Des 12, 2018 20:57 Asia/Jakarta
  • Sheikh Shahab Al-Din Suhrawardi
    Sheikh Shahab Al-Din Suhrawardi

Shahab al-Din Suhrawardi adalah seorang filsuf dan arif terkemuka, sekaligus pendiri mazhab iluminasi dalam filsafat Islam. Ia dilahirkan di Suhraward, sebuah desa yang terletak dekat Zanjan, Iran. Nama lengkapnya, Abu Al-Futuh Shahāb ad-Dīn Siddiqi Yahya ibn Habash ibn Amirak as-Suhrawardī. Tapi kemudian, lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Isyraq, dan setelah meninggal disebut sebagai Syeikh Maqtul.

Sheikh Shahab Al-Din Suhrawardi seperti bintang bersinar di angkasa hikmah dan filsafat Iran maupun dunia Islam dengan karyanya. Meskipun tidak berumur panjang, tapi Suhrawardi menghasilkan tidak kurang dari 50 karya, antara lain: Hikmah Al-Isyraq, Talwihat, Muqawamat, Masyari’ wa Mutharahat, Parto Nameh, Haykal Al-Nur, Alwah Imadi, Risalah Al-Thair, Avaz Par Jibrail, Aql Surh, Ruzi ba Jamaat Sufian, Risalah fi Halah al-Tufuliyah, Risalah fi Hakikah Al-Esgh dan Waridat va Taqdisat.

Berbagai karya Suhrawardi yang sebagian masih bisa kita nikmati hingga kini menjadi perhatian para sarjana. Karya berbahasa Farsi Suhrawardi disebut sebagai contoh terbaik karya filsafat berbahasa Farsi dalam sejarah sastra Iran. Bahkan menurut Hossein Nasr, dalam sejarah seribu tahun karya berbahasa Farsi, sebelum Suhrawardi belum ada orang yang menulis pembahasan filsafat dengan lembut dan mudah dicerna.

Selain itu, para peneliti yang mengkaji karya Suhrawardi yang sebagian ditulis dalam bahasa Arab, menilainya sebagai karya yang menarik. Karyanya menunjukkan karakter yang dinamis dan enerjik. Kebanyakan menjelaskan penafsiran pembahasan filsafat melalui cerita atau narasi irfani.

Risalah Farsi Suhrawardi tidak seragam. Misalnya kitab “Parto Nameh”, “Haykal al-Nur” dan Alwah Emadi merupakan karya mengenai hikmah teoritis yang sebagian mengikuti hikmah paripatetik Ibnu Sina. Tapi pembahasan mengenai Nafs dan ilahiyah sepenuhnya menjelaskan tentang hikmah Israqi yang disampaikan dalam bentuk tamsil dan rumus. 

Selain itu, Suhrawardi juga memiliki karya dalam bentuk cerita irfani. Dalam karyanya ini ia tidak hanya menjelaskan tentang hikmah dan marifat, tapi juga mengajak pembaca untuk memahami sebuah kondisi khusus mengenai kehidupan seorang isyraqi.

Sejumlah sarjana terkemuka seperti Hossein Nasr, Henry Corbin dan Louis Massignon termasuk deretan peneliti yang mencurahkan perhatian besar terhadap karya-karya Suhrawardi. Sebagian karya Suhrawardi diterbitkan ulang dengan editing dan catatan yang dikerjakan secara professional oleh Hossein Nasr dan Henry Corbin serta para sarjana lain.

Sebagian karya Suhrawardi belum diterbitkan kembali antara lain mengenai pembahasan ilmu alam, matematika dan logika yang masuk di bagian dari karya pentingnya Mutharahat, Muqawamat dan Talwihat. Selain itu, teks berbahasa Arab karyanya Alwah Imadi, Lamahat, dan Waridat wa Taqdisat sudah tidak ada lagi.

Henry Corbin dalam buku Jibrail Merah menerjemahkan sebagaian dari karya Farsi Suhrawardi. Corbin juga menerjemahkan seluruh karya Hikmah Al-Isyraq, dan juga syarah Qutb Al-Din Shirazi mengenai Hikmah Al-Isyraq yang menjadi salah satu referensi penting mengenai pemikiran Suhrawardi.

Para peneliti melakukan klasifikasi karya Suhrawardi menjadi beberapa kategori. Kategorisasi ini pertama kali dilakukan peneliti Perancis, Louis Massignon yang membagi karya Suhrawardi dalam tiga kategori. Massignon mengklisifikasikan karya Suhrawardi berdasarkan periode penyusunan karyanya.

