Aug 31, 2016 09:50 Asia/Jakarta

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, gelombang agitasi musuh baik di dalam dan luar negeri terhadap rakyat Muslim Iran, tidak terelakkan. Aksi-aksi pengecut teror terhadap ribuan warga tidak berdosa dan para pejabat tinggi Iran, serta perang yang dipaksakan selama delapan tahun oleh rezim Saddam Irak, merupakan bagian penting dari gelombang permusuhan tersebut. Namun kewaspadaan dan partisipasi masyarakat mampu menggagalkan tujuan musuh.

Di saat rakyat Iran dihadapkan pada perang tidak berimbang selama satu tahun dalam agresi rezim Baats Irak, tanggal 29 Agustus 1981 menjadi salah satu hari terpahit dalam sejarah Iran pasca kemenangan revolusi Islam. Pada hari itu, Syahid Mohammad Ali Rajaei, presiden Iran yang dicintai masyarakat, dan Hujjatul Islam wal Muslimin Doktor Mohammad Javad Bahonar, perdana menteri Iran kala itu, meneguk cawan syhahadah dalam sebuah aksi teror.

 

Dua bulan sebelum insiden teror tersebut, 72 pejabat dan revolusioneris Islam Iran gugur syahid dalam ledakan yang terjadi di kantor Partai Republik. Kedua serangan teror itu dan juga berbagai aksi serupa dilakukan oleh Organisasi Muhajidin Khalq atau yang di Iran dilabel dengan Organisasi Munafikin Khalq (MKO). Memang benar musuh gagal mencapai tujuannya melalui aksi tersebut untuk memaksa bangsa Iran bertekuk lutut. Akan tetapi tetapi Iran tenggelam dalam duka kehilangan putra-putranya yang masing-masing adalah pilar independensi dan kehomatan negara.

 

Dalam rangka mengenang para pahlawan dan seorang pejabat teladan di Republik Islam itu, maka ditetapkan awal bulan Shahrivar dalam kalender Persia sebagai pekan pemerintah. Perlu disebutkan pula bahwa para anggota organisasi teroris MKO sekarang berada di Irak dan di sejumlah negara Eropa serta mendapat dukungan negara-negara Barat khususnya AS dan negara-negara regional terutama Arab Saudi.

 

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei, pada pekan pemerintah, bertemu dan berdialog dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani beserta para anggota kabinetnya. Selain memperingati pekan pemerintah, Rahbar juga menyebut Syahid Rajaei dan Bahonar sebagai teladan keikhlasan dan kerja keras pejabat pemerintah. Pada kesempatan itu, beliau mengkritik upaya para politisi Barat untuk membersihkan citra kelompok teroris MKO serta pengesanannya sebagai kelompok tertindas. 

 

Setelah mendengar laporan Presiden Iran, Hassan Rouhani, dan sejumlah menteri kabinetnya, Rahbar menyampaikan terima kasih atas kerja keras pemerintah dan aktivitasnya. Rahbar menekankan bahwa tahun depan, menjelang pelaksanaan pemilu presiden, hendaknya pemerintah tidak melibatkan diri dalam masalah-masalah marginal dan tetap melanjutkan tugasnya. Menurut Rahbar, kampanye terbaik setiap pemerintah adalah mekanisme kerjanya.

 

Beliau menilai pekan pemerintah sebagai peluang baik untuk menganalisa kinerja pemerintah dan mengharapkan para elit politik untuk membantu pemerintah dengan mengemukakan kritik  yang proporsional.  Ayatullah Khamenei mengatakan, "Kritik berarti mengajukan titik masalah dan solusinya serta [dalam rangka] menyelesaikan masalah. Kritik yang baik itu seperti ini dan menurut saya [jika] ada, sangat baik." Rahbar juga meminta pemerintah memberikan informasi jujur, benar dan faktual soal kinerja pemerintah. 

 

Rahbar menilai masalah ekonomi dalam kondisi saat ini sebagai prioritas utama dan menyambut pelimpahan 2.500 program setengah jalan kepada pihak swasta, serta menyinggung beberapa poin penting di bidang ekonomi. Antara lain adalah penindaklanjutan realisasi pasti berbagai program, penyelerasan seluruh aktivitas ekonomi negara dengan politik muqawama, pemanfaatan seluruh kapasitas negara, dan penyebaran wacana dalam rangka realisasi ekonomi muqawama.

