Pesona Iran yang Mendunia (86)
Mir Sayid Ali Hamedani memainkan peran besar dalam penyebaran Islam di anak benua India termasuk Kashmir. Pemimpin tarikat Kubrawiya ini pasca kematiannya disebut sebagai Hamedaniah. Sejumlah peneliti meyakini kunjungan Mir Sayid Ali Hamedani ke Kashmir di abad ke delapan Hijriyah sebagai salah satu faktor penyebaran Islam Syiah di wilayah ini.
Mir Sayid Ali Hamedani berjasa besar dalam penyebaran sastra dan budaya Persia di kawasan Subkontinen India. Berbagai karyanya dalam bahasa Farsi memberikan pengaruh besar di wilayah tersebut. Beliau memiliki banyak pengikut di Kashmir. Tempat tinggal yang dahulu ditempatinya menjadi tempat ziarah. Makamnya di Tajikistan menjadi tempat ziarah yang dikunjungi banyak orang. Bahkan disebut sebagai tokoh kebudayaan Islam negara ini.
Mir Sayed Ali Hamedani dilahirkan di kota Hamedan, yang terletak di wilayah barat Iran pada hari Senin 12 Rajab 714 Hq. Ayahnya, Amir Shahab Al-Din Hassan bin Sayid Muhammad Hamedani adalah salah seorang penguasa Hamedan dan mereka termasuk keturunan Rasulullah Saw dari jalur Imam Husein.
Ali Hamedani mengenyam pendidikan dasar di bawah bimbingan langsung uwaknya, Sayid Alauddin, yang termasuk salah seorang arif. Di usia 12 tahun, Ali Hamedani dibimbing Sheikh Abu Barakat Taqi al-Din Ali Dosti dan para guru lainnya untuk mempelajari berbagai ilmu pengatahuan dan hikmah serta Irfan.
Setelah menempuh berbagai tingkatan suluk di bawah asuhan para arif seperti Alauddin Semnani, akhirnya ia diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di luar area Iran atas fatwa lebih dari 30 ulama besar di zaman itu. Beliau mengunjungi berbagai tempat dari Suriah, Romawi, India hingga Mekah untuk menunaikan ibadah haji.
Selama 21 tahun, beliau menempuh perjalanan dari satu daerah ke daerah lain dan tidak pernah menetap lama di suatu tempat. Dalam perjalanan panjang ini, beliau bertemu dengan sekitar 1.400 guru dan arif. Pada tahun 753 Hq, Ali Hamedani kembali ke tanah kelahirannya dan menikah. Tapi tahun 773 Hq kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan Hamedan menuju berbagai tempat yang jauh dari tempat kelahirannya.
Sayid Ali Hamedani memiliki banyak murid di Iran, serta Asia Tengah dan Selatan. Salah satunya yang terkenal adalah Nuruddin Jafar Badakhshi yang menyusun buku berjudul “Khulasah Al-Manaqib” yang bercerita tentang perjumpaannya dengan Sayid Ali Hamedani, dan keutamaan gurunya itu ketika mengunjungi Khatlon, Tajikistan.
Khawaja Ishaq Khatloni termasuk murid Sayid Ali Hamedani yang pernah belajar kepadanya. Selain itu, ia juga menjadi menantu gurunya itu, dan mendampinginya dalam berbagai perjalanan sayid Ali Hamedani dalam menyebarkan ajaran Islam.
Di berbagai tempat yang dikunjunginya, masyarakat menyambut kehadiran Sayid Ali Hamedani dengan penuh hormat. Mereka mengenal Sayid Ali Hamedani sebagai orang yang zuhud dan bertakwa. Selain itu, beliau dikenal luas oleh masyarakat dari berbagai kalangan sebagai ulama yang berilmu tinggi.
Pengaruh spiritualnya yang tinggi di tengah masyarakat umum menjadikan Sayid Ali Hamedani disegani oleh para penguasa setiap daerah yangi disinggahinya. Nasehatnya didengar oleh para penguasa. Bahkan, setelah wafatpun makam Sayid Ali Hamedani di Tajikistan ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai lapisan. Setiap orang Tajikistan seperti berlomba-lomba untuk memperindah makamnya di Khatlon.
Rumah Sayid Ali Hamedani di Kashmir dijadikan sebagai masjid bersejarah. Tidak lupa masyarakat mambangun prasasti untuk mengingat kehadiran arif besar Iran ini di Kashmir. Bangunan yang sudah berdiri sejak awal abad kesembilan Hijriah ini tetap lestari hingga kini, dan menjadi salah satu pusat aktivitas Muslim sekaligus tempat bersejarah di subkontinen India. Sebagai bentuk penghormatan terhadap Sayid Ali Hamedani, sejumlah masjid dan madrasah di Kashmir dinamai dengan nama arif besar Iran itu.
