Bersama Kafilah Ramadan (8)
Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya al-Quran. Tiba pula saatnya untuk belajar dan memahami pemikiran al-Quran serta mengamalkannya. Bulan Ramadan adalah bulan persiapan bagi mereka yang berpuasa untuk memahami Kalam Ilahi melalui puasa, ibadah dan munajat. Orang yang berpuasa mendekatkan hubungannya dengan al-Quran di bawah ibadah puasa dan doa-doa yang ia panjatkan selama bulan suci ini. Ia pun memperkokoh suluknya dengan memanfaatkan ajaran al-Quran.
Doa-doa bulan Ramadan penuh dengan ungkapan tentang al-Quran dan dorongan untuk semakin dekat dengan Kitab Samawi ini sebagai penuntun dan pemberi hidayah. Doa hari-hari bulan Ramadan yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw di antaranya doa hari kedua bulan suci ini disebutkan, Ya Allah berilah hamba-Mu taufiq untuk membaca al-Quran. Sementara doa hari keenam disebutkan, Ya Allah! Hari ini berilah aku taufiq untuk membaca al-Quran.
Di kedua doa tersebut, masing-masing disebutkan kata membaca dan tilawah yang dibarengi dengan tadabbur serta memikirkan makna ayat-ayat al-Quran. Jelas bahwa taufik seperti ini tidak mungkin diraih tanpa kedekatan dan keakraban sejati dengan Kitab Samawi ini. Keakraban dengan al-Quran sejatinya memiliki tiga pilar utama, membaca, merenungkan dan mengenal al-Quran yang dibarengi dengan pengamalan ajaran Kitab Suci ini. Oleh karena itu, di bulan suci ini keakraban dengan al-Quran harus diraih melalui tilawah dan dengan merenungkan ayat-ayatnya. Dengan memanfaatkan pemikiran serta mengamalkan ajaran al-Quran kita dapat menyempurnakan sisi spiritual kita.
Rasulullah Saw dan para Imam maksum serta auliyaullah, memiliki keakraban dan kedekatan yang luar biasa dengan al-Quran. Mereka meraih berkah yang berlimpah dari al-Quran, baik dari sisi zahir maupun batin. Manusia-manusia agung ini tidak hanya membaca zahir al-Quran, namun mereka juga bertadabbur dengan ayat-ayat yang mereka baca. Mereka membaca al-Quran dengan tenang dan suara yang merdu serta memperhatikan makna setiap ayatnya. Mereka juga bertekad mengamalkan ajarannya. Misalnya ayat Ya Ayyuhal Ladhina amanu beberapa ratus kali diulang, Imam Ridha as ketika membaca ayat ini langsung menjawab لَبَّیْکَ اَللّهُمَّ لَبَّیْکَ.
Imam Ridha as memiliki keakraban yang luar biasa dengan al-Quran. Beliau setiap tiga hari menghatamkan al-Quran. Imam Ridha as berkata, “Jika aku menghendaki maka kurang dari tiga hari aku dapat menghatamkan al-Quran, namun setiap membaca al-Quran, aku senantiasa memikirkan maknanya. Aku memikirkan ayat yang kubaca tersebut berkaitan dengan masalah apa dan kapan diturunkan. Oleh karena itu, aku menghatamkan al-Quran setiap tiga hari sekali. Jika tidak demikian, maka kurang dari tiga hari, aku dapat menghatamkan Kitab Suci ini.”
Imam Baqir as bersabda, “Setiap sesuatu memiliki musim semi dan musim semi al-Quran dalah bulan Ramadan.” Bulan Ramadan manifestasi mekarnya kuncup al-Quran di taman hati manusia. Di saat yang pecinta mendapat perhatian dari orang yang dicintainya, tidak ada yang lebih indah daripada mendengar lantunan Kalam Ilahi yang membuat tentram jiwa. Al-Quran adalah pesan yang membawa ketenangan dan menyeru setiap kalbu yang galau untuk kembali kepada fitrah suci mereka.
Manusia di bulan suci Ramadan, menjadi tamu al-Quran. Membaca al-Quran di bulan ini termasuk ibadah terbaik. Keutamaan membaca al-Quran sangat besar, di mana tidak ada ibadah yang sanggup menyamainya. Karena membaca Kalam Ilahi yang memberi ilham pemikiran merupakan sumber dari amal saleh. Di al-Quran disebutkan ayat yang langsung menjadikan Nabi sebagai audiennya, “Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (Al Muzammil 2-4). Dan kepada seluruh umat Muslim, al-Quran berseru, “Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.” (al-Muzzammil 20)
Bulan Ramadan adalah waktu yang paling tepat untuk membaca al-Quran dan memanfaatkan berkah maknawi dan materi Kalam Ilahi tersebut. Membaca al-Quran dapat menghapus karat-karat di hati Mukmin. Rasulullah Saw bersabda, “Hati seperti besi yang bisa berkarat. Beliau ditanya, lantas apa yang bisa membersihkannya? Rasul menjawab, bacaan al-Quran! Membaca al-Quran juga dapat menerangi rumah dan berdampak besar dalam menambah rizki manusia.”
