Festival Film Internasional Anak dan Remaja di Isfahan
Festival Film Internasional Anak dan Remaja diselenggarakan setiap tahun di kota wisata, Isfahan (sekitar 340 km selatan Tehran) Iran.
Festival Film Internasional Anak dan Remaja ke-32 ini diselenggarakan oleh Organisasi Urusan Sinema dan Audiovisual Iran, Farabi Cinema Foundation, dan Pemerintah Kotamadya Isfahan serta melibatkan UNICEF.
Festival film ini telah diadakan sebanyak 31 sesi sejak 1982. Selama periode itu, sembilan belas kali diadakan di kota Isfahan, enam kali di Tehran, lima kali di Hamedan, dan satu kali di Kerman.
Pembukaan acara ini dipusatkan di Ghadir Park Isfahan dan festival berlangsung selama 19 – 26 Agustus 2019. Lebih dari 11 bioskop di Isfahan memutar 158 film untuk masyarakat Isfahan serta tamu lokal dan asing. Acara tahun ini mengangkat moto, "Mari kita wujudkan mimpi anak-anak yang terkena dampak banjir menjadi kenyataan."
Para peserta asing dari 27 negara menghadiri acara sinematik ini dalam berbagai kategori termasuk feature film, film pendek, web series, dan animasi. Panitia juga mengundang para pegiat sinema dari sister cities Isfahan yaitu Yerevan (Armenia), Lahore (Pakistan), Kuala Lumpur (Malaysia), Gyeongju (Korea Selatan), Haiderabad (India), St. Petersburg (Rusia), dan Florence (Italia).
Festival ini bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai etika seperti kesatuan dalam keluarga, gaya hidup yang pantas, penghormatan terhadap kemanusiaan, harga diri, tanggung jawab sosial, pemeliharaan lingkungan, dan juga berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan tantangan di masa depan.
Tujuan utama festival ini adalah menampilkan film dan karya nasional Iran dan internasional yang berkualitas untuk anak-anak dan remaja, menciptakan platform untuk kehadiran para profesional dan sineas yang aktif di industri perfilman untuk anak-anak dan remaja, meningkatkan kolaborasi dan produksi film untuk anak-anak dan remaja dengan membangun interaksi di antara para pencipta, pakar, dan penonton, serta mempromosikan transfer pengetahuan dan pertukaran produk dengan nilai artistik tinggi, yang mampu berkontribusi pada pertumbuhan budaya dan nilai-nilai sosial.
Seni sinema adalah seni Iran yang paling menonjol selama empat dekade setelah Revolusi Islam dan seni ini dikenal sebagai seni pertama bangsa Iran baik di dalam maupun di luar negeri. Popularitas seni sinema pada era setelah revolusi tidak bisa dibandingkan dengan cabang seni lainnya.
Sinema Iran dianggap sebagai salah satu sinema paling kuno di dunia. Sinema Iran mengalami banyak pasang-surut sejak 1900. Meskipun tidak mungkin menutup mata dari beberapa pencapaian dan kemajuan di ranah sinema sebelum Revolusi Islam, namun sinema ini tampil dengan wajah baru sejak 1979.
Setelah revolusi, para sineas Iran menggunakan sinema sebagai media untuk menjelaskan, memperdalam, dan mengembangkan pendekatan budaya, sosial, dan politik. Mereka menganggap kehadiran di festival-festival internasional sebagai kesempatan untuk menjelaskan pandangan bangsa Iran.
Memperkuat diplomasi budaya dan mempromosikan pandangan progresif budaya orisinil Islam-Iran, merupakan salah satu dari tujuan kehadiran di ajang internasional, yang perlu mendapatkan perhatian dari para pejabat bidang sinema di Iran.
Dunia sinema Iran menyimpan banyak tenaga ahli profesional dan hal ini telah mendorong kemajuan besar sinema dalam beberapa tahun terakhir serta menghadirkan kesempatan bagi kaum muda. Selain itu, dunia sinema Iran menciptakan ruang yang tepat bagi perempuan untuk bekerja di semua disiplin ilmu dan cabang pembuatan film.
Sinema pasca revolusi Iran – dengan meninggalkan pembuatan film-film vulgar – berubah menjadi sebuah gerakan budaya di negara, kawasan, dan bahkan dunia. Setelah revolusi, sinema Iran sebenarnya telah menjadi pijakan untuk kebangkitan para sineas di kancah nasional dan internasional.
Walikota Isfahan, Qodratollah Norouzi mengatakan bahwa poster festival film ini menggambarkan lima anak dari lima benua, dan ini menunjukkan pentingnya dialog antara bangsa dan ras.
