Campur Tangan AS dalam Aksi Protes di Rusia
(last modified Mon, 25 Jan 2021 10:34:42 GMT )
Jan 25, 2021 17:34 Asia/Jakarta
  • Kedutaan Besar AS di Moskow.
    Kedutaan Besar AS di Moskow.

Amerika Serikat selalu mencampuri urusan internal Rusia, dan secara khusus dilakukan dengan alasan mendukung oposisi dan membela alasan hak asasi manusia. AS sekarang memanfaatkan demonstrasi menuntut pembebasan tokoh oposisi Alexei Navalny, untuk mencampuri urusan dalam negeri Rusia.

Hal ini mengundang reaksi keras dari Moskow. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Minggu (24/1/2021), mengatakan Amerika Serikat ikut campur dalam demonstrasi untuk mendukung Navalny di Moskow.

Sebelum ini, Kedutaan Besar AS di Moskow mengeluarkan “peringatan demonstrasi” dan memperingatkan warga Amerika untuk menghindari aksi massa serta menyebutkan tempat-tempat aksi berlangsung di berbagai kota Rusia.

“Ini adalah intervensi langsung dalam urusan internal kami,” tegas Peskov mengacu pada pernyataan tersebut. “Ini adalah dukungan langsung atas pelanggaran hukum sipil Federasi Rusia,” tambahnya.

Pasalnya, Kedubes AS mengeluarkan peringatan yang memberi tahu para demonstran Rusia tentang tempat-tempat konsentrasi massa. Pemerintah AS pada Sabtu lalu juga mengecam apa yang disebutnya “tindakan represif” polisi Rusia terhadap demonstran dan menuntut Moskow untuk membebaskan pengunjuk rasa dan jurnalis yang ditahan selama aksi protes.

Demonstrasi yang tidak berizin, diadakan di Moskow dan banyak kota lain Rusia pada hari Sabtu untuk menuntut pembebasan Navalny, yang ditahan di bandara Moskow pekan lalu setelah kembali dari Jerman. Jaksa dan polisi Rusia telah memperingatkan warga tentang konsekuensi jika terlibat dalam aksi ilegal tersebut.

Dengan tampilnya pemerintahan Demokrat di bawah Joe Biden di Washington, ketegangan antara Rusia dan Amerika diperkirakan akan meningkat, terutama terkait isu hak asasi manusia. Ini menjadi sangat penting karena kubu Demokrat AS selalu mengaku mendukung demokrasi dan HAM di negara lain.

Alexei Navalny dan istrinya, Yulia Navalnaya.

Seorang pengamat urusan negara-negara Persemakmuran, Afshar Soleimani menuturkan, “AS kembali mencoba menciptakan masa-masa yang sulit bagi Presiden Vladimir Putin dengan mengangkat isu HAM. Putin dan timnya akan menghadapi banyak tantangan selama empat tahun ke depan.”

Pemerintahan Demokrat mengkritik cara-cara pemerintah Rusia dalam menangani aksi protes, terutama demonstran pendukung Alexei Navalny. Sebelumnya, kubu Demokrat berulang kali menuduh Rusia ikut campur dalam urusan internal Amerika dan pemilu presiden 2016, yang dimenangkan oleh Donald Trump. Di akhir pemerintahan Barack Obama, Gedung Putih pada Desember 2016 menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan mengusir sejumlah diplomat negara itu dari Amerika.

Padahal, pemerintah AS dalam beberapa tahun terakhir, secara langsung dan terbuka mencampuri urusan dalam negeri Rusia dan memprovokasi rakyatnya untuk menggelar protes, khususnya pada periode pasca-pemilu di Rusia.

Pemerintah Moskow sudah sering mengkritik Washington karena mencampuri urusan internalnya dan memperingatkan konsekuensinya. Intervensi ini ditujukan untuk menciptakan instabilitas, memperkeruh aksi protes, dan pada akhirnya mewujudkan sebuah kondisi yang sesuai dengan kehendak AS di Rusia. Salah satu langkah konkrit dalam hal ini adalah meningkatkan bantuan dana dan dukungan media kepada pihak oposisi serta melakukan propaganda miring tentang situasi di Rusia.

Amerika ingin tokoh pro-Barat seperti Alexei Navalny, dapat berkuasa di Rusia. Namun, AS sejauh ini gagal mencapai tujuannya, karena oposisi bersikap sebagai antek Barat dan kesadaran rakyat Rusia tentang masalah ini. (RM)