Sikap Keras Kepala Azerbaijan tak Mau Hentikan Perang
https://parstoday.ir/id/news/world-i85965-sikap_keras_kepala_azerbaijan_tak_mau_hentikan_perang
Perang antara pasukan Azerbaijan dan Armenia sudah memasuki minggu kedua, dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Okt 05, 2020 21:30 Asia/Jakarta
  • perang Azerbaijan dan Armenia
    perang Azerbaijan dan Armenia

Perang antara pasukan Azerbaijan dan Armenia sudah memasuki minggu kedua, dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.

Presiden Azerbaijan di akun Twitternya menulis, kami siap berunding dengan Armenia, hanya jika negara itu menarik pasukannya dari Nagorno-Karabakh.

Ilham Aliyev juga menuduh pejabat Eropa bertanggung jawab atas apa yang terjadi sekarang, dan perilaku negara-negara Eropa dianggapnya bertentangan dengan perdamaian, iapun meminta negara-negara OSCE Minsk Group termasuk Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan Uni Eropa, untuk menekan Armenia agar menghentikan perang.

Di sisi lain pasukan Armenia selain menggempur kota Ganja, juga Khizi, Absheron, dan desa Minge di sekitar ibukota Azerbaijan dengan rudal, dan roket, sehingga menimbulkan kerusakan pada rumah warga, dan melumpuhkan perekonomian wilayah itu. Serangan tersebut juga melukai beberapa warga sipil Azerbaijan.

Berlanjutnya pertempuran kedua negara terjadi padahal lembaga-lembaga internasional termasuk OSCE Minsk Group sudah memperingatkan Armenia dan Azerbaijan, dan mendesak kedua negara untuk mengakhiri perang, dan duduk di meja perundingan.

Negara-negara kawasan terutama Republik Islam Iran juga mendesak penghentian perang untuk mengurangi jumlah korban dari warga sipil kedua negara. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Senin (5/10/2020) mengumumkan kesiapan Tehran untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan Nagorno-Karabakh.

Saeed Khatibzadeh mengatakan, Iran siap memulai prakarsa damai berlandaskan upaya menjaga integritas teritorial Republik Azerbaijan, penarikan pasukan, dan dimulainya perundingan untuk menghentikan segera perang.

Pada saat yang sama, berkat upaya Iran, sebagian besar negara kawasan seperti Kazakhstan, Tajikistan, Uzbekistan, Kirgistan, dan bahkan Turkmenistan mengambil sikap yang sama, dan mendesak kedua pihak bertikai untuk mengakhiri perang.

Banyak pengamat kawasan menekankan hal ini bahwa konflik sekarang tidak punya solusi militer, dan kedua pihak berseteru harus menyelesaikan masalahnya melalui jalur politik.

Sehubungan dengan ini, pengamat politik Iran, Hassan Beheshtipour mengatakan, mengingat kedua negara bertikai di konflik Nagorno-Karabakh bertetangga dengan Iran, maka kepentingan Iran dan negara-negara berseteru hanya bisa terjamin dengan penghentian perang, dan dicapainya kesepakatan.

Meski upaya internasional terus digalakan untuk menghentikan perang, namun pejabat Azerbaijan bersikeras melanjutkan perang sampai apa yang disebutnya sebagai pendudukan terhadap wilayahnya diakhiri.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait hal ini menuturkan, Republik Azerbaijan akan terus melanjutkan perang melawan Armenia sampai wilayahnya berhasil direbut kembali. Turki juga akan berdiri bersama Azerbaijan sampai akhir.

Tidak diragukan sikap Turki bukan hanya tidak menjamin kepentingan Azerbaijan, bahkan di masa depan negara Muslim ini akan dirugikan oleh kebijakan-kebijakan Ankara.

Padahal Presiden Azerbaijan berulangkali mengumumkan bahwa pihaknya dengan pasukan yang kuat, bukan hanya terhadap milisi, Azerbaijan bahkan tidak membutuhkan bantuan negara manapun termasuk Turki untuk merebut kembali wilayahnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pertempuran saat ini antara pasukan Azerbaijan dan Armenia bukan saja tidak menghasilkan apapun secara militer, bahkan mungkin saja perang akan merembet ke negara-negara lain di kawasan, dan dunia.

Jika hal itu terjadi, maka negara-negara asing punya kesempatan terjun ke perang, dan konflik pemerintah serta bangsa-bangsa kawasan akan semakin besar di masa depan. (HS)