Kekalahan Partai Anti Islam dalam Pemilu Belanda
Hasil pemilu parlemen Belanda telah melenyapkan harapan kubu kanan ekstrim untuk membentuk pemerintahan di Negara Kincir Angin itu.
Partai kanan ekstrim dan anti-Islam, Partai Kebebasan (PVV) pimpinan Geert Wilders memperoleh 19 kursi dari dari total 150 kursi parlemen. Sedangkan Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) pimpinan Perdana Menteri Mark Rutte meraih 31 kursi. Dengan demikian, Wilders yang anti-Islam dan anti-imigran harus menelan kekalahan.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu parlemen Belanda pada Rabu (15/3/2017) mencapai 81 persen, sebuah rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
PVV berharap bisa menambah jumlah kursi di parlemen Belanda secara signifikan dengan memperhatikan krisis pengungsi dan serangan-serangan teror di Eropa. PVV optimis bakal menang dalam pemilu di tengah dukungan Presiden AS Donald Trump terhadap ide-ide kubu kanan ekstrim di Eropa seperti, penolakan terhadap imigran, pemisahan diri dari Uni Eropa, proteksi ekonomi, dan penekanan pada identitas nasional.
Namun, Mark Rutte mampu membaca realitas situasi saat ini di Belanda dan negara-negara Eropa dan menarik sejumlah pemilih untuk memberikan suaranya kepada VVD. Rutte telah berjanji akan melakukan sesuatu demi menghentikan sebuah proses yang ia sebut "musim semi ekstremisme Eropa."
Selain itu, sikap Rutte dalam menanggapi ketegangan hubungan Belanda dengan Turki dan penentangannya terhadap tuntutan Presiden Recep Tayyip Erdogan ikut mendongkrak popularitasnya di tengah warga.
Berdasarkan Konstitusi Belanda, partai yang menguasai kursi terbanyak di parlemen akan bertugas untuk membentuk kabinet. Sebelum ini, partai-partai lain menolak berkoalisi dengan partai Wilders dalam membentuk pemerintahan.
Pemilu Belanda dianggap sebuah ujian yang menentukan tidak hanya bagi rakyat Belanda, tapi bagi seluruh Eropa. Para pemimpin Eropa tak sabar menunggu hasil pemilu Belanda, karena jika kubu kanan ekstrim memenangi pemilu, maka Belanda akan menjadi mimpi buruk kedua bagi Eropa setelah Brexit.
Hasil pemilu di Belanda juga memperbesar potensi untuk mengalahkan partai-partai sayap kanan dalam pemilihan presiden Perancis dan pemilu parlemen Jerman.
Mungkin dengan alasan ini pula, Rutte setelah pengumuman hasil pemilu mengatakan bahwa rakyat Belanda berkata "tidak" kepada ide-ide kanan ekstrim setelah Inggris keluar dari Uni Eropa dan kemenangan Donald Trump di AS.
Para pemimpin Uni Eropa benar-benar sangat khawatir jika partai-partai dan gerakan kanan ekstrim berkuasa di Eropa, karena mereka tidak meyakini gagasan persatuan dan konvergensi Eropa.
Kubu kanan ektrim ingin menonjolkan identitas nasional dan memperjuangkan kemandirian penuh dalam bertindak di bidang politik, ekonomi, siosial-budaya, dan militer.
Para pemimpin Eropa sekarang optimis bahwa hasil pemilu parlemen Belanda akan terulang dalam pemilu-pemilu penting Eropa yaitu; kekalahan kubu kanan ekstrim. (RM)