Ketika Corbyn Memperingatkan Jalur Berbahaya Inggris Mengikuti Trump
Dukungan Inggris untuk beberapa kebijakan Donald Trump telah mendorong politisi Inggris untuk memprotes. Dalam pernyataan terbaru pemimpin oposisi Inggris Jeremy Corbyn mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang orientasi negaranya. Corbyn menuduh pemerintah Inggris secara membabi buta mengikuti kebijakan Trump tentang berbagai masalah, termasuk dukungan tanpa syarat untuk rezim Zionis.
Pemimpin Partai Buruh Inggris telah memperingatkan bahwa sudah waktunya untuk berhenti secara membabi buta mengikuti Donald Trump dan masuknya Inggris ke dalam perang Irak dan konflik baru-baru ini di Timur Tengah telah menjadi dalih untuk serangan teroris.
Corbyn menyampaikan pernyataannya ketika tinggal sekitar 10 hari menjelang pemilihan parlemen di Inggris, sebuah pemilu penting yang akan membentuk masa depan Inggris. Dalam pemilihan ini, Corbyn telah berulang kali menekankan pemisahan kebijakan Inggris dari AS, dan menuduh Johnson mendukung kebijakan Washington, terutama kebijakan luar negeri AS.
"Boris Johnson dalam menyangkal perubahan iklim dan dukungan tanpa syarat dari sayap kanan Israel, dari rasisme hingga konfrontasi dengan Cina benar-benar telah mengikuti Trump, dan kami telah jatuh di jalur yang berbahaya berkali-kali dalam proses tersebut. Inggris harus mengejar kebijakan luar negerinya sendiri," ungkap Corbyn.
Pernyataan Corbin disampaika ketika hubungan Inggris-AS selama era Trump telah mengambil dimensi yang lebih luas, terutama dengan munculnya Boris Johnson. Trump sendiri telah berulang kali mendukung Johnson agar Inggris keluar dari Uni Eropa dan bersikeras ingin mengembangkan hubungan dengan Inggris.
Trump menyebut Boris Johson, Perdana Menteri Konservatif saat ini sebagai "orang yang luar biasa". Sementara dalam situasi saat ini banyak angota senior Konservatif khawatir akan penurunan popularitas Johnson, pemimpin partai saat ini sekaligus perdana menteri menyusul dukungan Trump untuknya.
Sekarang, dukungan Inggris untuk kebijakan Washington telah menjadi salah satu poros terpenting dari pemilu mendatang. Sejatinya, banyak politisi Inggris khawatir akan dukungannya terhadap kebijakan Trump, terutama pada isu-isu seperti Zionis Israel, Cina dan Hong Kong, Afghanistan dan Afrika Utara.
Johnson telah mendukung rezim Zionis sejalan dengan kebijakan Washington pada beberapa kesempatan, termasuk pada bulan Juli 2019 menyebut dirinya "Zionis Tulen" yang mencintai rezim Zionis Israel.
Bagi banyak politisi, intervensi AS dalam urusan internal Inggris dan kepatuhannya terhadap kebijakan luar negeri Washington telah membahayakan keamanan nasionalnya dan berkontribusi pada penyebaran rasa tidak aman dan terorisme di Eropa dan Inggris.
Di sisi lain, masalah Brexit dan cara melakukannya adalah isu utama lain yang telah menjadi pertempuran antara Johnson dan Corbyn. Corbyn menggambarkan Brexit yang diinginkan Johnson untuk melayani kepentingan perusahaan-perusahaan Amerika. Sementara itu, Johnson telah berjanji untuk memperluas hubungan ekonomi dengan negara-negara seperti AS, Jepang dan Selandia Baru.
Pemerintah Trump mendukung terpilihnya Johnson untuk kedua kalinya. Karena Trump berpikir bahwa dengan memilih kembali Johnson sebagai perdana menteri baru Inggris setelah penyelenggaraan pemilu dini parlemen, ia sekali lagi akan melayani perintah Trump dan dapat mendukung kebijakan Presiden AS, termasuk dalam berurusan dengan Uni Eropa dan melemahkan Eropa bersatu. Dukungan untuk sikap luar negeri Washington, terutama pada masalah Asia Barat, adalah alasan lain akan dukungan AS untuk Johnson.
Menurut laporan The Guardian, dalam lima tahun terakhir, sebelas miliarder AS telah menyumbangkan jutaan dolar kepada kelompok sayap kanan Inggris untuk meningkatkan hubungan AS-Inggris setelah meninggalkan Uni Eropa.
Pemilihan dini legislatif Inggris akan diselenggarakan pada 12 Desember dan pemilu ini akan menentukan apakah jalan masa depan Inggris menjadi lebih tergantung pada AS atau untuk mengadopsi kebijakan independen dalam periode pasca pemilihan.