Apr 08, 2024 21:57 Asia/Jakarta
  • Syahid Morteza Avini
    Syahid Morteza Avini

Sayid Morteza Avini, pembuat film dokumenter, fotografer, jurnalis, penulis, dan pakar sinema Islam asal Iran, akan kita ulas kehidupan, dan pemikirannya.

Ia lahir pada bulan Agustus 1947, dikota Rei, Iran. Setelah melalui pendidikan dasar, dan menengah, ia diterima di Fakultas Seni Rupa, Universitas Tehran, jurusan arsitektur.
 
Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Syahid Avini meninggalkan dunia arsitektur, dan sesuai yang dibutuhkan Revolusi Islam, saat itu, ia menjadi pembuat film.
 
 

 

 
Syahid Avini memulai aktivitas medianya pada akhir tahun 1983, bersamaan dengan partisipasinya di medan tempur perang Irak, terhadap Iran, dengan memproduksi film-film dokumenter seputar perang.
 
Selama masa ini Syahid Avini, memikirkan banyak masalah perfilman, seni, budaya universal, dan bagaimana menghadapinya. Riset-riset, pembahasan, dan karya tulisnya dimuat di majalah bulanan Soureh, dan setelah itu dimuat di buku Ayene Jadoo yang jilid pertama merupakan kumpulan artikel, dan kritik perfilman.
 

 

 
Sayid Morteza Avini, pada 9 April 1993, gugur saat berada di Fakkeh, saat sedang membuat film dokumenter, dan program televisi Kisah Kemenangan, karena terkena ranjau darat sisa perang.
 
Ia melahirkan banyak karya terkenal di bidang filsafat, seni, dan perfilman dengan kaca mata kritiknya, dan tiga buku terkenal miliknya pertama, Kemenangan Darah, yang menganalisa gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Hussein as.
 

 

 
Buku berikutnya, Pembangunan dan Asas Peradaban Barat, yang menganalisa tantangan-tantangan mendasar Barat. Kemudian buku Ayene Jadoo atau Cermin Ajaib, yang menganalisa masalah media.
 
Pada kesempatan ini akan dibahas sekilas tentang analisa Syahid Avini, tentang seni, dan Barat, yang semuanya berasal dari sebelumnya tahun 1990.
 
 

 

 
Seni dalam Pemikiran Syahid Avini
 
Bahasa Seni
 
Syahid Avini menggambarkan bahasa seni seperti berikut ini,
 
"Seniman adalah pemegang rahasia khazanah gaib, dan bahasa mereka adalah bahasa tamsil atau perumpamaan. Maka dari itu mereka harus mengenal rahasia kemunculan hakikat luhur, dan bagaimana kemunculan hal suci di dunia. Pencapaian ini belum tentu bersamaan dengan kesadaran diri, tapi jiwa seniman harus menjadi rumah bagi pengungkapan rahasia, dan kebenaran gaib."
 
 
Seni, Pemikiran dan Irfan
 
Seperti ini Syahid Avini, menjelaskan hubungan seni dengan Irfan, dan pemikiran,
 
"Seni dari sisi kandungan da nisi, layaknya pemikiran, kebijaksanaan, dan Irfan, hanya berbeda dalam cara menjelaskan, dan perwujudan mereka. Sumber utama seni adalah cinta dan Irfan."
 
 
Seniman
 
Syahid Avini mengatakan, "
 
"Seniman adalah orang yang selain bergairah pada kebenaran, juga mendapatkan kekuatan dari Tuhan untuk menjelaskannya."
 
 

 

 
Seni Barat
 
Pemikir ulung Iran, Syahid Avini, menjelaskan karakteristik seni yang tersebar luas di Barat, seperti ini,
 
"Seni Barat, berbicara tentang nafsu bukan tentang gairah kebenaran. Seni Barat, menjelaskan penyembahan individu manusia hari ini." Di tempat lain ia mengatakan, "Peradaban Barat, mencari surga dunia. Perjalanan sejarah seni di Barat, berlalu dengan mengejar tujuan ini."
 
 
Seni dan Komitmen
 
Syahid Avini mengatakan, "Seniman harus bebas dari pemikiran yang tendensius, tapi pada saat yang sama, seni sama dengan komitmen sosial. Pasalnya eksistensi manusia identik dengan komitmen, dan seni layaknya manifestasi manusia, tidak bisa lepas dari komitmen."
 
"Seniman harus biasa menderita, dan penderitaan ini bukan hanya bersumber dari keindahan, dan kemurnian seni, tapi standar kemanusiaan. Orang tanpa penderitaan bukan seniman, bahkan sama sekali bukan manusia."
 
 
Barat Menurut Syahid Avini
 
Syahid Morteza Avini dan Oksidentalisme
 
Memperhatikan detail berbagai dimensi kepribadian Syahid Avini, akan menjadi jelas bahwa ia mengenal dengan baik masalah serta ajaran Islam, dan selama bertahun-tahun mempelajari sastra, sehingga menjadikannya seorang penulis ulung yang dibuktikan dengan karya-karyanya.
 
