Strategi Baru AS Cegah Kekalahan Teroris di Suriah
(last modified Wed, 28 Dec 2016 08:20:48 GMT )
Des 28, 2016 15:20 Asia/Jakarta
  • Kerry dan Lavrov
    Kerry dan Lavrov

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov Selasa (27/12) dalam kontak telepon dengan sejawatnya dari Amerika Serikat, John Kerry menekankan, keputusan Washington mengurangi pembatasan mempersenjatai anasir teroris di Suriah berpotensi meningkatkan jumlah korban di negara ini.

Juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova mengatakan, “Keputusan Amerika mengurangi sejumlah pembatasan dalam mempersenjatai anasir teroris di Suriah merupakan langkah permusuhan terhadap pasukan Rusia dan kedutaan besar Moskow di Damaskus.” Masih menurut Zakharova, perubahan kebijakan yang terlihat di anggaran militer 2017 Amerika Serikat dalam pandangan Moskow sebuah kebijakan permusuhan.

 

Petinggi Rusia sebelumnya memperingatkan bahwa pengurangan pembatasan pengiriman senjata kepada kelompok anti pemerintah Suriah akan mengancam keamanan Timur Tengah. Rusia sejak September 2015, atas permintaan presiden Suriah, mulai melancarkan serangan udara terhadap pos-pos kelompok teroris termasuk Daesh di Suriah.

 

Sepertinya mengingat kekalahan beruntun kelompok teroris dukungan Amerika dan sekutu Barat serta Arabnya, kini pemerintah Barack Obama mengambil keputusan penting dan berencana mempersiapkan persenjataan lebih besar bagi kelompok ini yang sejatinya sama halnya dengan “Senjata yang Mengubah Alur Perang”.

 

Dalam hal ini, Moskow menekankan bahwa pemerintah Obama telah berencana memberikan roket anti udara kepada kelompok teroris di Suriah. Jika hal ini terealisasi, maka kelompok teroris akan memiliki kemampuan baru yang dapat mengancam operasi udara Suriah dan Rusia di zona perang. Ini tak ubahnya seperti yang pernah terjadi di saat perang Uni Soviet di Afghanistan di dekade 1980-an, di mana Amerika memberikan roket anti udara Stinger kepada mujahidin Afghanistan dan membuat helikopter serta jet tempur Uni Soviet kesulitan melancarkan aksinya.

 

Washington sebelumnya menjelaskan telah mengirim senjata baru kepada kelompok bersenjata Suriah, namun kini setelah muncul protes dari Rusia, Amerika malah mengingkarinya. Meski demikan banyak bukti menunjukkan bahwa Amerika selama lima tahun lalu dengan berbagai metode mengirim senjata dan bantuan finansial kepada kelompok teroris Suriah yang mereka klaim sebagai kubu moderat dan kubu ini bersama kelompok teroris lainnya seperti Daesh berperang melawan militer Suriah.

 

Petinggi Amerika cepat merespon kemenangan militer Suriah dan Rusia di Aleppo serta pembebasan kota ini dari tangan teroris dengan mengirim paket senjata baru kepada kelompok teroris termasuk roket anti tank. Anggapan Obama adalah dengan kebijakannya ini, ia mampu mencegah kemenangan beruntun pasukan Suriah dans ekutunya di berbagai wilayah Suriah lainnya selama hari-hari terakhir kepemimpinannya di Gedung Putih.

 

Alasan Obama dalam hal ini adalah hal-hal yang dicantumkan di undang-undang anggaran pertahanan tahun 2017 Amerika Serikat seperti mempersenjatai kelompok bersenjata dan teroris yang berperang melawan pemerintah legal Damaskus dan Amerika serta sekutunya menamakan kubu ini sebagai kelompok moderat.

 

Meski demikian menurut pandangan Rusia, langkah Obama tersebut selain indikasi kontradiksi nyata pemerintah Washington saat ini dengan langkah serta tujuan Rusia di Suriah, juga menciptakan kesulitan bagi pemerintah mendatang Amerika pimpinan Donald Trump sehingga ia akan terpaksa memusuhi Moskow dalam koridor isi dari undang-undang bujet militer 2017. (MF)

 

 

Tags