Idul Fitri, Hari Kemenangan atas Diri Sendiri (1)
Hari ini adalah Idul Fitri, yang menjadi salah satu hari raya terbesar umat Islam. Idul Fitri merupakan hari raya doa-doa yang tulus dan perayaan kemenangan manusia atas dirinya (nafsu) sendiri.
Hari ini adalah hari kebahagiaan bagi mereka yang setelah 30 hari berlatih untuk mengendalikan diri, dan telah mencapai cahaya makrifat (pengetahuan). Kini orang-orang Mukmin akan tetap menjadi "tunas baru" setelah sebulan dirawat, dan keberadaannya di bumi berkembang, dan berbuah (menghasilkan).
Menurut Imam Ali as, pada hari ini, seorang malaikat menyampaikan kabar baik kepada hamba-hamba Allah Swt bahwa Dia telah mengampuni dosa-dosa masa lalu hamba-hamba-Nya, dan tinggal melihat bagaimana mereka akan berperilaku di sisa hari-hari kehidupan lainnya.
Hari Raya Idul Fitri telah tiba sebagai hadiah dari Allah Swt atas ibadah dan penghambaan selama sebulan penuh. Manusia kembali kepada fitrahnya dan menikmati kemenangan besar yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta.
Idul Fitri adalah hari raya kesucian dan kebersihan jiwa manusia. Pada hari ini, Allah Swt memberikan kabar gembira tentang penerimaan ibadah, taubat, dan doa sebagai pelita meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Perayaan hari kemenangan ini merupakan sangat penting khusus bagi orang beriman, setelah menjalankan ibadah satu bulan lamanya pada bulan suci Ramadan. Untuk menjadi suci, seluruh egosentrisme dan kesombongan manusia diredam demi menjaga hubungan baik dengan seluruh umat manusia, lingkungan, alam, dan segala sesuatu di luar diri dan pribadinya.
Seiring datangnya bulan Syawal, umat Islam kembali ke fitrah dan menyambut seruan Allah Swt dengan mengangungkan dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh-Nya. Puji dan syukur hanya untuk-Nya dan Dia-lah yang telah membimbing umat manusia menuju kecucian dan kebaikan.
Idul Fitri adalah hari kegembiraan umat Islam dan detik-detik limpahan rahmat Ilahi atas jiwa dan raga manusia. Pada hari ini, satu bulan penuh ujian besar Ilahi telah berakhir dan beruntunglah bagi mereka yang mampu menahan hawa nafsu dalam segala urusan duniawi.
Malam Idul Fitri merupakan sebuah kesempatan untuk menghapus dosa karena malam itu sarat dengan keutamaan. Sungguh beruntung mereka yang memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbanyak amal kebaikannya dan mengikat janji untuk memelihara apa yang telah didapatkannya selama bulan puasa.
Pada pagi harinya, umat Islam berbondong-bondong pergi menunaikah shalat seraya melantunkan zikir, takbir, dan tahmid. Hari Raya Idul Fitri adalah hari mengingat Allah, memuji dan mensyukuri karunia-Nya. Salat Idul Fitri merupakan kegiatan utama pada hari itu. Dengan kata lain, hari raya Idul Fitri adalah hari paling indah dan paling agung.
Keagungan takbir yang berkumandang ketika memasuki tempat shalat mengubah hati dan mewujudkan atmosfir spiritual dalam diri manusia. Orang-orang mukmin berdiri dalam barisan yang teratur rapi untuk menghadap Allah Swt.
Imam Ali as menyamakan Idul Fitri dengan hari kiamat dan berkata, "Wahai masyarakat! Hari kalian ini adalah sebuah hari dimana orang-orang baik akan mendapat balasan dan orang-orang jahat akan berputus asa di dalamnya. Dunia adalah arena kompetisi dan akhirat waktu untuk menuai pahala, sementara surga adalah hadiah perlombaan itu dan neraka adalah tempat bagi mereka yang kalah. Idul Fitri adalah hari yang paling mirip dengan hari kiamat. Pada hari kiamat, orang-orang yang merugi akan menyesal dan murka, sementara mereka yang beruntung akan memperoleh kemenangan dan tenggelam dalam nikmat Ilahi."
Idul Fitri adalah hari kepulangan seseorang kepada fitrah yang suci dan hari terwujudnya kembali persatuan umat Islam.
Idul Fitri memiliki sedikit perbedaan dengan hari-hari besar Islam lainnya. Sekalipun Idul Fitri memiliki kesamaan dengan hari-hari besar lainnya sebagai hari kegembiraan, tapi di hari ini dilakukan shalat, munajat, penghambaan, dan jauh dari sekadang bersenang-senang. Ini merupakan ciri khas orang mukmin yang dijelaskan oleh Allah Swt dalam al-Quran, "Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya..." (QS. al-Qashash: 55)
Dalam Islam, semua gerakan dan garis kehidupan orang mukmin selalu mengejar tujuan yang bermanfaat dan konstruktif. Dengan alasa itu, mereka yang beriman akan menjauhi segalah bentuk pekerjaan dan pikiran yang tidak bermanfaat, karena akan membuat manusia lalai akan Allah dan mencegahnya untuk berpikir positif. Mereka di hari raya Idul Fitri berusaha waspada dan berusaha lebih keras lagi.
