Hikmah Dibalik Wabah Virus Corona
-
Ilustrasi virus Corona.
Kehidupan ini selalu diwarnai dengan peristiwa pahit dan manis yang berupa keterbatasan dan kesulitan atau kesuksesan dan kelapangan. Wabah virus Corona adalah salah satu peristiwa pahit yang tidak hanya berdampak pada satu orang atau bangsa, tapi juga mempengaruhi hampir seluruh negara di dunia.
Banyak pemerintah meminta warganya berdiam diri di rumah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus COVID-19, dan hanya diizinkan keluar rumah untuk keperluan mendesak dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Milyaran orang “terkurung” di rumah karena mengkhawatirkan dirinya dan orang lain tertular virus Corona. Semua kegiatan yang melibatkan orang banyak diliburkan dan bahkan pembatasan diterapkan di kantor-kantor dan pusat pelayanan publik.
Dalam situasi seperti ini, manusia akan lebih menghargai nikmat dan apa yang pernah dimilikinya. Sebab, mereka sering lalai ketika larut dalam nikmat dan ketika ia diambil darinya, mereka baru menyadari nilai sebuah nikmat. Imam Hasan as berkata, “Nikmat tidak akan dihargai selama ia masih bisa dirasakan, dan nikmat itu baru dihargai ketika ia sudah hilang.”
Dalam menjalani kehidupan dan melakukan berbagai aktivitas serta kegiatan wisata, banyak orang lupa bahwa nikmat sehat, kesenangan, dan kekuatan fisik untuk beraktivitas merupakan anugerah Tuhan kepada mereka. Dengan kata lain, Tuhan telah kita hapus dalam lembaran kehidupan kita.
Karantina diri di rumah untuk menghindari ganasnya virus Corona, telah memberikan kesempatan kepada semua orang untuk meningkatkan perhatiannya kepada Tuhan, mengingat kembali anugera-anugerahnya, bersyukur kepada Tuhan atas pemberiannya, dan berkeluh kesah di hadapannya.
Memperkuat hubungan dengan Tuhan akan mempertebal iman, menciptakan perubahan dalam kehidupan, dan menghadirkan ketenangan, yang sangat dibutuhkan di dunia modern ini.
Allah Swt menyediakan berbagai sarana sehingga manusia bisa membangun komunikasi dengan-Nya. Sekarang waktunya untuk meningkatkan hubungan lewat sarana-sarana tersebut dan salah satunya adalah al-Quran. Dengan membaca, merenungi, dan mengamalkan ayat-ayat al-Quran, kita akan memahami nikmat besar yang diberikan Allah dan tidak menjadi bagian dari orang-orang yang dikeluhkan oleh Rasulullah Saw, seperti diabadikan pada ayat 30 surat al-Furqan. “Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan."
Hari ini salah satu nikmat yang terbukti sangat bernilai adalah kesehatan. Sekarang milyaran orang di dunia meninggalkan rutinitas dan kegiatan bisnisnya karena khawatir terinfeksi Corona dan berdiam diri di rumah. Sayangnya ribuan orang juga telah terinfeksi virus berbahaya ini. Rasulullah Saw menyebut ada dua nikmat yang tidak disyukuri yaitu kesehatan dan keamanan.
Meskipun manusia kadang terbaring sakit dan kembali sembuh, namun Corona tidak hanya menyerang banyak orang dalam satu waktu, tapi memaksa penduduk bumi untuk menerima pembatasan ketat dan menyelamatkan jiwanya dari bahaya Corona. Tidak diragukan lagi bahwa sekarang semua orang semakin menghargai nikmat kesehatan dan berusaha maksimal untuk menjaganya di masa depan.
Sejumlah negara memberlakukan lockdown dan membuat banyak orang tidak bisa melakukan aktivitas di luar rumah. Situasi ini menyebabkan banyak keluarga kesulitan dari segi ekonomi dan terpaksa melakukan penghematan besar-besaran. Dalam situasi seperti ini, manusia menjadi lebih menghargai pekerjaan dan lebih memahami nasib para pengangguran dan mereka yang berpenghasilan rendah.
