Kegagalan Trump Mengendalikan Cina dan Spekulasi Masa Depan Hubungan Cina-AS
Para pejabat Taiwan akan menjamu Kelly Craft, Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Rabu (13/01/2021).
Kelly Craft dijadwalkan bertemu dengan para pejabat Taiwan dalam perjalanan tiga harinya mulai hari Rabu.
Tentu saja, ini adalah pejabat AS kedua yang mengunjungi Taiwan dalam beberapa bulan terakhir. Kunjungan Kelly Craft, Wakil Tetap AS untuk PBB berlangsung hanya beberapa hari setelah pencabutan semua pembatasan hubungan negara ini dengan Taiwan.
Meningkatnya gerakan anti-Cina AS di hari-hari terakhir kepresidenan Donald Trump terjadi ketika Beijing berulang kali memperingatkan sikap agresif Washington terhadap perkembangan dalam negeri negara ini. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina memperingatkan bahwa Pompeo akan menghadapi tanggapan yang keras jika dia tidak mundur dari pendiriannya terhadap Taiwan.
Yang pasti selama empat tahun Trump di Gedung Putih, Amerika Serikat meningkatkan gerakan separatis di Cina, termasuk Taiwan, Hong Kong, dan Tibet untuk mengendalikan Cina, bersamaan dengan melancarkan perang dagang dengan Beijing. Selain perjalanan para pejabat AS ke Asia Timur, kehadiran penting AS dalam latihan regional di sekitar Cina, upaya Washington untuk membentuk koalisi dengan sekutu regionalnya melawan Cina, dan akhirnya kunjungan pejabat AS ke Taiwan meskipun ada peringatan dari Cina, adalah beberapa upaya pemerintahan Trump selama empat tahun terakhir.
Dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden baru Amerika Serikat, pertanyaannya adalah seperti apa kebijakan luar negeri pemerintahan baru AS terhadap Cina ketika Biden masuk ke Gedung Putih?
Ini adalah pertanyaan di mana para pakar dalam analisis mereka punya dua pandangan berbeda. Beberapa pakar percaya bahwa Biden sedang memoderasi kebijakan keras Trump terhadap Cina dan mengurangi sikap keras AS selama empat tahun terakhir. Di sisi lain, beberapa ahli percaya bahwa Biden, dengan bergabung dengan sekutu Eropa-nya, akan menempatkan pengekangan kekuatan Cina dalam agenda secara lebih koheren, dan akan memanfaatkan sekutu Timurnya dalam hal ini.
Bagaimanapun, terlepas dari analisis mana yang benar tentang masa depan hubungan AS-Cina, yang jelas adalah kebangkitan dan perkembangan Cina telah mendorong Amerika Serikat menuju persaingan strategis dengan negara itu.
"Masalah utamanya adalah persaingan yang ketat antara kedua negara. Kebangkitan Cina dan perkembangannya serta kekuatan tinggi Amerika Serikat saling berhadapan. Ada persaingan strategis antara dua negara yang menyebabkan konflik di antara mereka dan dalam kondisi yang seperti ini, tidak peduli siapa yang menjadi presiden Amerika Serikat," kata Chu Fong Ching, analis di Institute for Political Consulting di Hong Kong.
Wendy Kotler, mantan Wakil Direktur Perwakilan Dagang AS menyebut konfrontasi kedua negara masih akan berlanjut di masa depan. Menurutnya, "Kami masih menunggu meningkatnya ketegangan antara AS dan Cina terkait masalah ekonomi, politik, geopolitik, hak asasi manusia, dan isu lainnya terkait masyarakat di tahun-tahun mendatang."
Terlepas dari persaingan strategis Cina-AS, mengenai pendekatan Washington ke Taiwan dapat dilihat sebagai Amerika Serikat penjual senjata terbesar ke Taiwan selama empat dekade. Kehadiran AS di Laut Cina Selatan juga merupakan kebijakan yang ditempuh bahkan sebelum Trump.
Selama hampir satu dekade, AS selalu memiliki kehadiran militer yang terus meningkat di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, sehingga pergantian presiden di Gedung Putih tidak mengubah kebijakan ini. Pasalnya, penting bagi Amerika Serikat untuk hadir di wilayah tersebut. Negara ini telah berusaha untuk mengkoordinasikan posisinya melawan Cina dengan negara tetangga regional lainnya, termasuk latihan militernya dengan Jepang atau kehadiran militernya di Filipina, dan peningkatan hubungan militer dengan Vietnam.
Yang pasti, bagaimanapun juga upaya Trump untuk mengendalikan Cina selama empat tahun terakhir telah gagal, dan hitungan mundur kepergian Trump dari Gedung Putih telah dimulai bahkan sebelum tanggal jatuh tempo, pada 1 Februari. Sementara para pejabat Beijing yang melihat ke cakrawala yang jauh, terlepas dari pergantian penyewa Gedung Putih dari Partai Republik atau Demokrat, dengan menghilangkan hambatan pergerakan mereka, telah mengambil langkah kemajuan satu demi satu. Sebuah masalah yang juga disertai dengan ketidaksenangan Washington.