Perkembangan Iptek di Iran dan Dunia (20)
-
teknologi Iran
Situs penyedia data statistik kinerja dan tren ekstrapolasi jumlah artikel yang dipublikasikan jurnal ilmiah dan kutipan untuk artikel tersebut, Essential Science Indicators (ESI)-Thomson Reuters baru-baru ini merilis daftar ilmuwan unggul dunia.
Dalam daftar tersebut, 228 ilmuwan Iran masuk dalam kelompok satu persen ilmuwan terbaik dunia. Menurut laporan ESI, para ilmuwan dari Universitas Tehran dan peneliti bidang teknik Iran mendominasi jumlah ilmuwan yang masuk kelompok satu persen tersebut.
ESI setiap dua bulan sekali berdasarkan perkembangan yang dicatat dalam jaringan media sains internasional terkini dan otoritas keilmuan yang menjadi pilihan para ilmuwan terbaik, meng-update informasi terbaru di situsnya.
Menurut informasi yang dimuat situs tersebut, dari 228 ilmuwan Iran yang masuk kelompok satu persen ilmuwan terbaik dunia, 139 di antaranya adalah ilmuwan yang berasal dari beberapa universitas yang berada di bawah naungan kementerian pendidikan, 40 imuwan berasal dari sejumlah universitas teknik dan 38 lainnya dari universitas ilmu kedokteran.
Pusat penelitian dan lembaga pendidikan tinggi Iran menyumbangkan tiga ilmuwan terbaik dunia, sementara Universitas Azad Eslami menyumbang sembilan ilmuwan dalam kelompok satu persen ilmuwan unggul dunia.
Universitas Tehran dengan 36 ilmuwan terbaiknya, menjadi universitas yang paling banyak menyumbang ilmuwan unggul dunia di antara universitas-universitas Iran lainnya.
Universitas Tarbiat Modares dan Universitas Teknologi Sharif, yang masing-masing menyumbang 16 dan 18 ilmuwan, berada di peringkat selanjutnya. Universitas Ilmu Kedokteran Tehran dengan 18 ilmuwan berada di peringkat atas daftar ilmuwan terbaik dunia yang dirilis ESI.
Universitas Sains dan Teknologi Iran, Universitas Shiraz dan Universitas Teknologi Isfahan, masing-masing dengan delapan ilmuwan, Universitas Shahid Beheshti dan Universitas Teknologi Amir Kabir, masing-masing dengan tujuh ilmuwan, berada di peringkat berikutnya dalam daftar ilmuwan terbaik dunia.

Ilmuwan Iran yang masuk daftar ESI tidak terbatas pada universitas-universitas yang sudah disebutkan di atas, beberapa dari mereka berasal dari Universitas Ferdowsi Mashhad, Universitas Tabriz, Universitas Isfahan dan Institut Riset Ilmu Pengetahuan Dasar Tehran.
Sementara itu, seorang peneliti muda Iran berhasil menemukan metode baru untuk menurunkan tingkat resistensi tubuh pasien penderita kanker darah kronis terhadap berbagai jenis obat-obatan kanker, menurunkan efek samping kemoterapi dan percepatan proses penyembuhan pasien.
Peneliti muda Iran ini berhasil mengatasi masalah tersebut dengan mengajukan proyek "pemulihan kinerja PMA dalam menciptakan diferensiasi Megakaryocytic pada sel-sel K562".
Sel-sel K562 adalah model sel dari penderita leukimia myelogenous kronis atau CML dan ini termasuk jenis penyakit ganas pada seseorang yang menderita kelainan genetik, gen BCR-ABL.
Leukemia myelogenous kronis sebagai salah satu jenis kanker darah yang umum diderita manusia, memiliki alur alami yang jelas dan lebih banyak ditemukan pada pasien yang sedang berada dalam fase kronis.
Akan tetapi, akibat adanya ketidakstabilan genetik, penyakit itu memasuki fase akselerasi dan pada akhirnya masuk fase krisis ledakan (blast crisis), dan pada fase pengobatan ini, tubuh mulai memberikan reaksi resisten atas obat.
Meski penemuan Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) dalam beberapa tahun terakhir berhasil menciptakan revolusi besar di bidang pengobatan penyakit leukemia myelogenous kronis, namun masalah asli pengobatan jenis penyakit ini sebenarnya adalah munculnya resistensi pada tubuh atas obat tersebut.
Oleh karena itu, diagnosa dan identifikasi fitur objek-objek baru yang tidak terkait dengan gen BCR-ABL dari sisi bahwa selain sel-sel CML, sel-sel induk leukemia juga menjadi objek dalam pengobatan komprehensif atas penyakit ini, merupakan hal yang penting dan efektif.
Menurut peneliti Universitas Tehran itu, penggunaan beragam cara penyembuhan dengan mekanisme kinerja yang berbeda-beda di samping Tyrosine Kinase Inhibitor, dapat menjadi salah satu solusi yang bisa meningkatkan peluang hidup bagi para penderita CML.

Di sisi lain, para peneliti di Klinik Mayo, Amerika Serikat dalam sebuah kajian kecil namun jangka panjang, mencapai sebuah kesimpulan bahwa eksitasi otak yang mendalam mungkin saja memberikan rasa tenang bagi para penderita jenis depresi kronis yang bereaksi pada metode-metode pengobatan lainnya.
Perawatan medis, terapi bicara dan bahasa (speech dan language therapy) atau kombinasi keduanya, merupakan metode pengobatan umum yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit ini. Para pasien yang mengalami eksitasi otak mendalam, gejala-gejala depresinya mulai terlihat pulih di masa pengkajian yang berlangsung empat tahun.
Ini adalah riset jangka panjang pertama terkait jenis metode pengobatan tersebut. Dalam metode pengobatan ini, area otak yang berhubungan dengan rasa lezat, motivasi dan kualitas hidup digerakkan melalui elektroda yang dipasang dalam kepala lewat proses operasi.
Level gerakan dikontrol dari sebuah media mirip alat pemandu yang ditanam di bawah kulit atas dada. Para peneliti menegaskan bahwa metode pengobatan ini harus dilakukan pada kelompok pasien yang lebih luas sehingga efek dan keamanannya teruji bagi para penderita depresi.
Saat ini, eksitasi dalam otak digunakan untuk menyembuhkan penyakit seperti parkinson, epilepsi, Sindrom Tourette dan gangguan kompulsif obsesif (OCD). Para ilmuwan berharap metode pengobatan ini juga dapat digunakan untuk para penderita serangan jantung, dan untuk menyembuhkan kecanduan narkotika atau demensia. []