Rasulullah Saw bersabda, “Terangilah rumah kalian dengan membaca al-Quran. Ketika bacaan al-Quran di rumah semakin banyak, maka berkah di rumah tersebut juga bertambah dan penghuninya akan mendapat limpahan nikmat Ilahi.” Selain itu, setiap surat dan ayat al-Quran memiliki keistimewaan dan pengaruh yang unik serta menakjubkan dalam menghapus kesulitan duniawi dan mengobati penyakit serta menghalau kesedihan. Seperti disebutkan dalam sebuah riwayat, membaca surat al-Fatihah sebanyak 70 kali terhadap orang sakit akan menyembuhkan rasa sakitnya.
Salah seorang ulama dalam kiasannya mengatakan, “Jika kamu meletakkan satu keranjang apel merah di atas kepalamu dan kamu berjalan di gang serta pasar, hal ini bukan saja tidak memberi kamu energi, namun malah sebaliknya akan menguras tenagamu. Namun jika kami memakan satu saja apel yang ada, maka kamu akan mendapat tambahan energi.” Al-Quran ibarat keranjang apel tersebut. Jika ayatnya mengalir di jiwa kita dan diterapkan dalam kehidupan aka al-Quran akan memberi pengetahuan dan makrifat kepada manusia.
Bulan Ramadan adalah musim semi al-Quran. Di bulan ini, terbuka lebar-lebar peluang untuk memanfaatkan berkah spiritual dan materi al-Quran. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk banyak membaca al-Quran di bulan suci ini. Bahkan sejumlah ulama di bulan suci Ramadan beberapa kali menghatamkan al-Quran dan pahalanya dihadiahkan kepada para Imam Maksum as.
Imam Khomeini memiliki keakraban yang luar biasa dengan al-Quran. Baik siang maupun malam hari, khususnya ketika melakukan shalat malam, beliau rajin membaca al-Quran. Di setiap kesempatan apa pun, Imam Khomeini meluangkan waktunya untuk membaca al-Quran. Saat di pengasingan di Perancis, ketika para wartawan mendatangani beliau untuk melakukan wawancara, biasanya ada jeda waktu antara sepuluh hingga limabelas menit untuk mempersiapkan kamera, jeda waktu yang ada dimanfaatkan Imam Khomeini untuk membaca al-Quran.
Menyaksikan perilaku Imam Khomeini tersebut, sejumlah orang yang hadir berkata kepada Imam, siapkan dirimu untuk wawancara (jangan sibuk membaca al-Quran). Imam Khomeini menjawab, apakah aku harus kehilangan waktuku yang berharga untuk beberapa menit yang ada!! Selain itu, setiap tahun beberapa hari sebelum bulan Ramadan tiba, Imam Khomeini memerintahkan membaca al-Quran yang pahalanya diberikan kepada sejumlah orang.
Imam Khomeini di hari-hari biasa atau bahkan ketika beliau sakit tetap konsisten membaca al-Quran di antara dua shalat atau sebelum shalat. Di bulan Ramadan, Imam Khomeini meliburkan waktu kunjungan kepada beliau, sehingga memiliki waktu lebih untuk membaca al-Quran dan bermunajat. Imam Khomeini menghatamkan al-Quran setiap tiga hari sekali.
Ibrahim Khadim Najafi, pembantu di rumah Imam Khomeini di Najaf mengatakan, “Aku biasanya sibuk membaca al-Quran di Haram Imam Ali as. Imam Khomeini beberapa kali menyaksikanku sedang membaca al-Quran. Suatu hari beliau mengutus seseorang untuk menemuiku dan meminta diriku menemuinya. Namun aku tidak menghiraukan permintaan Imam, hingga untuk kedua kalinya utusan tersebut menemuiku dan berkata, “Imam ada perlu dengan dirimu”. Aku berkata, “Apa keperluan Imam denganku?”. “ Aku hanya mendapat perintah untuk membawamu menghadap kepada beliau.”
Kemudian aku menghadap Imam Khomeini. Imam kemudian bertanya: “Siapa namaku?” Aku menjawab, “Haji Ibrahim Khadim Najafi.” Imam berkata, “Apakah kamu suka membantu kami di rumah ini?” Aku berkata, “Apa yang bisa aku lakukan?” Beliau menjawab, “Apa saja yang bisa kamu lakukan! Percayalah kamu tidak akan mendapat pekerjaan berat. Selain itu, aku sangat suka kepadamu. Tak penting seberapa besar keahlianmu, karena kamu adalah seorang mukmin! Setiap aku pergi ke Haram Imam Ali, aku menyaksikanmu sedang membaca al-Quran.”