Pertama, periode Suhrawardi muda, yang merupakan karya pertama Suhrawardi. Fase kedua adalah periode ketika filsafat paripatetik memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan Suhrawardi. Fase ketiga karya Suhrawardi menurut Massignon merupakan gabungan dari filsafat paripatetik Ibnu Sina dengan Plotinus.

Suhrawardi

Setelah Massignon, Henry Corbin melakukan kategorisasi karya Suhrawardi menjadi empat bagian. Kemudian, Hossein Nasr mengemukakan pandangannya mengenai pembagian karya Suhrawardi dalam lima kategori.

Kategori pertama, merupakan batu pijakan pertama filsafat iluminasi yang menjelaskan mengenai seluruh pemikiran apa saja yang memberikan pengaruh besar terhadap lahirnya mazhab hikmah Isyraq.

Kategori kedua adalah empat kitab besar mengenai pandangan dan ajaran Suhrawardi yang dipengaruhi oleh filsafat paripatetik Ibnu Sina. Seluruh karya tersebut ditulis dalam bahasa Arab. Pada pembahasan awal dimulai dengan filsafat paripatetik dengan penafsiran khas Suhrawardi. Kemudian, ia menjelaskan mengenai filsafat iluminasi atau hikmah Isyraq.

Seluruh bagian dalam empat kitab tersebut memiliki tiga pembahasan meliputi logika, ilmu alam dan teologi. Keempat kitab tersebut antara lain: Al-Talwihat, Al-Masyari’ wa a-Mutharahat, al-Muqawamat, dan Al-Lamahat.

Dari keempat karya tersebut, Al-Talwihat merupakan karya paling penting Suhrawardi. Al-Masyari’ wa a-Mutharahat merupakan penjelasan dari kitab Al-Talwihat. Sedangkan al-Lamahat adalah ringkasannya. Adapun kitab muqamawah merupakan lampiran dari Al-Talwihat.

Ketegori ketiga adalah risalah yang lebih pendek dalam bahasa Farsi dan Arab yaitu: Hikmah Al-Isyaraq, haykal Al-Nur dan Alwah Al-Imadi, Risalah Al-I’tiqad al-Hukama, Parto Nameh dan Bustan Al-Qulub. Sebagian peneliti meragukan Bustan Al-Qulub sebagai karya Suhrawardi. Tapi peneliti lain memberikan argumentasi yang lebih kuat bahwa Bustan Al-Qulub memang karya Suhrawardi.

Kategori keempat dari karya Suhrawardi dalam bentuk rumus dan cerita mengenai perjalanan mencapai Isyraq. Kebanyakan karyanya ditulis dalam bahasa Farsi, antara lain: Aghl Surkh, Shafir Semorgh, Avaz Par Jibrail, Lughat Moran, Risalat fi Halah Al-Tufuliyah, Ruzi ba Jamaat Sufian, serta risalah penting yang belum diterbitkan kembali yaitu: Al-Ghurbah al-Gharibah, dan  Risalah fi al-Miraj.

Kategori kelima dari karya Suhrawardi meliputi karya dan terjemahan serta penjelasan karya-karya filsafat pendahulunya dan pandangan mengenai ayat Al-Quran dan hadis Nabi, termasuk karya tafsir beberapa surat al-Quran dan sebagian hadis Rasulullah Saw. Tapi hingga kini karya tersebut belum dipublikasikan kembali.

Syarah Farsi kitab Al-Isyarah wa al-Tanbihah karya Ibnu Sina yang ditulis Suhrawardi termasuk dalam kategori kelima karyanya. Tapi karya ini belum diterbitkan kembali. Selain itu, terjemah Farsi Risalah al-Thair Ibnu Sina, dan karya Suhrawardi berjudul Haqiqah Al-Esygh atau Mones Al-Esygh yang berpijak pada Risalah fi Al-Esygh Ibnu Sina termasuk di dalam kategori kelima.

Kategori keenam karya Suhrawardi mengenai munajat dan doa yang seluruhnya dalam bahasa Arab. Tapi amat disayangkan karya tersebut tidak diterbitkan kembali. Klasifikasi karya Suhrawardi tidak mudah dan perlu kajian yang lebih dalam. Namun setidaknya, kategorisasi ini membantu memetakan pemikiran Suhrawardi ditinjau dari karyanya yang beragam.