan anti-hak asasi manusia Amerika berarti mengkhianati prinsip-prinsip yang diklaim didukung oleh Uni Eropa.

Akhirnya, harus dikatakan bahwa kegagalan upaya Eropa untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Washington bermula dari pendekatan pasif dan kapitulasi kepada Trump ini. Pengalaman menunjukkan bahwa kebijakan peredaan tidak hanya tidak mengurangi ketegangan di kedua sisi Atlantik, tetapi juga menyebabkan peningkatan tekanan dan ekses dari Amerika Serikat.

Demi mempertahankan independensi, kredibilitas, dan keamanannya, Eropa harus menentang kebijakan unilateral Amerika Serikat dan memperkuat posisinya dalam sistem global dengan memperkuat kerja sama intrakontinental dan internasional. Faktanya, menyerah kepada Trump adalah langkah yang salah, karena berarti menerima hegemoni dan melemahkan nilai-nilai yang diklaim Eropa untuk dipertahankan.(sl)