Sebenarnya Apa Mau Turki di Suriah ?
-
pangkalan militer Turki di utara Suriah
Meski pemerintah Turki sudah mengumumkan bermaksud menarik pasukannya dari Provinsi Idlib, namun serangan militer negara ini ke Provinsi Hasakah di timur laut Suriah, tidak berhenti.
Serangan militer Turki di Suriah, sampai saat ini menyebabkan sejumlah banyak warga negara itu tewas, terluka atau mengungsi. Sekalipun masyarakat internasional memprotes, pasukan Turki terus melancarkan serangan ke Hasakah.
Hari Minggu (6/12/2020) malam pasukan Turki kembali membomdardir pemukiman penduduk Suriah di Provinsi Hasakah dengan artilerinya. Pasukan Turki, dan kelompok teroris dukungannya menembakkan puluhan mortir ke kota Ras Al Ayn di Hasakah. Sampai sekarang belum ada laporan soal besarnya kerugian, dan jumlah korban akibat serangan ini.
Pada Sabtu (5/12) malam, pasukan Turki juga menggempur desa Dada Abdal di dekat kota Ras Al Ayn, Hasakah, dengan persenjataan artileri. Serangan militer Turki yang dimulai lebih dari sebulan lalu itu terus berlangsung.
Agresi Turki di utara Suriah mendapat kecaman luas di arena internasional. Menteri Luar Negeri Belanda, Stef Blok hari ini, Senin (7/12/2020) mengatakan, operasi militer Turki di Suriah melanggar aturan internasional.
Sebelum menghadiri pertemuan menlu-menlu Uni Eropa di Brussells, Stef Blok kepada wartawan menuturkan, agresi ke negara tetangga, melanggar aturan internasional, dan Turki harus bersikap seperti negara lain dalam menghormati aturan ini.
Meski mendapat penentangan luas dunia internasional, namun wilayah-wilayah di utara Suriah masih diduduki pasukan Turki. Padahal pemerintah sah Suriah berulangkali mengecam agresi militer Turki di wilayahnya, dan menyebut langkah Ankara sebagai bukti nyata penjajahan.
Selama ini terbukti bahwa Turki adalah salah satu pendukung utama kelompok teroris di Suriah. Oleh karena itu, pasukan Turki dalam beberapa bulan terakhir berulangkali menyerang markas pasukan Suriah, dan infrastruktur negara ini untuk mendukung teroris yang terus terdesak.
Seorang pengamat politik Irak, Ahmad Al Sharifi mengatakan, kenyataannya adalah koordinasi pemerintah Suriah dan Irak, dan kerja sama dua negara di bidang keamanan perbatasan sangat luas, dan aktif. Akan tetapi krisis juga terkait dengan perbatasan Turki. Tidak diragukan Presiden Turki masih bercita-cita melebarkan imperium impiannya, dan di wilayah manapun terdapat etnis Turki, ia selalu bernafsu untuk menguasainya.
Sepertinya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mulai luntur popularitasnya di dalam negeri, dengan memperhatikan kekalahan pada pemilu di Istanbul, berusaha mengarahkan opini publik Turki ke sebuah perang perbatasan, dengan maksud untuk memulihkan popularitas, dan menyelamatkan diri dari krisis internal.
Masalah yang sangat penting, sekaligus berbahaya terkait agresi militer Turki di Suriah adalah kemungkinan bebasnya kembali kelompok teroris Daesh pasca serangan pasukan Turki ke wilayah-wilayah timur laut Suriah.
Pada saat yang sama, seiring dengan operasi militer Turki di Suriah, operasi serupa dilakukan kelompok teroris khususnya Daesh di Qamishli, dan Hasakah. Kesamaan waktu serangan ini hampir dapat dipastikan merupakan hasil koordinasi pasukan Turki dan kelompok teroris di wilayah-wilayah timur laut Suriah.
Dampak serangan pasukan Turki ke wilayah-wilayah timur laut Suriah, adalah bertambahnya jumlah teroris terutama Daesh yang berhasil melarikan diri dari kamp-kamp tahanan. Sebagai contoh, warga Kurdi yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah mengumumkan, pasca serangan militer Turki ke Ayn Issa di utara Provinsi Hasakah, 785 anasir teroris Daesh melarikan diri. (HS)