Keinginan Eropa Pertahankan JCPOA
(last modified 2017-10-12T13:01:30+00:00 )
Okt 12, 2017 20:01 Asia/Jakarta

Mengingat peringatan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terkait ketidakpatuhan Republik Islam Iran terhadap Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), negara-negara Eropa tengah mempersiapkan langkah-langkah pengamanan serta berharap jika Trump mengabaikan permintaan mereka untuk membenarkan kembali kesepakatan nuklir pada 15 Oktober, negara-negara ini akan mampu mempertahankan JCPOA.

Pendekatan Eropa terhadap sikap negatif Trump terkait JCPOA serta sabotase nyata presiden AS untuk menghancurkan kesepakatan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 mengindikasikan kasus lain friksi di dalam tubuh kelompok ini. Sejatinya sejak berkuasanya Trump, sikap dan langkahnya di berbagai kasus membuat Eropa geram.

Sikap Trump yang bersikeras keluar dari kesepakatan iklim Paris, penentangan Trump terhadap kesepakatan perdagangan bebas antara Uni Eropa dan Amerika serta tuntutan berulang dirinya kepada anggota NATO dari Eropa untuk menambah bujet militer serta saham mereka di organisasi ini termasuk hal-hal yang memicu friksi antara Eropa dan Washington.

Namun kini penentangan keras Trump terhadap JCPOA yang tercatat sebuah kesepakatan rasional dan tepat untuk menyelesaikan isu nuklir Iran, kembali menguak friksi antara Eropa dan Amerika. Di statemen aneh dan irrasionalnya, Trump menyebut JCPOA sebagai faktor yang membuat malu Amerika dan salah satu kesepakatan terburuk yang sampai kini telah disepakati.

Lebih dari 80 pakar pelucutan senjata pada September 2017, di suratnya selain menekankan efesiensi kesepakatan nuklir Iran, juga meminta presiden AS meninjau ulang keputusannya membatalkan JCPOA. Meski demikian, sikap Trump tidak pernah disetujui oleh mitra Washington. Bahkan Perdana Menteri Inggris, Theresa May, sekutu strategis AS sangat menekankan dipertahankannya JCPOA.

Di sisi lain, Eropa meyakini bahwa keluarnya AS dari JCPOA akan sangat memberatkan negara yang mengklaim sebagai pemimpin dunia ini. Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini menekankan bahwa keluarnya AS dari JCPOA sama halnya dengan Washington tidak dapat dipercaya.

Selain itu, Mogherini seraya menyinggung Trump menekankan bahwa AS adalah negara yang membenarkan komitmen Iran terhadap JCPOA selama dua tahun terakhir dan kini menolak sikapnya tersebut.

Berbagai statemen petinggi dan pemimpin Eropa terkait pentingnya JCPOA dilanjutkan mengindikasikan bahwa menurut mereka kesepakatan nuklir ini sangat efektif dan perjanjian ini harus dilanjutkan mengingat komitmen Iran yang berulang kali dibenarkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di delapan laporannya.

Menurut Hamidreza Gholamzadeh, pengamat politik, Trump bahkan ingin melemahkan JCPOA dari kondisi saat ini.

Dalam perspektif  petinggi Eropa termasuk pemimpin Jerman, Perancis, dan Inggris, tanpa dukungan AS terhadap JCPOA potensi hancurnya kesepakatan nuklir Iran dan enam negara dunia semakin besar. Sejatinya Uni Eropa menilai JCPOA sebagai kesepakatan untuk mengontrol program nuklir Iran, sementara menurut Trump, JCPOA bukan saja harus menjadi kontrol, pengawasan dan pembatasan keras program nuklir Iran, tapi juga harus mencakup sejumlah kekhawatiran Washington seperti program rudal Iran dan aksi Tehran di kawasan. (MF)

Tags