Banyak orang umumnya menganggap bekerja di luar rumah sebagai sebuah pemaksaan, yang membuat mereka tidak bisa bersantai dan bertamasya. Namun, kebijakan lokcdown dan pembatasan sosial menyebabkan mereka memahami tentang nikmatnya bekerja di luar rumah, karena ini akan memberikan motivasi, memperbaiki mood, serta mengusir kemalasan dan stress.
Karantina mandiri jangka panjang menyebabkan semua orang merindukan perkumpulan dengan teman-teman dan melakukan kegiatan sosial. Kerinduan berat ini menunjukkan bahwa Islam jauh hari telah berbicara tentang dimensi manusia sebagai mahkluk sosial dan selalu cenderung untuk membangun hubungan dengan sesama.
Wabah virus Corona dan karantina membuat kita memahami tentang besarnya nikmat silaturahim serta pertemuan dengan sanak-saudara dan teman-teman. Ada banyak anak-anak sekarang tidak bisa bertemu dengan orang tuanya, padahal menurut sabda Rasulullah, memandang wajah kedua orang tua adalah ibadah.
Jelas bahwa komunikasi lewat voice dan video call, sama sekali tidak bisa menggantikan kebersamaan dan komunikasi langsung face to face. Bahkan jika pun kita bisa bertemu dengan saudara dan teman-teman, kita tetap tidak bisa memeluk atau mencium tangan mereka.
Kegiatan rekreasi, wisata keluarga, makan di restoran, dan jalan-jalan, semuanya dilarang demi menjaga kesehatan. Larangan ini mengingatkan kita tentang nilai dari sebuah kegiatan wisata dan kumpul bareng. Sekarang kita bahkan tidak dapat menghadiri pesta nikah, perayaan ulang tahun, dan acara duka, karena keramaian di satu tempat akan meningkatkan penularan virus.
Atas rekomendasi tim dokter, pakar kesehatan, dan kebijakan pemerintah, semua tempat-tempat umum seperti sekolah, universitas, masjid, tempat ziarah, bioskop, dan tempat-tempat lain ditutup sementara demi mencegah penyebaran virus Corona.
Para pelajar dan mahasiswa sekarang lebih memahami tentang nilai ilmu pengetahuan dan pendidikan. Para peminat olah raga juga tidak bisa lagi menyaksikan pertandingan tim favoritnya dan mereka sendiri bahkan tidak bisa lagi mengisi waktu luangnya di gelanggang olah raga atau kolam renang.
Namun, penutupan masjid dan tempat-tempat ziarah merupakan sebuah keputusan yang berat bagi kaum Muslim, yang taat beribadah dan selalu mendatangi masjid. Mereka menjadikan masjid sebagai tempat untuk meningkatkan spiritualitas, bercengkrama dengan Allah Swt, menimba ilmu agama, dan bertatap muka dengan saudaranya.
Kaum Muslim juga terpaksa menghindari tempat-tempat keramaian demi menjaga kesehatan dirinya dan orang lain. Mereka sekarang sangat merindukan masjid dan warga Muslim Jerman bahkan membuat sebuah tagar dengan tema “Saya merindukan masjid saya.” Banyak orang mengirimkan beragam pesan untuk menyampaikan penyesalan mereka terkait penutupan tempat-tempat ibadah.
Seorang founder startup di Jerman, Bilal Arkin via akun Twitter-nya menulis, “Sejak masjid ditutup dan saya tidak bisa melihat jamaah shalat, saya merasakan telah kehilangan seseorang dari keluarga saya. Aku merindukan imam masjid dan juga jamaah shalat. Masjid tanpa orang mukmin ibarat sekolah tanpa pelajar.”
Cepat atau lambat, dengan pertolongan Allah Swt, virus Corona akan dapat dikontrol dan semua orang memulai kembali kegiatan rutinnya. Namun jika hari itu tiba, apakah kita akan tetap menghargai nikmat yang kita miliki atau tetap larut dalam kelalaian, melupakan Tuhan dan nikmat-nikmatnya?
Allah Swt melalui al-Quran berulang kali meminta manusia untuk mengingat nikmat-nikmatnya dan mensyukuri pemberian itu. Allah dalam surat Ibrahim ayat 7 berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (RM)