Pidato Trump tentang Iran, Kaset Lama AS yang Diputar Ulang
(last modified Wed, 06 Feb 2019 09:47:56 GMT )
Feb 06, 2019 16:47 Asia/Jakarta

AS kembali melancarkan tudingan baru terhadap Tehran dengan target untuk melemahkan Republik Islam Iran.

Presiden AS, Donald Trump dalam pidato tahunan keduanya yang disampaikan di Kongres AS hari Selasa (5/2) menuding Iran berambisi mengejar program senjata nuklir, meski Tehran berulangkali membantahnya. Trump mengatakan, sanksi terberat telah dijatuhkan terhadap Iran untuk mencegah Tehran meraih senjata nuklir.

"Musim semi lalu, kami sudah menjatuhkan sanksi terberat terhadap sebuah negara kepada mereka [Iran]," ujar Trump dalam pidatonya.

Klaim itu disampaikan ketika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam berbagai laporannya mengakui komitmen Iran terhadap status nuklir damainya, dan kepatuhan negara ini pada kesepakatan nuklir internasional, JCPOA.

Trump berulangkali mengkritik JCPOA yang dijadikan alasan untuk menarik AS keluar dari perjanjian nuklir internasional tersebut. Menurutnya, keluarnya AS dari JCPOA yang disusul kembalinya sanksi nuklir Washington terhadap Tehran akan memaksa Iran menerima keinginan Gedung Putih. Tapi, tujuan tersebut tidak tercapai, karena Republik Islam tidak pernah bersedia menyerah terhadap tuntutan AS, meskipun menghadapi gelombang tekanan sanksi yang mengalir begitu deras.

Presiden AS dalam pidato tahunan keduanya di Kongres menyinggung masalah lain yang berkaitan dengan Iran. Trump mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan sebuah rezim yang menyerukan slogan kematian bagi AS dan mengancam akan melenyapkan Israel,".

Pidato Trump ini melupakan fakta tentang perbedaan antara rezim Zionis Israel, dan etnis Yahudi dengan penganut agamanya. Tehran berulangkali menegaskan pemilahan antara rezim agresor Israel yang menjarah Palestina, dan orang-orang Yahudi. Sebab di Iran sendiri, orang-orang Yahudi sebagai minoritas, bersama dengan penganut agama lainnya dihormati dan diberikan hak-haknya sebagai warga negara. Rezim Zionis Israel selama bertahun-tahun melakukan berbagai kejahatan terhadap bangsa Palestina dengan dukungan AS.

Presiden AS, Donald Trump mengumumkan negaranay keluar dari JCPOA

Di era Trump, pemerintah AS untuk pertama kalinya secara resmi mengumumkan pemindahan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Baitul Maqdis yang memicu protes luas dari berbagai negara dunia. Langkah Trump membela Netanyahu dan rezim Zionis yang selama ini menimbulkan masalah di kawasan, menunjukkan dukungan AS terhadap poros kejahatan regional.

Tudingan Netanyahu dan juga Trump terhadap Tehran yang mereka klaim menyulut instabilitas di Timur Tengah dilakukan untuk mengalihkan opini publik dunia dari daftar panjang kejahatan yang dilakukan Israel dan AS.

Analis internasional, Seyyid Ahmad Hosseini mengatakan, langkah AS keluar dari JCPOA, kembalinya sanksi dan tekanan, terutama di bidang transaksi perdagangan terhadap Iran demi memprovokasi rakyat negara ini supaya menentang pemerintahannya.

AS mengerahkan segenap kekuatannya untuk menekan Iran dan mengucilkan negara ini di arena internasional. Tapi faktanya, Iran tetap berdiri menghadapi semua plot dan konspirasi yang datang bertubi-tubi. Meskipun menghadapi banyak masalah karena sanksi AS, tapi Republik Islam tetap tegar berdiri di usia empat dekade ini. 

Tampaknya, inilah maksud statemen  menlu Iran yang mereaksi statemen konfrontatif Presiden AS, Donald Trump. Mohammad Javad Zarif  mengatakan, "Meskipun menghadapi permusuhan Washington, tapi orang-orang Iran justru sedang merayakan empat dekade kemenangan Revolusi Islam,"

Dan, tudingan Trump dalam pidato terbarunya terhadap Tehran, dalam pandangan pejabat Iran mungkin hanya dilihat sebagai cara presiden AS memutar kaset lamanya.(PH) (File Suara: HS)  

 

Tags