Sayid Morteza Avini, mengenal baik Irfan, dan filsafat, dan sepenuhnya akrab dengan aliran-aliran filsafat dunia. Avini mengkaji pandangan-pandangan Islam, secara tematik, dan membandingkanya dengan pandangan lain.
 
Terkait oksidentalisme, Syahid Avini, juga menjelaskan pondasi dan asasnya, kelemahan-kelemahan, dan metode untuk menghadapinya serta dampak-dampak budaya Barat, dalam berbagai bidang.
 
 
Faktor-Faktor Berkembangnya Imperialisme Global
 
Syahid Avini, dalam menjelaskan serangkaian faktor yang menyebabkan dominasi kubu arogan terhadap dunia mengatakan, 
 
"Di antara faktor yang membantu Amerika Serikat, mendominasi dunia ada tiga faktor yang memiliki urgensitas asasi, teknologi modern harus dianggap sebagai faktor paling asasi dalam perluasan imperialisme dunia. Faktor kedua, biasanya orang-orang punya jiwa lemah, taat pada tradisi, keterikatan, dan tertipu tampilan fisik, dan masalah ini mendekatkan mereka secara sadar kepada lingkaran orang-orang yang patuh pada sistem global ini. Faktor ketiga yang merupakan turunan faktor kedua adalah rasa takut, terutama takut mati. Orang-orang yang lemah lebih takut pada AS, tapi orang-orang bersih seperti Imam Khomeini, yang berdiri di atas semua perbedaan, dan telah membunuh rasa takut pada dirinya, realitasnya mengatakan AS, tidak bisa berbuat apa pun."
 
 

 

 
Kebebasan Barat
 
Syahid Avini berkata, "Kebebasan yang dikatakan Barat, adalah menerima penghambaan pada tradisi dan keterikatan materi, sama halnya dengan penyanderaan. Umat manusia hari ini lari dari kebebasan, dan menamakannya dengan kebebasan sehingga dapat menumpahkan air ke atas api kecaman hati nuraninya. Akibat dari menerima konsep semacam ini, umat manusia tidak akan pernah patuh pada apa pun kecuali nafsu amarahnya. Ia lalai bahwa tindakan semacam ini telah membatasi dirinya pada batasan-batasan kebinatangan dirinya."
 
 
Moral dan Peradaban Barat
 
Syahid Avini terkait kondisi moral di Dunia Barat menulis, "Moral di dunia baru taat pada sebuah sistem pendidikan teknologi yang menyamaratakan semuanya, dan terlepas dari kesadaran diri, sehingga melahirkan individualitas untuk melayani pemerintahan dunia."
 
 
Demokrasi Barat
 
Syahid Avini juga menyinggung demokrasi, dan hakikatnya,
 
"Salah satu kontradiksi yang ada dalam peradaban Barat, dan sekarang menjadi jelas adalah demokrasi. Demokrasi berarti pemerintahan rakyat, tapi dalam praktiknya bahkan dalam model terbaik pemerintahan demokrasi, hak rakyat hanyalah topeng yang di baliknya bersembunyi orang-orang kaya. Gambaran demokrasi sebagai pemerintahan rakyat, sangat menipu meski cukup menarik, tapi dalam praktik selalu sejumlah kecil orang selalu mengambil alih pemerintahan. Demokrasi Barat, adalah bentuk sistem totalitarian paling kompleks dan paling canggih, oleh karena itu di dalam lembaga-lembaga sosial dan politiknya tersembunyi totalitarianisme yang tampilan lahirnya tidak menunjukkan batin yang sebenarnya."
 
 

 

 
Revolusi Islam dan Sistem Global Barat
 
Syahid Avini menjelaskan hakikat sistem global seperti ini,
 
"Sistem ini dominasi dunia dari sisi ekonomi mengontrol seluruh perkembangan ekonomi dunia dengan sebuah sistem perbankan global yang kepalanya berada di lantai Wall Street, dan dolar menjadi tolok ukur seluruh mata uang. Dari sisi politik sistem dominasi global ini adalah sistem terpadu yang dipimpin AS. Sistem dominasi global ini menipu umat manusia melalui kecenderungan spiritual dan sensualnya."
 
Saat menjelaskan Revolusi Islam, Syahid Avini mengatakan, "Revolusi Islam adalah kebangkitan bersejarah manusia setelah berabad-abad mengalami kemunduran. Revolusi ini adalah sebuah pertobatan sejarah. Maka dari itu ekonomi, sosial dan politik tidak pernah menjadi tujuannya. Ini adalah revolusi budaya yang bermula dari pemikiran yang tidak berlandaskan rasionalisme, tapi wahyu." (HS)