Jun 25, 2023 13:27 Asia/Jakarta
  • Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
    Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran

Dalam pertemuan dengan ketua Biro Politik Hamas dan delegasi yang menyertainya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Tanah Palestina adalah milik semua umat Islam, maka wajib bagi semua umat Islam untuk memasuki medan untuk membebaskannya, dan ini adalah kewajiban agama."

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, pada Rabu (21/06/2023) sore, dalam pertemuan dengan Ismail Haniyeh, Ketua Biro Politik Hamas, dan delegasi yang menyertainya menyinggung pada gerakan maju masalah Palestina, menyebut rasa tanggung jawab generasi pemuda dan mukmin Palestina dan masuknya individu dan kolektif mereka ke dalam kancah perjuangan merupakan masalah yang sangat penting.

Ayatullah Khamenei menekankan, Peristiwa beberapa hari terakhir di Jenin dan pengepungan militer Zionis oleh pemuda Palestina adalah contoh nyata dari lembaran baru dan pemberi kabar gembira akan masa depan yang cerah dengan kemenangan penuh.

Ismail Hainyeh dan Ayatullah Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut Gaza sebagai pusat perlawanan dan menambahkan, Namun titik yang akan membuat musuh bertekuk lutut adalah wilayah Tepi Barat, di mana kemajuan yang baik telah dicapai sejauh ini.

Pekan lalu, Ayatullah Khamenei selama pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam Palestina, Ziyad Al-Nakhalah dan delegasi yang menyertainya, dan menekankan bahwa Jihad Islam dan kelompok perlawanan Palestina lainnya telah menemukan kunci untuk berperang melawan rezim Zionis.

Ayatullah Khamenei menambahkan, Meningkatnya kekuatan kelompok Perlawanan di Tepi Barat setiap hari adalah kunci utama untuk membuat musuh Zionis bertekuk lutut, dan jalan ini harus dilanjutkan.

Pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pertemuan para pemimpin kelompok perlawanan Palestina baru-baru ini mengandung poin-poin yang sangat penting tentang perkembangan terkini di Palestina, keberhasilan dan kekuatan perlawanan, kelemahan rezim Zionis, dan perlunya bagi seluruh umat Islam untuk mendukung pembebasan tanah Palestina.

Melihat perkembangan beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa pada saat yang sama dengan semakin intensifnya perlawanan Palestina dan perjuangan rakyat Palestina yang menyebar dari Gaza ke Tepi Barat, rezim Zionis juga menghadapi banyak krisis di arena domestik.

Sebenarnya, Zionis menghadapi intensifikasi perlawanan dan operasi Palestina di Tepi Barat dan api di bawah abu di Jalur Gaza, dan sekitar enam bulan protes internal terhadap rencana reformasi peradilan Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu, membuat situasi politik yang sulit bagi rezim ini.

Sekarang, dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi muda Palestina lebih idealis dan memiliki kemauan yang lebih kuat di depan penjajah Al-Quds, yang dapat dilihat dari perkembangan terkini di Tepi Barat.

Misalnya, dalam serangan hari Senin oleh militer Zionis di kota Jenin di utara Tepi Barat, yang dilakukan dengan menggunakan kendaraan lapis baja, terjadi peristiwa yang mengejutkan militer Zionis. Pasukan perlawanan mampu melukai sejumlah tentara Zionis dan menghentikan beberapa kendaraan lapis baja mereka dengan menggunakan bom yang ditanam di pinggir jalan, yang belum pernah terjadi sebelumnya di masa lalu.

Juga, pada hari Selasa (20/06/2023), pemuda Palestina menyusup ke kota Zionis yang terletak di antara Nablus dan Ramallah di utara Tepi Barat, lalu menembak Zionis dalam operasi unik dan membunuh empat dari mereka. Media-media berbahasa Ibrani, meski menganggap operasi ini mengejutkan, menggambarkan peristiwa yang terjadi di Jenin sebagai hal yang menyakitkan, luar biasa, dan sangat berbahaya.

Mengacu pada masalah ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, Siapa yang akan membayangkan bahwa suatu hari pemuda Palestina di Jenin akan begitu ketat melawan pasukan Zionis sehingga mereka terpaksa menggunakan jet tempur untuk melarikan diri dari pengepungan pemuda militan, tetapi kejaadian ini terjadi di Jenin beberapa hari yang lalu.

Pada saat yang sama, penjajah Zionis menyaksikan peningkatan operasi Palestina di daerah lain di Tepi Barat. Pusat Informasi Palestina melaporkan pada hari Rabu (21/6) bahwa dalam 24 jam terakhir, pasukan perlawanan Palestina telah melakukan setidaknya 70 operasi melawan Zionis di Tepi Barat.

Semua operasi ini terjadi di kota Quds, Nablus, Ramallah, Jenin, Betlehem, Tubas, Qalqilya, Tulkarem dan Al-Khalil, dan operasi ini merupakan kombinasi dari menembakkan peluru dan melemparkan paket bahan peledak ke arah penjajah.

Totalitas dari perkembangan ini menunjukkan bahwa sekarang pemuda Palestina telah memasuki perang melawan rezim Zionis secara individu dan kolektif dengan motivasi ganda, dan rezim ini juga menghadapi masalah internal dan krisis politik, dan karena alasan ini, lebih dari waktu lainnya. terlihat goyah dan lemah.

Serangan pemuda Palestina di Jenin terhadap kendadraan militer Zionis

Hal penting lainnya yang ditekankan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah perlunya umat Islam dunia mendukung pembebasan Palestina sebagai kewajiban agama.

Tidak diragukan lagi, salah satu kewajiban syariah umat Islam adalah membela umat Islam dari invasi musuh. Masalah Palestina juga merupakan masalah Islam yang menjadi tanggung jawab semua umat Islam dan negara-negara Islam.

Menurut prinsip dan landasan Islam, masyarakat Islam adalah satu kesatuan dan umat Islam tidak boleh acuh tak acuh terhadap umat Islam lainnya. Dalam Islam juga tanggung jawab menghadapi ancaman dan intimidasi adalah tugas setiap orang, yang harus bersatu melawan antek-anteknya dan membela yang tertindas.

Oleh karena itu, Republik Islam Iran selalu menyatakan tidak menganggap mendukung rakyat Palestina yang tertindas sebagai kebijakan jangka pendek dan taktis, tetapi menganggapnya sebagai tugas manusia yang berakar pada keyakinan Islam.

Ayatullah Khamenei menekankan dukungan dari Republik Islam Palestina dan mengatakan, Imam Khomeini ra mendukung Palestina sejak awal Gerakan Islam berdasarkan iman dan keyakinan, dan dasar dukungan Republik Islam juga didasarkan pada yurisprudensi dan syariah Islam, dan bukan gerakan taktis atau diplomasi.(sl)