Amerika Tinjauan dari Dalam, 28 Maret 2020
https://parstoday.ir/id/news/world-i79868-amerika_tinjauan_dari_dalam_28_maret_2020
Dinamika Amerika Serikat selama beberapa hari terakhir diwarnai berbagai isu di antaranya popularitas Trump menurun karena salah urus mengelola Corona.
(last modified 2025-12-03T09:58:15+00:00 )
Mar 28, 2020 12:56 Asia/Jakarta
  • Popularitas Donald Trump terus menurun
    Popularitas Donald Trump terus menurun

Dinamika Amerika Serikat selama beberapa hari terakhir diwarnai berbagai isu di antaranya popularitas Trump menurun karena salah urus mengelola Corona.

Selain itu, menteri luar negeri AS menuduh Cina, Rusia dan Iran, Amerika Serikat memasuki resesi ekonomi yang dalam karena wabah Corona dan Trump memperingatkan Arab Saudi dan Rusia tentang anjloknya harga minyak.

Penurunan Popularitas Trump Karena Salah Urus Mengelola Corona

Jajak pendapat yang dilakukan Gallup Institute menunjukkan bahwa popularitas Donald Trump telah turun 5 persen setelah coronavirus dan Covid-19 menyebar di AS. Menurut jajak pendapat yang baru dirilis ini, hanya 44 persen orang Amerika mengatakan mereka menyetujui kinerja Trump sebagai presiden. Padahal angka itu adalah 49% pada bulan Februari, ketika Senat sedang bersiap untuk membebaskan Trump dari proses pemakzulan. Popularitas 49 persen adalah yang tertinggi Donald Trump selama menjabat sebagai presiden negara ini.

Image Caption

Polling terbaru Gallup Institute dilakukan mulai dari 2 hingga 13 Maret, di mana saat itu krisis penyakit Covid-19 di Amerika Serikat memburuk secara signifikan dan Trump berpidato tentang masalah ini lalu beberapa hari kemudian ia mengumumkan kondisi darurat nasional di Amerika Serikat. Dalam hal ini, sebuah jajak pendapat terbaru oleh ABC News menunjukkan bahwa 54 persen orang Amerika tidak setuju dengan penanganan krisis oleh Donald Trump dan tanggapannya terhadap krisis. Hanya 43 persen warga AS yang menyetujui manajemen pemerintah presiden mereka mengatasi virus Corona.

Brad Bannon, direktur Bannon Communications Research Institute, dalam sebuah catatan kritis menulis kepada Trump, "Sejarah akan mencatat fakta bahwa Donald Trump tertidur dan berada dalam kelalaian mendalam ketika virus Corona yang mematikan menyerang Amerika Serikat."

"Kami sepenuhnya mengendalikan situasi," kata Trump 22 Januari dalam perang melawan Corona. Trump mengklaim dalam kampanye 28 Februari di South Carolina bahwa Demokrat telah mempolitisasi virus Corona, dan penyebaran virus yang luas adalah kebohongan yang tidak berdasar. Padahal, ribuan orang Amerika telah terinfeksi virus Corona sejak itu, dan beberapa meninggal. Ekonomi AS juga berisiko runtuh. Trump akhirnya menyerah pada tekanan internal dan mengumumkan keadaan darurat nasional pada hari Jumat, 13 Maret. Namun, para kritikus percaya bahwa ia memiliki reaksi terlambat terhadap penyebaran korona.

Menteri luar negeri AS menuduh Cina, Rusia dan Iran

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Jumat (20/03/2020), menuduh Cina, Rusia dan Iran menerbitkan "informasi yang menyesatkan" tentang wabah virus Corona. "Kami telah berbicara dengan negara-negara ini dan mengatakan bahwa mereka harus berhenti melakukan ini," katanya, mengutip informasi yang menyesatkan tentang virus Corona yang berasal dari Cina, Rusia dan Iran. Pompeo telah mengklaim bahwa Iran, Cina dan Rusia ingin mendiskreditkan upaya AS untuk memerangi virus Corona dengan merilis informasi ini.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo

Menteri Luar Negeri AS tampak pasif mengingat sikap ketiga negara mengenai keterlibatan AS dalam pengembangan dan penyebaran coronavirus dalam konteks pengembangan senjata biologis dengan menuduh Cina, Rusia, dan Iran demi menunjukkan Washington tidak bersalah. Mengingat rekam jejak Amerika yang sangat negatif dalam mengembangkan dan menggunakan senjata biologis terhadap musuh-musuhnya, sejak kemunculan dan penyebaran Coronavirus dan penaykit Covid-19 di Wuhan, Cina pada Desember 2019 dan penyebarannya dalam beberapa bulan terakhir ke sebagian besar negara, Washington dinobatkan sebagai tersangka nomor satu, terutama karena beberapa pejabat AS telah berbicara tentang efek positif wabah di Cina pada ekonomi AS. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada 31 Januari 2020 mengatakan dalam sebuah pernyataan aneh bahwa berjangkitnya virus Corona yang mematikan di Cina bisa baik untuk ekonomi AS.

