Berbagai Upaya Menghapus Haji yang Sejati dalam Islam
https://parstoday.ir/id/radio/iran-i60178-berbagai_upaya_menghapus_haji_yang_sejati_dalam_islam
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei pada Senin pagi, 16 Juli 2018, bertemu dengan para pejabat lembaga pengelola haji dan berbagai organisasi terkait. Beliau menilai haji sebagai manifestasi keterikatan "dunia dan akhirat" serta "agama dan politik." Beliau juga menyinggung sejumlah poin penting terkait haji, termasuk bencana Mina, tuntutan keamanan bagi para jemaah haji dan isu-isu terkini dunia Islam termasuk masalah Palestina dan Yaman.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jul 24, 2018 06:06 Asia/Jakarta

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei pada Senin pagi, 16 Juli 2018, bertemu dengan para pejabat lembaga pengelola haji dan berbagai organisasi terkait. Beliau menilai haji sebagai manifestasi keterikatan "dunia dan akhirat" serta "agama dan politik." Beliau juga menyinggung sejumlah poin penting terkait haji, termasuk bencana Mina, tuntutan keamanan bagi para jemaah haji dan isu-isu terkini dunia Islam termasuk masalah Palestina dan Yaman.

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Selama bertahun-tahun, banyak pihak yang berusaha memisahkan masalah spiritualitas dari isu manajemen kehidupan dan urusan dalam masyarakat, yaitu memisahkan agama dari politik. Namun ketika Republik Islam muncul, upaya mereka digagalkan dan ternyata Islam dapat mengelola bidang politik, kehidupan, dan pemerintahan, serta mampu memaksimalkan kapasitas dan kekuatan masyarakat."

 

Ayatullah Khamenei, menyinggung kelanjutan upaya sekelompok orang jahat dalam mengalihkan opini publik, khususnya generasi baru dari perpaduan elemen spiritualitas dan materialitas, seraya menekankan bahwa haji adalah bidang praktis untuk menunjukkan perpaduan tersebut. Menruut beliau, mereka yang memisahkan politik dari Islam tidak mengerti Islam dan ayat-ayat al-Quran seraya mengatakan, "Ayat-ayat al-Quran, baik yang berhubungan dengan haji, yang terkait dengan jihad, tentang komunikasi dalam masyarakat, atau terkait dengan kedaulatan pemerintah Islam dalam masyarakat, semuanya adalah politik dalam Islam."

 

Rahbar menilai penetapan waktu tertentu untuk kongres haji umat Islam sebagai bukti jelas tentang pentingnya konsentrasi umat Muslim dalam Islam dan mengatakan, "Dalam haji, ada kekhusykan, doa, Sa'i, tawaf, dan sebuah pertemuan besar! Ini sangat penting ... Jika Allah Yang Maha Kuasa menyerukan haji, hanya agar masyarakat datang ke sana dan tinggal berapa hari di sana dengan nuansa spiritualitas, maka tidak perlu menentukan waktu tertentu setiap tahun, setiap orang dapat kapan pun pergi [ke sana]."

Image Caption

 

Ditambahkan beliau, "Akan tetapi haji memiliki waktu tertentu. Pada saat tertentu, umat Islam dari seluruh dunia Islam harus bersatu, dan ini adalah perintah untuk setiap periode. Ini berarti bahwa konsentrasi umat Islam tersebut menjadi fokus utama Allah Swt dan ini yang diinginkan-Nya. Ini berarti pembentukan Umat Islam, dan haji adalah manifestasi dari umat tersebut."

 

Rahbar kembali menekankan bahwa kongres umat Islam serta solidaritas dan kekompakan mereka merupakan salah satu tujuan utama haji yang harus diperhatikan. Ayatullah Khamenei menginstruksika para panitia pelaksana haji menjaga seluruh program para hujjaj, komunikasi, ketersambunghan, pemahaman dan kesepakatan dalam kongres akbar ini. Rahbar juga menyinggung pada fakta bahwa pemerintah yang berkuasa di Arab Saudi tidak menginginkan pemahaman dan kesepakatan tersebut terwujud dalam umat Islam serta menciptakan banyak rintangan dalam hal ini.

 

Dikatakan beliau, "Hubungan dengan semua umat Islam harus dijalin dalam kongres aakbar ini dan umat Islam harus terbentuk." Beliau menekankan bahwa Allah Swt telah menjadi al-Haram milik semua Muslim dan mengatakan, "Tidak seseorang pun yang boleh membayangkan bahwa tanah itu adalah milik mereka sehingga berhak bertindak apa saja di sana. Tidak!, semua Muslim memiliki hak yang sama untuk Ka'bah yang mulia, Masjidul Haram serta terhadap tanah suci ini."

 

Rahbar menyinggung pesan mendiang Imam Khomeini pada pelaksanaan haji pertama pasca kemenangan Revolusi Islam Iran dan mengatakan, "Merupakan keyakinan kami bahwa bangsa Iran, setelah pasca kemenangan Revolusi Islam, menemukan dan memahami makna baru dari haji berkat bimbingan Imam. Konsep-konsep baru haji diungkapkan kepada masyarakat Iran bahwa haji disertai dengan bara'ah dari kaum musyrik dan haji mengandung pemahaman antarsesama Muslim, sehingga haji merupakan manifestasi dari Ashidda'u 'alal kuffar dan ruhama'u bainahum.