"Perwakilan dari 27 negara dunia hadir di festival ini untuk berdialog dan berkomunikasi satu sama lain. Iran, Rusia dan Korea Selatan telah menandatangani nota kesepahaman tentang kerja sama festival, begitu juga antara Iran dan Irak tentang masalah sinema dan pembuatan film," tambahnya.
MoU antara Iran, Rusia dan Korea Selatan ditandatangani di hadapan Ketua Festival Film Internasional Anak dan Remaja, Ali Reza Tabesh di sela-sela pegelaran acara tersebut.
Tabesh menuturkan ketiga negara akan bekerja sama dalam produk feature film bersama, pengetahuan teknis, sumber daya manusia, dan menyelenggarakan festival bersama. Dia berharap MoU ini akan membuka babak baru untuk kerjasama sinematik multilateral.
Kepala UNICEF untuk Iran, Mandeep O'Brien – salah satu tamu acara tersebut – menyampaikan kepuasan atas perhatian khusus festival kepada anak-anak yang rentan. Dia berterimakasih atas pelaksanaan festival film anak dan remaja ini, dan mengatakan kerjasama festival film ini dengan 27 negara dunia adalah sebuah contoh baik dari kerja sama antar-negara dan saya senang dengan hal ini.
"Akses ke anak-anak yang rentan ke layanan festival tahun ini patut dipuji, dan perhatian untuk anak-anak pekerja dan anak-anak yang menjadi korban banjir adalah sebuah program yang patut diapresiasi. Kami memiliki program tentang kota-kota yang ramah anak dan gelar ini layak disandang oleh Isfahan," ujar Nyonya Mandeep O'Brien.
Salah satu program utama festival tahun ini adalah mendidik generasi yang tertarik pada seni, budaya, dan sinema. Bagaimana pun festival ini juga memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi penerus. Sebagai contoh, 200 anak mendaftar untuk menjadi jurnalis anak dan remaja pada festival tahun ini dan 20 orang dinyatakan lolos. Di bagian juri anak dan remaja, 510 anak mendaftar dan 200 orang berhasil melewati ujian tertulis.
Keragaman film yang ditampilkan pada Festival Film Internasional Anak dan Remaja ke-32 ini sangat mengesankan dan karya-karya seniman dari lima benua diputar untuk publik. Para seniman domestik dan asing menyambut antusias ajang ini dan jumlah film yang dikirim ke panitia juga sangat banyak.
Acara yang disambut sangat antusias ini ditutup dengan mengumumkan para pemenangnya. Upacara penutupan digelar pada Senin (26/8/2019) sore di Kompleks Bioskop Kota Isfahan dan dihadiri oleh beberapa tokoh politik, budaya dan pejabat Iran.
Film terbaik untuk kategori internasional festival adalah "Hacker" garapan Signe Leick Jensen dan Morten Kaufmann. Golden Butterfly for the Best Animation diberikan kepada "Jacob, Mimi and the Talking Dogs", yang diproduksi oleh Sabine Andersone. Hadiah untuk Animasi Pendek Terbaik diberikan kepada "Cloudy" yang diproduksi oleh Filip Diviak.
Film "Pesare Darya" (Marine Boy) yang digarap oleh Abbas Jalali-Yekta diumumkan sebagai Film Pendek Terbaik, naskah film "The Little Witch" yang ditulis oleh Matthias Pacht menerima hadiah Golden Butterfly.
Mahdi Jafari, sutradara film "The 23" menerima hadiah untuk kategori Sutradara Terbaik, dan "Bille" yang diproduksi oleh Janis Juhnevics memenangkan hadiah untuk Feature Terbaik.
Di bagian Festival Award, juri memberikan hadiah khusus kepada "The Falcons" yang diproduksi bersama oleh Anna Vigdis Gísladottir dan Thorhallur Gunnarsson.
Di bagian nasional, Golden Butterfly untuk kategori naskah terbaik diberikan kepada film "The 23" yang ditulis oleh Mahdi Jafari. Aktor Iran, Alireza Akbari memenangkan Golden Butterfly karena berakting di "No-Fly Zone."
Hadiah untuk Sutradara Terbaik diberikan kepada Amir-Hossein Ghahraiee yang membuat film "Bazivou." Golden Butterfly untuk kategori juri dianugerahi kepada Behrouz Rashad karena memproduksi film "That Night’s Train."
Pada acara penutupan, Gubernur Provinsi Isfahan Abbas Rezaie mengatakan kehadiran film-film asing dari 27 negara di samping film-film Iran menunjukkan bahwa diplomasi budaya negara ini telah berhasil.
"Kota Isfahan memainkan peran besar dalam kekayaan budaya dan seni Iran dalam sejarah, dan festival film ke-32 ini menjadi buktinya," tambahnya. (RM)