Nasib Dolar dan Unilateralisme AS
https://parstoday.ir/id/news/world-i60330-nasib_dolar_dan_unilateralisme_as
Sistem perdagangan multilateral berdasarkan prinsip perdagangan bebas yang diusung Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) hingga kini masih menjadi perhatian para pejabat dunia, termasuk di antaranya Presiden Rusia. Vladimir Putin menegaskan urgensi berlanjutnya sistem perdagangan multilateral dan mengkritik unilateralisme yang sedang dipaksakan AS terhadap negara-negara dunia.
(last modified 2025-10-07T09:39:18+00:00 )
Jul 28, 2018 15:24 Asia/Jakarta
  • dolar AS
    dolar AS

Sistem perdagangan multilateral berdasarkan prinsip perdagangan bebas yang diusung Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) hingga kini masih menjadi perhatian para pejabat dunia, termasuk di antaranya Presiden Rusia. Vladimir Putin menegaskan urgensi berlanjutnya sistem perdagangan multilateral dan mengkritik unilateralisme yang sedang dipaksakan AS terhadap negara-negara dunia.

Putin dalam statemen terbarunya menyinggung mulai lunturnya tingkat kepercayaan publik dunia terhadap dolar sebagai mata uang internasional, dan menyerukan supaya Dana Moneter Internasional (IMF) mengurangi peran dolar sebagai alat pembayaran internasional.

Lembaga keuangan internasional melaporkan terjadinya penurunan kontribusi dolar terhadap cadangan mata uang asing negara-negara dunia selama triwulan terakhir tahun ini. Pada saat yang sama terjadi kecenderungan penggunaan euro dan Yuan yang semakin meningkat.

Washington selama ini senantiasa memanfaatkan tingkat ketergantungan perusahaan dan perbankan internasional serta sistem moneter global terhadap dolar sebagai alat kepentingan politiknya untuk menekan negara lain supaya mengamini diktenya. Tapi tampaknya, kebijakan unilateral Trump di bidang politik dan ekonomi dengan keluarnya AS dari kesepakatan internasional dan penjatuhan sanksi terhadap negara lain memicu perhatian para pemimpin negara dunia melebihi sebelumnya. Indikasi tersebut terlihat dengan mulai terjadinya pengurangan cadangan valuta asing dalam bentuk dolar yang digantikan dengan Euro maupun Yuan. Fenomena ini menunjukkan arah baru tata kelola perekonomian global.

Yuan vs dolar AS

 

Meskipun wacana perubahan cadangan valuta asing negara-negara dunia telah disampaikan para ahli sejak beberapa tahun lalu, terutama pasca terjadinya krisis ekonomi di AS antara tahun 2007 hingga 2008. Tapi aksi dan kebijakan unilateralisme yang diusung Trump dengan langkah blundernya keluar dari JCPOA dan melancarkan perang tarif terhadap Eropa, Cina dan sejumlah mitranya sendiri, memicu percepatan langkah negara-negara dunia untuk meninggalkan dolar sebagai cadangan valuta asing dan alat transaksi perdagangan internasional.

Cina dan Rusia sebagai rival utama AS mulai mengambil langkah praktis di arena internasional untuk menekan pengaruh dolar di dunia. Kedua negara ini berkayakinan bahwa penggunaan dolar sebagai mata uang transaksi kedua negara merugikan mereka. Oleh karena itu, Beijing dan Moskow sepakat untuk menggunakan Yuan dan Ruble sebagai mata uang transaksi perdagangan kedua negara.

Kecenderungan untuk meninggalkan dolar sebagai mata uang dalam transaksi perdagangan internasional yang dipelopori oleh Cina dan Rusia didukung oleh pengaruh kedua negara tersebut di berbagai negara dunia. Para pejabat negara benua Afrika menyampaikan antusiasmenya untuk menggunakan Yuan sebagai mata uang internasional mereka.

Mengenai masalah ini, praktisi moneter internasional dari Afrika, Caleb Fundanga mengungkapkan, hasil kesepakatan bersama berbagai pihak di Afrika menunjukkan bahwa penggunaan Yuan lebih besar dalam transaksi perdagangan internasional seirama dengan kepentingan nasional mereka dan mengurangi tingkat fluktuasi yang terjadi saat ini.

Negara-negara Eropa saat ini juga melancarkan langkah serupa untuk menghadapi kebijakan perang tarif yang diberlakukan Trump dengan menekankan Euro sebagai mata uang transaksi internasional. Unilateralisme yang diusung Trump lambat atau cepat akan menjadi bumerang bagi AS sendiri.(PH)