Lintasan Sejarah 14 September 2021
Imam Musa Al-Kazhim Lahir
1315 tahun yang lalu, tanggal 7 Shafar 128 HQ, Imam Musa al-Kazhim, salah seorang keturunan Rasulullah Saw terlahir ke dunia.
Imam Musa al-Kazhim lahir dan dibesarkan di bawah kasih sayang ayahnya yang mulia, yaitu Imam Jakfar as-Shadiq as. Pada usianya yang ke-35 tahun, ayahandanya menggapai kesyahidan, dan Imam Musa menggantikan posisi Imam Jakfar sebagai imam atau pemimpin umat Islam. Imam al-Kazhim terlahir saat kekuasaan Bani Umayah atas kaum Muslimin tengah mengalami keruntuhan untuk kemudian digantikan oleh Khilafah Bani Abbasiah.
Selama hidupnya, beliau sempat menyaksikan lima khalifah Abbasiah yang datang silih berganti memegang tampuk kekuasaan. Kelimanya tercatat dalam sejarah sebagai diktator dan penumpas kelompok Ahlul Bait. Imam Musa sendiri gugur pada usia 55 tahun di tangan Khalifah Harun al-Rasyid.
Selama hidupnya, Imam Musa as dikenal sebagai seorang pemimpin umat yang memiliki banyak kelebihan. Ia adalah seorang yang berilmu tinggi dengan jumlah murid yang sangat banyak. Imam al-Kazhim juga dikenal dengan kedermawanan dan sifat pemaafnya. Dengan segera, keistimewaan imam ketujuh dalam mazhab Ahlul Bait ini menarik perhatian umat Islam yang berada di bawah represi Khilafah Abbasiah. Situasi ini sangat mengundang kekhawatiran elite politik Bani Abbasiah. Untuk itu, Imam Musa kemudian dipenjarakan dengan tuduhan membahayakan keamanan negara. Di penjara itulah Imam diracun dan menggapai kesyahidan. Berikut ini adalah salah satu ucapan Imam Musa yang terkenal.
"Amal terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah mengerjakan shalat, berbuat baik kepada orang tua, serta meninggalkan sifat hasud dan takabur".
OPEC Berdiri
61 tahun yang lalu, tanggal 14 September 1960, piagam pendirian organisasi produsen minyak (OPEC) ditandatangani oleh lima negara, Iran, Arab Saudi, Irak, Kuwait, dan Venezuela.
Organisasi ini didirikan dengan tujuan menghadapi perusahaan-perusahaan minyak besar milik Barat yang memonopoli penemuan, eksplorasi, dan penjualan minyak di tingkat dunia.
Perusahaan Barat tersebut juga menentukan harga minyak sesuai dengan kepentingan mereka dan hal ini merugikan para produsen minyak. Meskipun pada awalnya, OPEC tidak memiliki banyak kekuatan, namun kemudian secara bertahap setelah bergabungnya Aljazair, Libya, Nigeria, Qatar, Emirat, Gabon, Indonesia, dan Ekuador, OPEC semakin kuat. Oleh karena itu, pada krisis minyak akibat perang antara Mesir dan Zionis dan embargo minyak di Barat oleh negara-negara Arab, harga minyak naik hingga tiga kali lipat.
Peran OPEC di pasar minyak dunia dan penentuan harga minyak selama dekade 70-an hingga kini, sangat besar. Kini, meskipun Ekuador dan Gabon keluar dari OPEC dan saham OPEC dalam produksi dunia telah menurun, organisasi ini masih memiliki peran besar dalam penentuan harga minyak dunia.
Morteza Ravandi, Peneliti dan Sejarawan Iran Wafat
22 tahun yang lalu, tanggal 23 Shahrivar 1378 HS, Profesor Morteza Ravandi, peneliti sejarah kontemporer Iran ini meninggal dunia pada usia 86 tahun dan dikebumikan di Behesht Zahra Tehran.
Profesor Morteza Ravandi lahir di kota Tehran pada 1292 HS. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Morteza Ravandi menjadi sarjana jurusan hukum di Universitas Tehran. Setelah menangani banyak pekerjaan yang dibebankan kepadanya, Profesor Morteza Ravandi menekuni penelitian tentang sejarah Iran, peran politik dan sosial rakyat negara ini.
Oleh karenanya Morteza Ravandi menghabiskan umurnya untuk melakukan penelitian di bidang yang ditekuninya ini. Ia mengkaji dan meninggalkan banyak karya ilmiah tentang sejarah Iran. Ia menulis tentang Sejarah Sosial Iran dalam 10 jilid, tafsir UUD, ekonomi manusia dan sejarah hukum dan pengadilan di Iran.
Profesor Ravandi punya keyakinan yang kuat akan Syiah dan punya keakraban dengan pengertian al-Quran. Dalam karya-karya sejarah yang ditulisnya, ia memasukkan pengertian-pengertian al-Quran.