Isra Miraj dan Dunia Modern
-
Nabi Muhammad Saw
Tanggal 27 Rajab diperingati sebagai hari Mab'ats, atau Isra Miraj. Di hari itu, Allah swt memberkati dan memilih Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya untuk membimbing umat manusia.
Allah swt dalam Al Quran surat Ali-Imran ayat 164 berfirman, "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata,".
Tanggal 27 Rajab diperingati sebagai hari Mab'ats, atau Isra Miraj. Di hari itu, Allah swt memberkati dan memilih Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya untuk membimbing umat manusia. Pada hari itu, malaikat menyampaikan wahyu ilahi kepada Rasulullah Saw. Ketika itu, pertemuan dengan malaikat Jibril dan wahyu ilahi begitu berat bagi Nabi Muhammad Saw sehingga tampak seperti yang sebagai orang demam.
Tapi kemudian Allah swt menganugerahkan kelapangan dada, dan keyakinan hatinya. Oleh karena itu, ketika beliau kembali dari gua Hira, gunung, batuan besar dan kerikil, dan apa saja yang dilewatinya memberi hormat kepada Rasulullah Saw, dengan mengatakan, "Salam atasmu wahai Rasul Allah. Kabar gembira untukmu yang dianugerahi Tuhan keutamaan, dan keindahan, serta semua umat manusia dari awal hingga akhir.
Selama hari raya Isra Miraj !
Dunia berada dalam kondisi kritis selama kedatangan Nabi Muhammad Saw. Krisis yang melanda dunia ketika Nabi Muhammad Saw diangkat sebagai utusan Allah swt yang disebabkan oleh sistem politik yang berkuasa serta faktor lingkungan dan sosial ketika itu. Dua imperium besar di masa itu terlibat perang panjang antara mereka, bahkan konflik internal di masing-masing imperium tersebut.
Kondisi semenanjung Arab lebih buruk dari dua kekaisaran besar ini. Dalam situasi demikian, Allah swt mengangkat utusan-Nya yang berasal dari kalangan mereka. Kehadiran Nabi dengan dakwahnya berhasil mengubah budaya masyarakat dalam waktu yang relatif singkat seperti seolah-olah tanah liat menjadi vas bunga indah.

Jahiliyah di masa itu merajalela. Saking parahnya sebagian orang Arab di zaman itu menjadikan berhala sebagai sembahannya yang dibuat dari berbagai jenis barang dari batu hingga kurma. Ketika terjadi kekeringan, mereka memakan berhala yang disembahnya sendiri. Selain itu, sebagian lainnya mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir.
Kondisi jahiliyah ketika itu, dan diangkatnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah Swt, Sayidina Ali bin Abi Thalib menjelaskan, "Allah swt mengirim utusan-Nya di era kekosongan Nabi dan membangunkan umat yang sedang tertidur panjang, ketika fitnah tersebar di mana-mana.... dunia tampil dengan wajah yang suram... di dunia yang dipenuhi ketakutan, pedang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan mereka,".
Di masa itu terjadi kekosongan spiritualitas dan moralitas. Semenjak Nabi Muhammad Saw datang membawa agama ilahi, beliau mengirimkan surat kepada para penguasa besar ketika itu mengenai seruan tauhid kepada raja Yaman, Bazan, Kaisar Persia Khosrow Parviz, Kaisar Romawi Timur, Raja Mesir dan Raja Ethiopia.
Nabi Muhammad bangkit untuk menyampaikan risalah ilahi bagi umat manusia. Salah satu tujuannya yang paling penting adalah untuk menghilangkan penderitaan manusia dan membebaskannya dari rantai penindasan. Nabi berperang dengan semua nilai-nilai keliru yang mengatur masyarakat manusia. Allah swt dalam ayat 157 Surat al-A'raf berfirman, "... dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada padanya."
Seruan tauhid dan keadilan, menjadi tujuan terpenting dari misi para Nabi. Tetapi tauhid atau monoteisme bukan hanya dalam teori filosofis dan kajian akademis semata, tapi lebih jauh lagi sebagai pandangan hidup manusia, sehingga keyakinan terhadap Tuhan terbenam kuat dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dalam masyarakat korup dan rusak, seruan tauhid dan keadilan akan terwujud ketika terjadi reformasi sosial dan budaya dalam masyarakat.
Rasulullah Saw mengajak semua orang untuk memanfaatkan potensi fitrah dirinya demi meningkatkan kesempurnaan spiritualitas umat manusia, sehingga kehidupan di dunia ini indah dan penuh kasih. Nabi Muhammad Saw memandang tujuan terpenting diutusnya beliau sebagai Nabi untuk menyempurnakan akal, sebab monoteisme dalam masyarakat dilakukan dengan memanfaatkan akal dan merenungi penciptaan alam semesta ini. Nabi Muhammad Saw bersabda, "Allah tidak mengangkat Nabi dan Rasul-Nya kecuali untuk menyempurnakan akalnya,". Oleh karena itu, akal Rasulullah Saw lebih tinggi dari umatnya.