 

Rahbar menjelaskan kebalikan dari haji tersebut yaitu haji yang menciptakan perselisihan di antara sesama Muslim dan keterlibatan kaum arogan global dan kompromi dengan Amerika yang saat ini menjadi kinerja utama rezim Al Saud. Mengacu pada interferensi yang dilakukan Arab Saudi dalam penunaian sebagian ritual dalam haji, Rahbar menekankan tuntutan agar para hujjaj dapat sepenuhnya melaksanakan ritual haji secara utuh dengan aman.

 

Pada 1407 H. Rezim Al Saud membantai 270 jemaah haji Iran karena mereka melakukan ritual "bara'ah" atau berlepas tangan dari kejahatan kubu imperialis dunia dan Amerika Serikat. Separuh dari korban dalam insiden berdarah tersebut adalah para jemaah haji perempuan.

 

Allah Swt dalam surah Haj ayat 25 berfirman, " Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih."

Pertemuan Pengelola Haji dengan Rahbar

 

Ayatullah Khamenei mengingatkan kembali insiden di Masjidul Haram dan tragedi di Mina pada tahun 2015, dan menegaskan bahwa masalah tersebut tidak dilupakan, dan bahwa komite pencari fakta harus dibentuk dan hak-hak korban harus diupayakan dengan melimpahkan masalah ini kepada lembaga-lemabga internasional. "Keamanan" merupakan salah satu jaminan yang ditetapkan Allah Swt untuk rumah-Nya dan kota Mekah. Allah berfirman dalam surat Baqarah ayat 125, Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman."

 

Akan tetapi sangat disayangkan, rezim yang berkuasa di Arab Saudi, meski menyebut dirinya sebagai Khadimul Haramain, namun memiliki rapor memalukan dalam kinerjanya. Lebih dari 7.000 jemaah haji dari 39 negara meninggal dunia dan terluka dalam bencana di Mina, yang merupakan peristiwa paling berdarah dalam sejarah haji.

 

Setelah sekitar tiga pekan dari insiden itu, pihak berwenang Arab Saudi mengumumkan angka kematian resmi mencapai 7.477 orang. Penutupan jalur 204 serta  himpitan dan desakan para jemaah, juga kegagalan pemerintah Saudi dalam mengatasi situasi, merupakan alasan utama di balik tragedi tersebut. Menurut statistik terbaru, jumlah peziarah yang tewas dan terluka dari Republik Islam Iran lebih tinggi dibanding negara lain. Rahbar dalam reaksi pertama terkait tragedi Mina menyatakan bahwa pemerintah pemerintah Saudi bertanggung jawab atas bencana tersebut, dan mengumumkan tiga hari berkabung di Iran.

 

Di bagian lain pidatonya, Rahbar menekankan pentingnya persatuan dan solidaritas umat Islam terhadap upaya untuk merusak dunia Islam khususnya di Yaman dan Palestina. Beliau menegaskan bahwa perpecahan dan perselisihan apapun dilarang dan dikutuk Allah Swt.

 

Ditambahkan Rahbar, baru-baru ini Amerika Serikat mengajukan apa yang disebut "Kesepakatan Abad" untuk Palestina, di mana dalam kesepakatan tersebut Palestina harus menyerahkan banyak wilayah pendudukan, termasuk Yerusalem kepada Israel, dan seluruh pengungsi Palestina tidak berhak kembali ke tanah air mereka, dan sebagai gantinya sebagian wilayah di Jalur Gaza akan diberikan kepada Palestina." Tidak hanya itu, ibukota Palestina juga akan ditetapkan di kota selain al-Quds.

 

Mengacu pada rencana tersebut, Rahbar menegaskan, "Ini adalah kebijakan jahat dan keji yang diambil Amerika Serikat untuk Palestina dan menamakannya dengan Kesepakatan Abad, yang pasti mereka harus tahu bahwa kesepakatan abad ini berkat kehendak Allah Swt, tidak akan pernah berhasil seperti yang mereka bayangkan. Para pejabat AS sedang berusaha keras untuk melakukan sesuatu di Palestina, akan tetapi isu Palestina tidak akan terlupakan, dan kota suci Quds akan tetap menjadi ibukota Palestina, dan kiblat Islam pertama akan tetap menjadi milik umat Islam."

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengkritik sejumlah negara Islam yang akibat tidak meyakini prinsip Islam serta atas dasar kebodohan dan ketidaktahuan dunia, juga ketamakan pada dunia, mereka telah menjadi korban Amerika Serikat, di mana mereka bukan hanya mengeker, tetapi mereka juga mengorbankan diri untuk AS.

 

Beliau menjelaskan, "Mereka juga akan gagal dan berkat pertolongan Allah Swt, umat Islam dan bangsa Palestina akan menang di hadapan musuh-musuh mereka, dan pada suatu hari mereka akan menyaksikan akar rezim Zionis akan tercerabut dari bumi Palestina.