Sayid Ali Hamedani menulis lebih dari 110 jilid buku dan risalah serta puisi di berbagai bidang dari tafsir al-Quran, hadis, filsafat, hikmah, akhlak, Irfan dan sastra. Sebagian karyanya telah diterjemahkan ke bahasa Urdu, Turki, Pashtu dan Perancis. Tidak hanya itu, lahir syarah atau komentar terhadap karya-karya beliau dari para para ulama dan arif.
Sejak usia 20 tahun, Sayid Ali Hamedani telah mengunjungi berbagai negara untuk menyebarkan ajaran Islam. Kunjungannya tersebut dilakukan bersama 700 orang pengikut serta muridnya yang dilakukan selama bertahun-tahun. Salah satu tempat yang dikunjungi Sayid Ali Hamedani adalah Kashmir.
Di tempat ini pula para pengikutnya yang sebagian adalah sayid membangun peradaban Islam. Di sebuah tempat bernama Alauddin Pureh di sekitar sungai Jhelum, yang saat ini masuk wilayah Srinagar, Kashmir, dibangun masjid untuk mengenang jasa Sayid Ali Hamedani dalam penyebaran Islam di wilayah itu.
Shahid Muthahari dalam bukunya “Kontribusi Timbal Balik Antara Iran dan Islam” menyinggung peran Mir Sayid Ali Hamedani dalam penyebaran Islam di Kashmir. Mutahari menulis, “Salah seorang yang berjasa dalam penyebaran Islam di Kashmir adalah Mir Sayid Ali Hamedani. Manusia besar ini adalah tokoh Muslim yang berhasil mendidik ribuan murid di Kashmir, dan masing-masing menjadi guru. Kedudukan Sayid Ali sangat terhormat di Kahmir, dan masyarakat hingga kini masih menziarahinya,”.
Filsuf Perancis, Henry Corbin menyebut Mir Sayid Ali Hamedani sebagai pelopor bagi kemajuan Kashmir, bahkan di bidang seni. Corbin menulis, “Hamedani meretas jalan baru. Jika karyanya disebarkan, maka banyak filsuf yang akan melirik karya-karya Hamedani. Di luar karya intelektualnya, para peneliti dan sejarawan berkeyakinan bahwa penyebaran seni di Kashmir juga dipengaruhi oleh kehadiran sayid Ali Hamedani, dan para seniman bersamanya di subkontinel India dan Kashmir,”.
Sepanjang hidupnya, Mir Sayid Ali Hamedani mengunjungi Kashmir sebanyak tiga kali. Pada tahap pertama, beliau bersama 700 murid dan pengikutnya yang sebagian besar adalah sayid, penyair, sufi dan seniman mengunjungi Kashmir. Kunjungan mereka memberikan pengaruh besar terhadap warga dan penguasa Kashmir. Para seniman kaligrafi, rajutan, dan keramik mendampingi kunjungan Mir Sayid Ali Hamedani ke Kashmir. Kehadiran mereka memberikan pengaruh terhadap kemajuan seni kerajinan tangan di wilayah itu.
Sayid Ali Hamedani melakukan dialog dengan warga dan para penguasa serta rohaniawan Hindu dan Budha. Bahkan ia membuka debat dengan para pemimpin agama lokal. Selama lima tahun kehadirannya di Kashmir, sebanyak 37.000 orang warga Kashmir menganut ajaran Islam. Mereka terpengaruh oleh akhlak dan spiritualitas Sayid Ali Hamedani.
Selain menyebarkan ajaran Islam, Mir Sayid Ali Hamedani berperan besar dalam mengenalkan Bahasa Farsi dan kebudayaan Iran di Kashmir. Secara keseluruhan, kehadiran Sayid Ali Hamedani dan perannya di bidang agama, budaya dan sosial berperan positif bagi Kashmir.
Mir Sayid Ali Hamedani membangun sebuah program konstruktif di Kashmir, dan menjadikan daerah itu sebagai pusat penyebaran Islam ke daerah lain di sekitarnya. Sekolah agama pertama yang dibangun oleh Mir Sayid Ali Hamedani di Kashmir adalah sekolah al-Quran. Kemudian, Sultan Sahabuddinb atas saran Sayid Ali Hamedani membangun sekolah al-Quran di sekitar daerah itu. Selain sekolah al-Quran, Sayid Ali Hamedani juga membangun perpustakaan di Kashmir dan menyediakan sumber ilmu-ilmu Islam dalam Bahasa Arab dan Farsi.
Para ulama menyebut Mir Sayid Ali Hamedani sebagai “Sultan Al-Arifin”, sedangkan orang-orang Kashmir menamai beliau sebagai “Pendiri Islam”, “Ali Kedua”., dan para muridnya menyebut sayid ali sebagai “Shah Hamedan”. Orang-orang Tajikistan menamai Sayid Ali dengan julukan “Amir Kabir” dan Hazrat Amir Khan”.(PH)