ARSA Reaksi Pemulangan Pengungsi Rohingya
-
ARSA
Pasukan Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) menilai keputusan pejabat Myanmar untuk mengembalikan pengungsi Muslim Rohingya dari Bangladesh ke Rakhine sekedar tipuan belaka.
ARSA dalam statemen yang disampaikan hari Minggu (21/1) menyatakan prakarsa pejabat Myanmar untuk mengembalikan pengungsi Rohingya dari Bangladesh hanya akan menambah masalah bagi para pengungsi setelah kembali.
Sejak kekerasan terhadap Rohingya meletus di tahun 2012 hingga kini, puluhan ribu orang Muslim Rohingya berada di kamp pengungsian kota Sittwe, ibu kota provinsi Rakhine dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
"Tujuan pejabat Myanmar menempatkan Muslim Rohingya di kamp-kamp penampungan ini demi merampas tanah mereka yang dipergunakan untuk industri maupun pertanian," ujar ARSA dalam pernyataan hari Minggu.
Sebelumnya, pemerintah Bangladesh dan Myanmar menandatangani perjanjian repatriasi pengungsi Rohingya ke Rakhine pada 25 November 2017. Tapi sebagian pengungsi Rohingya menolak untuk kembali, karena keselamatan nyawanya tidak dijamin setelah kembali.
Berdasarkan perjanjian tersebut, sekitar 750.000 orang pengungsi Rohingya yang memasuki Bangladesh sejak Oktober 2016 dalam waktu dua tahun harus dikembalikan ke Myanmar.
Kesepakatan tersebut mulai dijalankan pekan depan.
PBB menyatakan proses pemulangan pengungsi Rohingya harus dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan.(PH)