"Saya pikir itu akan membantu mempercepat pengembalian pekerjaan ke Amerika Utara," kata Ross dalam sebuah wawancara televisi.

Para kritikus pemerintah  Trump telah mengkritik pernyataan menteri perdagangan AS dan mencatat bahwa penyebaran penyakit menular yang cepat telah menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan tentang dampaknya terhadap ekonomi Cina dan dunia, bahkan AS sendiri. Pemerintah Cina pada 12 Maret secara resmi menuduh Amerika Serikat melakukan serangan biologis dengan virus Corona. Cina telah meminta AS untuk mengklarifikasi sejarah mereka yang terinfeksi penyakit Covid-19 akibat virus Corona baru baru di Amerika Serikat dan kemungkinan penularannya ke Cina oleh militer AS.

"Mungkin militer AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Bersikap transparanlah! Publikasikan data dan informasi Anda! Amerika Serikat berutang penjelasan kepada kami," tulis Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian di Twitter.

Zhao Lijian tidak menjelaskan kemungkinan transfer virus oleh militer AS ke Wuhan, yang saat ini dikenal sebagai titik awal untuk wabah virus Corona, tetapi dalam beberapa hari terakhir para pejabat Cina meragukan bahwa kota itu benar-benar wabah utama virus.

Wabah Corona Menyeret Amerika Serikat dalam Resesi Ekonomi

Penyebaran virus Corona dan penyakit Covid-19 telah menyebabkan pertumbuhan indikator negatif dan resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam ekonomi AS sebagai ekonomi terbesar di dunia. Michelle Meyer, ekonom senior di Bank of America, bank terbesar kedua di Amerika Serikat, mengatakan dalam sebuah surat kepada klien pada hari Kamis, 19 Maret, bahwa ekonomi AS berada dalam resesi yang dalam karena krisis keuangan global. "Kami secara resmi menyatakan bahwa ekonomi Amerika berada dalam resesi seperti seluruh dunia, dan ini adalah resesi yang dalam dan serius," tegas Meyer. Pada saat yang sama ia mengklaim bahwa resesi akan berumur pendek.

Resesi ekonomi AS

Ekonomi AS juga sangat dipengaruhi oleh krisis Corona dalam beberapa pekan terakhir, dengan indeks Bursa Efek New York turun sekitar 30 persen dalam sebulan terakhir.

Ekonomi AS juga telah sangat dipengaruhi oleh krisis Corona dalam beberapa pekan terakhir, dengan indeks Bursa Efek New York turun sekitar 30 persen dalam sebulan terakhir. Kekhawatiran investor tentang berbagai masalah telah meningkat secara signifikan dengan penyebaran virus Corona dan penyakit Covid-19 di Amerika Serikat. Ini termasuk respons pemerintahan Trump yang tidak merata terhadap penurunan ekonomi, kebingungan tentang jumlah orang yang terinfeksi virus ini di AS, dan kekhawatiran akan terinfeksi Covid-19 serta pembatasan yang diberlakukan pemerintah pada pendapatan dan permintaan konsumen serta ekonomi dapat meruntuhkan negara ini.

Michelle Meyer, ekonom senior AS berpendapat bahwa solusi untuk resesi ini adalah pembuat kebijakan moneter dan ekonomi mempertimbangkan rangsangan ekonomi yang agresif dalam beberapa minggu mendatang dan menyediakan tanpa batasan.

Inilah solusi yang diambil Federal Reserve. Federal Reserve untuk menangani dampak ekonomi dari virus Corona pada hari Minggu, 15 Maret, memangkas suku bunga sebesar 1% dari 1,25% menjadi 0,25% dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Juga telah diumumkan bahwa $ 700 miliar likuiditas akan disuntikkan ke pasar. Uang tunai $ 500 miliar yang siap disuntikkan ke pasar akan diinvestasikan dalam obligasi, dan $ 200 miliar lagi akan diinvestasikan untuk meningkatkan pasar Simpan Pinjam.

Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, penyebaran virus Corona di Amerika Serikat dapat meningkatkan angka pengangguran hingga 20%. Dia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Amerika Serikat bulan Februari lalu hanya 2,6%, dan mengatakan konsekuensi ekonomi dari epidemi Corona jauh lebih buruk daripada krisis ekonomi tahun 2008. Menurut Jeffrey Tucker, seorang analis ekonomi, "PDB AS kemungkinan akan terpukul keras pada kuartal pertama 2020 dan kita akan melihat dampaknya pada angka pengangguran."

Trump selalu menyebut pencapaian ekonominya sebagai kartu kemenangan yang ia yakini akan memenangkannya dalam pemilihan ulang pada pemilu presiden AS November 2020, tetapi situasi yang tidak terduga saat ini dan kejatuhan bebas indeks keuangan dan saham AS telah memperparah angka pengangguran dan munculnya resesi yang dalam memperburuk ekonomi AS, yang mengakibatkan meningkatnya ketidakpuasan terhadap pemerintah Trump, yang merongrong peluangnya untuk memenangkan pemilihan berikutnya.

Trump Memperingatkan Arab Saudi dan Rusia Soal Anjloknya Harga Minyak

Perang minyak antara Arab Saudi dan Rusia menyusul kegagalan KTT bersama OPEC-Rusia dan kenaikan signifikan minyak di pasar dunia oleh Arab Saudi dan mitranya telah menyebabkan penurunan tajam harga minyak. Ini memicu reaksi Presiden AS Donald Trump. Trump menyebut perang harga minyak "sangat buruk" untuk Arab Saudi dan "menghancurkan" untuk Rusia pada konferensi pers. Peringatan itu datang ketika harga minyak mentah anjlok menjadi $ 20 per barel pekan lalu, salah satu alasan meningkatnya produksi minyak Arab Saudi dan penurunan dramatis lainnya dalam permintaan dunia akibat epidemi virus Corona.

Presiden AS Donald Trump

Trump, tentu saja, mengklaim ini bermanfaat bagi konsumen Amerika karena akan mengurangi harga bensin. Trump melanjutkan klaimnya tentang kemungkinan mediasi AS untuk menyelesaikan perselisihan "pada waktunya". The Wall Street Journal melaporkan pada hari Kamis (19/03/2020), bahwa perusahaan minyak AS telah meningkatkan tekanan diplomatik pada Riyadh untuk mengurangi produksi minyak dan mengancam Rusia untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut yang bertujuan memaksa Moskow agar menerima pengurangan produksi minyak mentah.

Anggota parlemen AS juga prihatin tentang dampak negatif dari produksi minyak serpih di Amerika Serikat, yang merupakan salah satu dasar dari apa yang disebut "revolusi minyak" di Amerika Serikat dan produsen minyak terbesar di dunia. Sepuluh senator AS mengadakan pembicaraan dengan duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat yang bertujuan membujuk Riyadh untuk menghentikan perang harga di pasar minyak dunia, dan secara terpisah meminta Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi minyak pada kedua negara.

"Sayangnya, taktik arogan ini sudah biasa di Rusia, tetapi tindakan mitra strategis kami di Arab Saudi juga mengkhawatirkan," kata Senator Negara Bagian North Dakota Kevin Cramer dalam sepucuk surat kepada Trump. Cramer mendesak Trump untuk memboikot minyak Rusia, Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya, seperti Irak.

Dari sudut pandang anggota parlemen AS ini, Rusia dan Arab Saudi telah mengambil tindakan untuk menargetkan produsen minyak serpih AS dan membuat mereka bangkrut dengan menurunkan harga minyak dan membuat produksi minyak serpih di Amerika Serikat menjadi tidak ekonomis. Masalah ini membuat tuduhan mengarah pada ee dua negara. Pakar minyak Dalgha Khatin Oglu meyakini penurunan harga minyak juga berbahaya bagi AS.

"Tidak seperti Arab Saudi dan Rusia, biaya memproduksi minyak serpih di Amerika Serikat sangat tinggi (biasanya $ 31 hingga $ 54 per barel), dan penurunan harga minyak dalam beberapa hari terakhir telah mengkhawatirkan kebangkrutan lusinan perusahaan minyak AS," katanya. Dalam waktu dekat, Washington diperkirakan akan meningkatkan tekanannya pada Riyadh untuk mengurangi produksi minyak AS dalam mendukung perusahaan-perusahaan serpih AS dan mengambil langkah-langkah untuk melawan pertumbuhan produksi minyak Rusia dan pasokan ke pasar dunia.