Menimbang Laporan Bias Sekjen PBB; Gerakan Selaras Skenario AS
Pasca serangan drone dan rudal muqawama Yaman terhadap instalasi minyak Aramco Arab Saudi di timur negara ini, Riyadh dan Washington dalam sebuah gerakan terkoordinisir mengklaim bahwa senjata yang digunakan di operasi ini serta di sejumlah serangan Yaman sebelumnya buatan Iran serta diberikan Tehran kepada muqawama Yaman.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak saat itu telah melakukan penyidikan terkait serangan tersebut.
Kini Sekjen PBB Antonio Guterres di laporannya kepada Dewan Keamanan PBB mengklaim bahwa rudal Cruise dan drone yang digunakan untuk menyerang instalasi minyak Aramco dan bandara udara internasional Abha Arab Saudi tahun 2019, dan sedikitnya dua serangan sebelumnya, bersumber dari Iran.
Guterres juga menyatakan bahwa sebagian senjata yang diblokir Amerika, semuanya atau serupa dengan senjata yang digunakan di serangan tahun lalu menarget Arab Saudi. Laporan ini sampai kini secara resmi belum disebarkan, namun Reuters Kamis 11 Juni 2020 menyatakan memiliki akses ke salinan laporan tersebut dan merilis sebagian laporan tersebut.
Dalam pernyataannya yang bias, Guterres memperjelas bahwa langkah Iran ini dapat dianggap bertentangan dengan Resolusi Dewan Keamanan 2231, yang disetujui sehubungan dengan kesepakatan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1. Masa embargo senjata lima tahun terhadap Iran berdasarkan resolusi ini akan berakhir 18 Oktober 2020 mendatang dan Amerika melakukan upaya besar-besaran untuk memperpanjang sanksi ini.

Sekjen PBB setiap enam bulan sekali memberi laporan kepada anggota Dewan Keamanan terkait implementasi resolusi 2231 dan sanksi senjata kepada Iran. Ia dilaporan sebelumnya menulis bahwa organisasi ini tidak mampu secara independen membenarkan peralatan dan sejata yang digunakan menyerang instalasi Aramco berasal dari Iran. Namun kini Ia melakukan manuver nyata dan selaras dengan kampanye Washington untuk memperpanjang embargo senjata Iran dengan klaim pelanggaran sanksi ini oleh Tehran dengan mengirim senjata kepada muqawama Yaman yang menurut klaim Washington telah memicu instabilitas di kawasan. Dengan demikian ia berusaha mempersiapkan peluang politik dan mental yang diperlukan untuk menggiring anggota Dewan Keamanan agar mengamini keinginan Amerika.
Laporan terbaru sekjen PBB diberikan kepada anggota Dewan Keamanan bersamaan dengan upaya yang terus meningkat Amerika untuk memperpanjang sanksi senjata Iran dan memberikan draf resolusi yang berkaitan dengan ini dan ingin diratifikasi di Dewan Keamanan kepada sekutunya serta rivalnya khususnya Rusia. Di sisi lain, Tehran menyatakan berharap Moskow dan Beijing menveto draf resolusi tersebut. Sementara Moskow dan Beijing juga menyatakan penentangannya atas upaya pemerintah Donald Trump di bidang ini.
Departemen Luar Negeri Iran Jumat 12 Juni 2020 ketika menepis klaim terbaru sekretariat PBB merilis statemen. Deplu Iran di statemennya merekomendasikan sekretariat PBB tidak bergerak selaras dengan skenario yang dirancang Amerika untuk mencegah pencabutan embargo senjata Iran serta tidak membantu proses berbahaya ini dengan mempersiapkan laporan yang tidak memiliki dasar hukum.
Di statemen ini disebutkan, “Republik Islam Iran selain menolak klaim sekretariat PBB yang sepertinya disusun dibawah tekanan politik AS dan Arab Saudi, mengungkapkan kekhawatiran mendalamnya atas pemanfaatan sekretariat PBB untuk tujuan politik.”

Tehran mengungkapkan standar ganda PBB terkait perang Yaman dan seraya mengisyaratkan ketidakpedulian organisasi ini di bidang penjualan senjata Barat khususnya Amerika untuk membantai rakyat Yaman, menggulirkan pertanyaan ini, mengapa PBB tidak mempedulikan isu ini, namun sebaliknya memiliki perhatian khusus terhadap klaim anti Iran yang digulirkan Washington dan Riyadh serta mengirim tim penyidik ke Arab Saudi untuk menyelidiki sisa-sisa senjata yang digunakan oleh perlawanan Yaman dalam serangannya?
Padahal Gerakan Ansarullah berulang kali menekankan bahwa drone dan rudal yang digunakan di serangan ke Arab Saudi produksi dalam negeri Yaman. Selain itu, Tehran juga berulang kali menyatakan tidak terlibat di serangan ke instalasi minyak Aramco di timur Arab Saudi. Iran juga menyatakan bahwa data dan dokumen yang diajukan AS terkait sumber senjata yang digunakan muqawama Yaman menyerang Arab Saudi sepenuhnya palsu.
Wakil tetap Iran di PBB, Majid Takht-Ravanchi saat merespon laporan sekretariat PBB menyebut sekretariat in itidak memiliki kapasitas, profesionalitas dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan sebuah penyidikan. Ia mengatakan, AS dengan sejarah permusuhannya terhadap Iran duduk dikursi supir untuk membentuk penilaian PBB.
Meski ada laporan terbaru Guterres dan upaya total Amerika untuk meyakinkan anggota Dewan Keamanan memperpanjang embargo senjata Iran, di bawah penentangan serius Cina dan Rusia serta anggota non tetap Dewan lainnya, sepertinya hal ini sulit terealisasi. (MF)