Mengagungkan syiar-syiar Ilahi termasuk keistimewaan hari raya Idul Fitri. Syiar Takbir, Tahlil, Tahmid, dan bersyukur kepada Allah ketika melihat hilal 1 Syawal, hingga penyelenggaraan salat Idul Fitri termasuk amalan yang menambah nilai dan keistimewaan hari ini.
Rasulullah Saw bersabda, "Hiasi hari-hari raya kalian dengan Takbir." Dalam hadis yang lain disebutkan, "Idul Fitri dan Idul Adha harus dihiasi dengan syiar La Ilaaha Illallaah, Allahu Akbar, Alhamdulillah dan Subhanallah."
Seorang ulama besar, Syeikh Mufid menulis, "Hari pertama bulan Syawal dijadikan hari raya bagi mereka yang beriman, karena mereka bergembira atas penerimaan amal perbuatannya di bulan Ramadan, Allah Swt mengampuni dosa-dosa mereka, menutupi aib dan kekurangan, dan kabar gembira datang dari Allah kepada mereka bahwa mereka akan diberikan pahala yang sangat banyak. Orang-orang mukmin bergembira karena berhasil mencapai beberapa tahapan dari kedekatan dengan Allah akibat usaha siang-malam di bulan Ramadan. Salah satu amalan hari ini adalah mandi yang menjadi simbol kesucian dari dosa, menggunakan wewangian, memakai pakaian yang indah dan bersih serta pergi ke tanah luas untuk melakukan salat. Semua ini menandakan kegembiraan yang berasal dari kebijaksanaan."
Imam Ali as berkata, "Ketika hilal bulan Syawal muncul, terdengar suara para malaikat yang berkata wahai orang-orang beriman datanglah dan terima upah kalian. Ketahuilah bahwa sesuatu yang paling dekat dengan pria dan wanita yang berpuasa adalah pada akhir Ramadan, para malaikat dari sisi Allah berseru, 'Wahai para hamba Allah! Terimalah kabar gembira bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosa masa lalu, karenanya berpikirlah tentang masa akan datang dan kehidupan baru kalian..."
Dapat dikatakan bahwa dengan berakhirnya bulan Ramadan dan tibanya Idul Fitri, telah dimulai manusia baru dan kehidupan baru. Manusia ini berbeda dengan yang sebelumnya, ia kini memiliki kemampuan memahami yang lebih luas karena telah sebulan berlatih dan diuji oleh Allah.
Puasa membuat manusia mengenal kesulitan orang lain, sehingga ketegarannya menjadi bertambah, sementara kesabaran dan keadilannya tumbuh dengan baik. Manusia besar ini merasakan perubahan mendalam pada dirinya dan di pagi hari Idul Fitri hal pertama yang dilakukannya adalah membayar zakat fitrah.
Zakat merupakan amal yang dapat mensucikan individu dan menumbuhkan tunas kebajikan pada diri seseorang yang menyebabkan masyarakat semakin maju. Dengan kata lain, zakat dari satu sisi mensucikan kotoran dan dari sisi lain menyempurnakan seseorang.
Idul Fitri pada hakikatnya hari pembebasan dari kegelapan yang mungkin dialami manusia sepanjang hidupnya dengan melakukan perbuatan dosa. Sejatinya, hari Idul Fitri adalah hari untuk kembali pada fitrah Ilahi dan mengambil pelajaran darinya.
Imam Ali as berkata, "Ketika kalian keluar dari rumah untuk melakukan salat Idul Fitri, ingatlah masa ketika akan pergi ke rumah kalian di surga. Ketika kalian berdiri untuk shalat, ingatlah masa ketika kalian berdiri di hadapan Allah dan mulai menghisab kalian. Dan ketika kalian kembali ke rumah setelah melaksanakan shalat, ingatlah masa ketika akan kembali ke rumah kalian di surga."
Hari raya Idul Fitri adalah awal dari sebuah perjalanan. Dengan cara ini, jika seseorang menjaga perilaku dan tindakannya, ia akan mencapai tujuannya dengan selamat.
Idul Fitri adalah hari raya perjanjian dengan Allah Swt untuk tetap di jalan bimbingan dan kemurnian. Maka pada Idul Fitri ini, semua orang akan memasuki pengadilan ilahi sebanyak yang dia pelajari dan ketahui.
Pada hari Idul Fitri, umat Islam, --setelah sebulan beribadah dengan tulus kepada Sang Pencipta dan duduk di jamuan Tuhan yang tak berujung--, melakukan salat syukur dan memenuhi dunia dengan spiritualitas dan cinta dengan suara Takbir dan ucapan syukur. (RA)