Kemajuan Ilmiah Iran Perspektif Rahbar
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran (Rahbar), Ayatullah Sayid Ali Khamenei pada Rabu (19/10/2016), melakukan pertemuan dengan ribuan pelajar berprestasi dan intelektual muda Iran.
Pada awal pertemuan, Rahbar berbicara tentang hari-hari di bulan Muharam dan mengatakan, "Muharam tidak hanya sepuluh hari Asyura, tetapi sebuah peristiwa besar terjadi pada hari-hari di bulan Muharam, di mana peristiwa itu tidak ada akhirnya… sebuah realitas yang menggambarkan perang antara cahaya dan kegelapan, antara kebenaran dan kebatilan, antara kemuliaan dan kehinaan. Ia ibarat mentari yang selalu memancarkan sinarnya."
Ayatullah Khamenei menyampaikan kepuasan atas pertemuan dengan para pelajar berprestasi dan intelektual muda Iran. Beliau menyebut para ilmuwan dan intelektual Iran sebagai pembawa panji peradaban Islam modern. Menurutnya, mereka adalah anugerah yang diberikan oleh Allah Swt dan meminta pemerintah untuk selalu memberi dukungan kepada komunitas intelektual dan kalangan berprestasi di Iran. Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa dengan bersandar pada aset yang tak ternilai ini, Republik Islam akan menjadi sebuah negara maju, kuat, terhormat, dan menjadi pengibar panji peradaban Islam modern.
Rahbar mengingatkan bahwa para pemuda berprestasi memiliki tanggung jawab yang berat dan tanggung jawab pertama dan utama kalian adalah bersyukur kepada Allah Swt, karena telah memberikan nikmat kepintaran ini. Beliau menjelaskan, "Bersyukur di sini, kalian harus tahu bahwa kepintaran ini adalah sebuah nikmat, ini adalah nikmat Allah Swt. Kalian bertanggung jawab di hadapan nikmat itu dan tanggung jawab itu berupa penggunaan nikmat tersebut di jalan yang benar."
Pada masa Dinasti Qajar dan Pahlevi, kata Rahbar, rakyat Iran sengaja dibuat minder dan dihilangkan rasa percaya diri mereka. Barat – karena sudah lebih dulu maju dari pihak lain – memandang rendah bangsa-bangsa lain, mereka menghina bangsa-bangsa dengan budaya dan peradaban yang gemilang. Bangsa-bangsa tersebut dianggap berada di bawah mereka. Ayatullah Khamenei menganggap penamaan wilayah Asia dengan Timur Jauh, Dekat dan Tengah sebagai contoh dari kesombongan bangsa-bangsa Eropa. Mereka bahkan memberi nama wilayah berdasarkan letaknya yang jauh atau dekat dengan Eropa, padahal Asia adalah tempat lahirnya peradaban-peradaban besar dan kuno.
"Bangsa-bangsa Barat sama seperti orang-orang miskin yang baru kaya dan kemudian lupa diri. Ketika mereka mencapai posisi ilmiah dan kedudukan tinggi, mereka memandang rendah semua manusia lain bahkan terhadap orang-orang yang berguru kepada mereka termasuk negara kita," jelasnya.
Sejarah mencatat bahwa Barat benar-benar jauh dari segala ilmu pengetahuan dan pemikiran pada era kegelapan di Abad Pertengahan, sementara negara-negara Islam sedang menikmati era keemasan ilmiah dan kemajuan ilmu pengetahuan. Pasca Renaisans, Barat memulai kebangkitan ilmiah dengan menerjemahkan karya-karya bangsa Muslim di berbagai disiplin ilmu termasuk kedokteran, matematika, kimia, dan astronomi. Namun begitu mencapai kemajuan sains dan teknologi termasuk antariksa, mereka menggunakannya untuk menjajah dan mengeksploitasi negara lain dan menambah lembaran kelam ke sejarah hak asasi manusia.
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menyinggung tentang arogansi dan kesombongan Barat dan menegaskan, "Ketika sebuah negara didefinisikan di bawah hegemoni kekuatan asing, maka semua sumber dayanya – mau tidak mau – sebenarnya akan dianggap milik kekuatan tersebut." Iran selama Dinasti Qajar dan Pahlevi selalu berada di bawah hegemoni kekuatan-kekuatan Barat dan para rezim boneka telah membawa kehinaan yang berlipatganda bagi bangsa Iran.
Pada masa Perang Dunia II, Inggris dan Rusia – tanpa koordinasi apapun dengan para penguasa Iran – menduduki negara ini dan menjadikannya sebagai rute transfer peralatan militer dan pasukan mereka. Pada masa itu bangsa Iran menderita kerugian besar dan menurut catatan sejarah, sekitar 30 persen dari rakyat Iran meninggal dunia akibat bencana kelaparan, kekeringan, dan tidak adanya fasilitas dasar kehidupan.