Perjuangan tanpa kenal lelah Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan ajaran Islam selama 23 tahun begitu besar sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama umat Islam berhasil membangun peradaban baru di dunia dengan mengusung kemuliaan dan kehormatan manusia. Rasulullah Saw berhasil membangun persaudaraan di antara sesama Muslim, dan menghilangkan perselisihan dan permusuhan yang telah lama berlangsung begitu lama. Rasulullah memberikan penyadaran kepada umat Islam dengan nilai-nilai penting seperti kemanusiaan, persaudaraan, cinta, kasih sayang, keimanan dan keadilan.
Penulis terkemuka Rusia, Leo Tolstoy, mengatakan,"Tidak ada keraguan bahwa Nabi (Muhammad Saw) adalah salah seorang reformis besar dunia... Cukup kiranya untuk membuktikan kemulian ini yang diraih beliau dengan keberhasilannya dalam mengeluarkan sebuah bangsa haus darah dan buas dari cengkeraman adat istiadat buruk yang mengerikan dan membuka jalan menuju kemajuan. Padahal setiap manusia biasa tidak dapat melakukan pekerjaan besar tersebut. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw layak menerima semua penghormatan dan kemuliaan. Syariat yang dibawanya mendunia di masa depan karena seirama dengan akal dan dan kebijaksanaan.

Hari ini, dunia menghadapi krisis yang parah.
Belum lama ini terjadi insiden serangan teroris di Selandia Baru. Orang-orang tak bersalah yang sedang beribadah dan berdoa menjadi sasaran kemarahan dan permusuhan pelakunya yang rasis. Genosida di Yaman, Bahrain dan Suriah... perang saudara, perdagangan perempuan dan anak-anak, kelaparan, kemiskinan, pembunuhan, kelangkaan air, kekeringan, banjir dan lainnya menjadi berita utama setiap hari yang menunjukkan problematika masyarakat modern.
Pemikir AS, Noam Chomsky mengatakan, "Di panggung global, kita bergerak cepat menuju jurang dan kita bertekad untuk jatuh ke dalamnya. Jalan ini secara signifikan mengancam masa depan kehidupan dan kelangsungan hidup yang layak dan rasional, ".
Dengan cara pandang ini, tidak dapat dikatakan bahwa jahiliyah hanya berkaitan dengan masalah periode tertentu dalam sejarah saja. Itu mungkin kapan saja, terutama selama moralitas dan spiritualitas semakin diabaikan dan ditinggalkan. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei mengatakan,"Jahiliyah di zaman Nabi Saw ini bukan bermakna tidak adanya ilmu.... Dewasa ini di dunia, pengetahuan manusia semakin maju, tetapi melayani kebodohan atau jahiliyah yang sama seperti yang terjadi di masa Nabi. Jahiliyah ini kebalikan dari akal yang dibimbing oleh para Nabi dan Tuhan. Ketika akal berpengaruh dalam kehidupan manusia, akal yang berada dalam naungan bimbingan para Nabi, maka kehidupan aka bahagia. Tapi jika nafsu dan amarah akan menang, manusia yang akan berkuasa, maka manusia akan terjerembab dalam kubangan kesengsaraan, sebagaimana yang telah kita lihat dalam sejarah, dan kita melihatnya hari ini. "
Kini, ajaran welas asih Nabi Muhammad semakin penting dirasakan kehadirannya di dunia modern dewasa ini. Peringatan pengangkatan Muhammad Saw sebagai Nabi Allah swt menjadi momentum untuk menghidupakan kembali nilai-nilai penting ajaran Islam yang agung dan mulia yang dibawa oleh Nabi yang suci.(PH)