Nov 06, 2018 16:29 Asia/Jakarta
  • Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
    Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan bahwa meredupnya kekuatan Amerika Serikat telah menjadi sebuah realitas yang disepakati oleh para pakar dunia.

Hal itu disampaikan dalam pertemuan dengan ribuan pelajar dan mahasiswa Iran di Tehran menjelang peringatan 13 Aban, Sabtu (3/11/2018).

Rakyat Iran pada hari Ahad (4/11/2018) memperingati Hari Nasional Melawan Arogansi Global. Pada 4 November 1979, mahasiswa Iran menduduki Kedutaan Besar AS (sarang spionase) di Tehran dalam aksi protes menentang campur tangan Washington terhadap Revolusi Islam.

Rahbar menilai hari pendudukan kedutaan AS sebagai sebuah kesempatan untuk memperkenalkan wajah asli Paman Sam. Menurutnya, tujuan utama konspirasi AS selama 40 tahun terakhir adalah untuk menguasai kembali Iran, tetapi mereka gagal mencapai misinya meskipun telah melakukan banyak upaya.

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran dan sepanjang sejarahnya, pemerintah AS selalu mengejar satu tujuan utama yaitu menghancurkan sistem Republik Islam Iran dan mengembalikan Iran ke sistem monarki masa lalu sehingga bisa dengan mudah mencapai tujuan hegemoninya di Iran dan kawasan.

Selama masa itu, para pejabat Washington menempuh berbagai cara untuk meraih tujuan arogansi dan anti-kemanusiaan. Dalam pandangan Ayatullah Khamenei, AS dengan aksi militer yaitu memprovokasi rezim Saddam untuk menyerang Iran dan menyediakan dukungan penuh untuknya, telah memperlihatkan bentuk permusuhan terburuknya dengan bangsa Iran.

Pawai Akbar 13 Aban.

Serangan rudal ke pesawat sipil Iran, operasi militer ke Tabas, dan pemboman anjungan minyak lepas pantai Iran oleh AS, merupakan contoh lain dari perang terbuka negara itu terhadap rakyat Iran.

"Musuh melakukan segala upaya melawan kami dengan berbagai tindakan; AS terlibat dalam perang militer, ekonomi, dan media melawan kami. Melalui semua tindakan ini, AS bercita-cita – dengan sia-sia – untuk mendapatkan kembali statusnya yaitu mendominasi Iran, sesuatu yang dinikmatinya selama rezim Pahlavi," ujar Rahbar.

Menurutnya, ada sebuah fakta penting yang kadang tidak terlihat oleh sebagian orang meskipun ini cukup jelas. Sebuah hakikat yang terang bahwa selama tantangan 40 tahun, pihak yang kalah adalah Amerika dan pihak yang menang adalah Republik Islam Iran. AS disebut kalah karena telah memulai serangan tanpa pernah mencapai tujuannya.

AS tidak hanya gagal mencapai tujuannya di Iran, tetapi kekuatannya di tengah komunitas internasional juga menurun. Negara itu sekarang tidak memiliki kekuatan dan hegemoni seperti selama 40 tahun terakhir. Sekarang tidak hanya warga di berbagai negara, tetapi pemerintahan mereka secara terbuka juga menentang kebijakan dan keputusan Gedung Putih.

Dalam situasi saat ini, terutama setelah Presiden Donald Trump berkuasa, banyak pakar sosiologi dan politisi terkemuka telah sampai pada kesimpulan bahwa kekuatan lunak AS sedang melemah. Francis Fukuyama, seorang pemikir Amerika dan dosen Johns Hopkins University, percaya bahwa liberal demokrasi di AS telah mencapai puncaknya dan ini adalah titik akhir evolusi sejarah manusia, dan sekarang muncul teori bahwa sistem politik AS mulai redup dari waktu ke waktu!

Ayatullah Khamenei menjelaskan kekuatan lunak AS dalam artian pemaksaan pandangannya kepada negara lain, sekarang berada pada situasi yang paling lemah dan sejak presiden saat ini berkuasa, keputusan Washington tidak hanya ditentang oleh bangsa-bangsa, tetapi juga oleh pemerintah Eropa, Cina, Rusia, India, Afrika dan Amerika Latin.

Rahbar yakin Amerika juga mengalami kemerosotan dari segi ekonomi. Negara itu terlilit utang 15 triliun dolar pada tahun 2018 dan defisit anggaran 800 miliar dolar. AS menghadapi rival besar ekonomi seperti Cina dan rivalitas ini memaksa Trump mengumumkan perang dagang.

Peristiwa pendudukan sarang mata-mata AS di Tehran.