Ayatullah Khamenei menilai peristiwa seperti itu dalam sejarah Iran sebagai dampak dari keminderan para penguasa dan penyuntikan energi negatif "kita tidak mampu" di tengah masyarakat. Beliau menegaskan, "Revolusi Islam adalah sebuah transformasi besar. Ia telah menciptakan perkembangan yang signifikan dan menumbuhkan rasa percaya diri untuk bangkit melawan ketergantungan pada orang lain, dan Allah Swt juga telah membantu."
Rahbar menganggap perang yang dipaksakan Irak dengan Iran sebagai sebuah medan untuk menampilkan rasa percaya diri para pemuda Iran dan mengatakan, "Dalam perang itu dan dengan semua kegetirannya, semua potensi mulai tampak dan terbukti bahwa pemuda Iran dengan tangan kosong bisa mencapai kemenangan melawan musuh, yang mengandalkan adidaya-adidaya dunia."
Pada kesempatan itu, Rahbar menyoroti upaya musuh untuk menghancurkan rasa percaya diri bangsa Iran di medan perang lunak. Beliau menjelaskan, "Musuh sekarang memanfaatkan unsur-unsur yang lemah di dalam negeri dan mereka yang termakan tipu daya, untuk kembali menyebarkan budaya ketergantungan dengan tampilan yang indah. Maksud Barat dari globalisasi adalah bahwa semua bangsa harus berada di bawah budaya, di mana kekuatan adidaya telah memaksakan budaya itu atas perekonomian global, kebijakan internasional, dan keamanan dunia.
"Kami tidak menentang membangun hubungan budaya dengan negara-negara asing, tapi kita harus melakukan perlawanan atas pemaksaan budaya mereka terhadap ekonomi kita, politik, dan keamanan," tegas Rahbar. "Kami menolak segala bentuk ketergantungan kepada kekuatan-kekuatan arogan," tambahnya.
Ayatullah Khamenei di bagian lain pidatonya meminta pemerintah untuk memperhatikan para pemuda berprestasi mengingat adanya sebuah tujuan besar. Menurutnya, tujuan besar itu adalah mengubah Iran menjadi sebuah negara yang maju dan kuat serta memiliki ide-ide baru dalam berbagai persoalan kemanusiaan dan isu-isu internasional. Sekarang, jelas Rahbar, para pemikir dunia mengeluhkan tentang kondisi umat manusia dewasa ini. Jadi, harus ada sebuah solusi untuk keluar dari jalan buntu ini dan ide baru ini harus datang dari Republik Islam Iran.
Rahbar kemudian menekankan pentingnya aspek spiritual dalam visi Iran yang kuat, dan mencatat bahwa tantangan utama dunia modern adalah adanya kekuatan yang tidak dibarengi dengan iman. Beliau menambahkan, kampanye pemilu presiden saat ini di Amerika Serikat dan isu-isu yang diangkat dalam program debat kedua kandidat, secara eksplisit menunjukkan kurangnya spiritualitas dan iman di antara mereka.
"Dalam beberapa minggu ke depan, salah satu dari dua kandidat itu akan menjadi Presiden AS, negara yang menguasai kekayaan dunia, menguasai media dunia dan memiliki senjata nuklir terbanyak," pungkas Ayatullah Khamenei.
Rahbar menilai bahwa untuk mencapai Iran yang kuat dan religius, negara harus mendidik generasi yang berani, pintar, berperadaban, inovatif, visioner, dan percaya diri. "Mereka harus menyiapkan dirinya untuk tujuan ini dan bergerak secara serius, dengan kata lain menjadi pemuda yang revolusioner. Para pemuda berprestasi adalah motor penggerak generasi seperti itu," tambahnya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran kemudian menekankan pentingnya untuk memperhatikan kebangkitan ilmiah di Iran. Gerakan seperti ini tentu saja memiliki banyak musuh, yang ingin menghentikan atau menyimpangkan proses ilmiah. Rahbar meminta agar laju kemajuan ilmiah Iran dipertahankan dan jika gerakan ilmiah ini tidak diperhatikan, maka keputusasaan akan tercipta di tengah para pemuda dan ini adalah sebuah pukulan besar bagi negara.
"Menurut informasi yang dirilis oleh database global, pertumbuhan ilmu pengetahuan Iran 13 kali lebih cepat dari rata-rata dunia dan kecepatan ini tidak boleh menurun," tandas Rahbar dalam pertemuan tersebut. Beliau optimis dengan kapasitas besar Iran untuk membuat kemajuan serta sumber daya manusia dan alamnya, dan mengatakan bahkan orang-orang Barat mengakui masalah ini. Namun Ayatullah Khamenei memperingatkan bahwa menghambat kemajuan ilmiah Iran adalah salah satu tujuan utama dari musuh.