 

Ayatullah Khamenei menambahkan, dalam ekonomi muqawama yang diharapkan adalah sebuah hasil lonjakan dan luar biasa, oleh karena itu jangan sampai muncul kepuasan dengan hal-hal rutin dan biasa di instansi-instansi ekonomi negara. Beliau juga menegaskan bahwa pelimpahan wewenang pengambilan keputusan di semua provinsi, kontrol likuiditas dan bunga bank menuju produksi, kestabilan dorongan ekspor, pembelian produk pertanian, pemberantasan serius penyelundupan dan pemusnahan barang selundupan, penghapusan proses birokrasi rumit dan dukungan penuh terhadap ekonomi berbasis sains, merupakan di antara kunci pokok dalam pemulihan ekonomi negara.

 

Terkait pemberantasan fenomena penyelundupan, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menjelaskan,  pemberantasan dan pemusnahan penyelundupan bukan penyelundupan kecil dalam skala satu tas, melainkan produk-produk yang diselundupkan oleh gerombolan penyelundup besar, yang dapat mempengaruhi pasar negara.

 

Pada bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei membahas politik luar negeri. Seraya menekankan pentingnya aktivitas diplomasi, Rahbar mengatakan, "Kita harus memiliki membagi kemampuan diplomasi di tingkat dunia dengan benar dan kita juga harus memiliki diplomasi aktif dalam masalah-masalah regional yang rumit di hadapan kekuatan dunia." Rahbar juga menekankan pentingnya pemanfaatan seluruh kapasitas diplomasi untuk perekonomian negara dan mengatakan, instansi-instansi ekonomi negara harus memiliki interaksi berkesinambungan dengan kementerian luar negeri. Terkait kesepakatan nuklir Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), Rahbar mengatakan, "Pertama kita harus memperitungkan pengingkaran janji pihak Barat—khususnya Amerika Serikat—dan memperhatikannya. Kedua kita harus belajar dari pengalaman untuk tidak mempercayai janji-janjinya."

 

Ayatullah Khamenei juga menyinggung masalah ilmiah dan teknologi dan mengatakan, "Topik ilmiah dan teknologi perlu dijadikan topik utama negara." Menyinggung kemajuan Iran di berbagai bidang, Rahbar mengkhawatirkan kelesuan dalam laju perkembangan ilmiah dan teknologi saat ini. Beliau menegaskan bahwa untuk mengejar ketertinggalan ilmiah pada abad-abad lalu, negara harus menggenjot laju perkembangan iptek. Sebelumnya, pejabat Islamic World Science Citation Center mengatakan, pada tahun 2014, Iran menduduki peringkat keempat dunia di sektor perkembangan ilmiah di antara 20 negara terkemuka dunia produsen ilmiah. Namun laju perkembangan ilmiah Iran dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan dan masalah ini menjadi perhatian serius Rahbar.

 

Adapun kondisi baik keamanan Iran juga tidak luput dari perhatian Rahbar. Beliau menilai semangat revolusioner dan agama masyarakat sebagai benteng pertahanan nasional yang kokoh dalam menciptakan keamanan, di samping berbagai faktor lainnya. Beliau juga menekankan peran pasukan militer negara dalam menjaga keamanan tersebut dan menyinggung pameran rudal balistik baru Iran. Menurut beliau kepemilikan sarana-sarana pertahanan sangat penting untuk keamanan negara.

 

Menyinggung upaya musuh Revolusi Islam untuk mencegah penyerahan sistem rudal S-300 dari Rusia kepada Iran, Rahbar mengatakan, meski S-300 adalah sebuah sistem yang murni defensif dan tidak dapat digunakan untuk tujuan ofensif, musuh tetap berupaya keras untuk menghalangi Iran memiliki sistem tersebut. Ayatullah Khamenei menekankan, kapan pun ketiga unsur yang ada yaitu semangat rakyat, faktor penjagaan dan pengokohan instansi penjaga keamanan serta faktor sarana dan alat pertahanan [negara] melemah, maka akan sangat merugikan negara.

 

Isu budaya merupakan di antara pembahasan Rahbar dalam pertemuan dengan Presiden Iran dan para anggota kabinetnya. Di mata Rahbar, kebudayaan adalah prioritas yang sangat penting. "Budaya adalah literatur, kesenian, hingga gaya hidup yang mencakup akhlak dan perilaku sosial. Saya meyakini kebebasan berpikir, akan tetapi bukan kebebasan berpikir yang urakan, karena kebebasan berpikir urakan akan memberikan peluang kepada musuh untuk memanfaatkannya demi mendaratkan pukulan terhadap pemerintah Islam."