Di bidang militer, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran berpendapat pasukan militer AS menderita depresi, kebingungan, dan ragu-ragu, dan negara itu menghadapi kekurangan personel yang energik; personel yang mampu dengan baik memajukan kebijakan arogan negaranya. Kondisi ini memaksa Pentagon untuk menggunakan organisasi-organisasi kriminal seperti Blackwater dan pasukan bayaran seperti itu.

AS diprediksi akan runtuh seiring dengan melemahnya kekuatan lunak dan keras mereka serta hilangnya reputasi negara itu di dunia. Menurut pandangan Ayatullah Khamenei, perilaku buruk pemerintah AS dan kebijakan hegemonik mereka telah memicu kebencian banyak bangsa dan negara, ini akan mendekatkan AS dengan keruntuhannya.

"Faktor kelemahan AS tidak terkait dengan hari ini atau kemarin sehingga seseorang ingin mengatasinya, ini terkait dengan fase panjang sejarah. Faktor yang membuat situasi AS seperti ini adalah sebuah proses jangka panjang. Di sepanjang sejarah, mereka sendiri telah menciptakan kondisi ini dan inilah akibatnya sekarang dan ia tidak mudah untuk ditangani. Ini sunnah Ilahi, mereka ditakdirkan untuk jatuh, ditakdirkan untuk runtuh, terhapus dari pentas kekuatan dunia," ungkapnya.

Dengan melemahnya kekuatan AS di hadapan Iran, negara ini akan terus mengejar cita-cita revolusi dengan kekuatan muda, penuh semangat, dan energik. Para pemuda ini akan memikirkan kemajuan Iran di bidang sains dan teknologi, militer, nuklir, kedokteran, dan bidang-bidang lain. Semangat kemandirian dan resistensi terhadap arogansi AS adalah salah satu ciri khas pemuda Iran.

Washington tentu saja menganggap Tehran sebagai bagian dari pemicu sentimen anti-Amerika sehingga negara-negara tetangga menentang pasukan AS. "Mereka menyalahkan kita untuk itu. Anda tidak punya hak untuk menyalahkan kami! Rakyat Irak, Suriah, Lebanon, Afghanistan, dan Pakistan membenci Anda (pemerintah AS); apakah kita bertanggung jawab untuk itu? Mengapa pemerintah AS tidak memahami bahwa bangsa-bangsa tersebut membenci kalian? Kalian telah mengeksploitasi mereka, sebagai hasilnya orang-orang membenci Amerika," jelas Rahbar.

Bukti kegagalan operasi AS di Tabas, Iran.

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menilai sanksi AS terhadap Iran sebagai hal yang sia-sia. "Melalui sanksi, AS berusaha mengekang ekonomi Iran. Namun, sebagai akibat dari sanksi, gerakan menuju swasembada semakin bergelora di Iran. Rakyat Iran dulu mengimpor produk selama bertahun-tahun, tetapi kini mereka sudah terbiasa untuk memproduksi segalanya," tambahnya.

Beliau memuji pertumbuhan Iran meski ada upaya musuh untuk menghentikan kemajuannya. "Republik Islam memulai dari nol dan mencapai kemajuan selama 40 tahun terakhir. Hari ini, kita menyaksikan gerakan serius menuju kemerdekaan politik dan industri di Iran," tandasnya.

Dalam menjawab pertanyaan tentang kapan perlawanan dan permusuhan bangsa Iran dengan AS akan berakhir, Rahbar menegaskan ketika AS menyingkirkan hegemoninya, interaksi dengannya bisa dilakukan seperti dengan negara-negara lain, tapi ini mustahil terjadi karena esensi arogansi adalah menegakkan hegemoni dan mendominasi.

"Saya ingin menyampaikan beberapa nasihat untuk kalian para pemuda. Pertama, jangan pernah melupakan kebencian AS dan jangan tertipu dengan senyum mereka. Mereka kadang berkata, 'kami tidak menentang masyarakat Iran, tetapi pemerintah Iran, mereka bohong.' Pemerintah Republik Islam bukan apa-apa tanpa rakyat. Permusuhan AS menargetkan rakyat Iran bahkan sebelum revolusi melalui antek-anteknya di negara ini. Kedua, promosikanlah teori resistensi terhadap musuh yang ganas. Teori ini secara praktis dan teoritis benar. Ketiga, kalian para pemuda harus menganggap diri kalian bertanggung jawab atas pembangunan negara. Tinggalkan kemalasan dan rasa takut dan anggaplah inovasi sebagai tugas kalian," saran Rahbar.

"Ketahuilah, masa depan Iran Islam akan jauh lebih baik daripada saat ini dan Iran akan unggul di arena internasional. Ini benar adanya dan tidak ada keraguan di dalamnya. Kalian akan melihat masa depan ini secara langsung," pungkasnya. (RM)

Tags