Kegagalan AS untuk Cegah Ekspor Minyak Iran
(last modified Sat, 26 Oct 2019 11:59:06 GMT )
Okt 26, 2019 18:59 Asia/Jakarta
  • Presiden AS Donald Trump.
    Presiden AS Donald Trump.

Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir JCPOA pada tanggal 8 Mei 2018 dan memulihkan sanksi nuklir Republik Islam Iran, bahkan menambah sanksi itu dalam dua tahap, di mana tahap pertama pada Agustus 2018 dan kedua, pada November.

Sanksi AS tersebut adalah sepihak dan melanggar hukum internasional termasuk resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB. Salah satu dari aspek terpenting dari sanksi ini adalah embargo terhadap minyak Iran.

Presiden AS Donald Trump dalam sebuah pernyataan, menyinggung kondisi pasar minyak dan menuntut penerapan langkah yang lebih keras untuk mengembargo minyak Iran.

Trump kepada menteri keuangan dan energi AS menyinggung bagian dari Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2012.

Dia menulis, menurut wewenang yang diberikan kepada saya berdasarkan konstitusi dan hukum Amerika sebagai presiden, dan setelah evaluasi cermat atas laporan departemen informasi energi kepada Kongres, termasuk laporan pada Oktober 2019 dan faktor terkait lainnya, termasuk kondisi ekonomi global, meningkatnya produksi minyak oleh negara-negara tertentu, kapasitas produksi minyak tambahan di level dunia dan kesiapan cadangan strategis, maka saya –berdasarkan bagian dari Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional tahun fiskal 2012 dan hukum umum 81-112 serta sejalan dengan keputusan sebelumnya– mengumumkan bahwa pasokan minyak dan produk minyak dari negara-negara selain Iran sudah mencukupi, di mana kondisi ini bisa memungkinkan pengurangan yang signifikan dalam volume minyak dan produk minyak yang dibeli dari Iran oleh atau melalui lembaga keuangan asing.

Tampaknya langkah baru Trump itu diambil karena sanksi-sanksi berat yang telah diberlakukan AS terhadap Iran, terutama sanksi minyak, tidak mencapai hasil yang diinginkan oleh Gedung Putih.

Meski pemerintahan Trump menerapkan berbagai sanksi ketat terhadap Iran dan mengancam para pembeli minyak negara ini dengan embargo, namun sebagian importir minyak Iran tidak mempedulikan ancaman itu. Misalnya, negara seperti Cina yang hingga saat ini masih membeli minyak dari Iran.

Ketidakpedulian para pembeli minyak Iran atas peringatan AS telah membuat Trump semakin geram. Apalagi, dia menyaksikan berbagai kegagalan kebijakannya di dalam dan luar negeri.

Kini dengan dalih surplus minyak di pasar dunia dan sejumlah alasan lainnya, Trump mengancam dan menuntut pihak-pihak asing untuk tidak membeli minyak Iran. Jika ancaman Trump ini efektif, tentunya sejak awal telah terlihat tandanya.

Bloomberg dalam sebuah ulasannya menyinggung kegagalan AS untuk mencegah ekspor minyak Iran hingga ke titik nol. Bloomberg menulis, ekspor minyak Iran dapat berkisar dari beberapa ratus ribu barel perhari hingga satu juta barel setiap harinya. Padahal, tujuan AS adalah mencegah ekspor minyak Iran hingga ke titik nol. Semua lembaga pengawas ekspor minyak meyakini bahwa Amerika hingga sekarang tidak mencapai tujuannya, dan minyak Iran terus terjual.

AS telah mengambil keuntungan penuh dari peluang pemberlakuan sanksi minyak terhadap negara-negara penentangnya seperti Iran dan Venezuela, dan kini sedang meningkatkan pangsa pasarnya.

CEO Perusahaan Minyak Rosneft Rusia Igor Sechin mengatakan, Amerika telah mengambil manfaat paling banyak dari pemberlakukan sanksi minyak terhadap Iran, sebab ekspor minyak negara ini pada tahun 2018 meningkat dua kali lipat.

Sebenarnya, pangsa pasar minyak Amerika meningkat lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor politik daripada dengan metode ekonomi. Pendekatan Washington adalah melenyapkan pemain kunci dari pasar minyak.

Saat ini, sepertiga cadangan minyak dunia dan seperlima produksi minyak dunia dimiliki oleh Iran, Venezuela dan Rusia, di mana ketiganya berada di bawah sanksi Amerika, dan Washington ingin menghapus para pemain kunci itu dari pasar minyak dunia.

Keputusan anti-Iran yang diambil pemerintahan Trump, yaitu tidak memperpanjang pengecualian sanksi kepada para pembeli minyak Iran pada Mei 2019 merupakan langkah dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap Tehran.

Langkah itu juga dibarengi tekanan ekonomi dan pemutusan semua pendapatan dari ekspor minyak Iran untuk memaksa Tehran menerima 12 jenis tuntutan Amerika.

Meski semua langkah dan cara telah diambil, namun AS gagal mencegah ekspor minyak Iran hingga ke titik nol. Sementara itu, Iran sendiri saat ini sedang menerapkan straregi untuk mengurangi ketergantungan kepada pendapatan minyak dalam anggaran tahunannya. (RA)

Tags