Des 22, 2019 16:18 Asia/Jakarta
  • perkembangan sains dan teknologi Iran
    perkembangan sains dan teknologi Iran

American Physical Society (APS) memberikan penghargaan kepada dua warga negara Iran sebagai juri unggul pada publikasi mereka untuk tahun 2019.

Yasaman Farzan seorang dosen peneliti di Institute for Research in Fundamental Sciences, dan International Centre for Theoretical Physics, dan Vahid Karimipour, dosen di Fakultas Ilmu Fisika, Universitas Teknologi Sharif, mendapatkan penghargaan sebagai juri untuk jurnal-jurnal APS tahun 2019.
 
Pada tahun 2019, APS memberikan penghargaan kepada 143 juri unggul dunia termasuk dua peneliti Iran. 
 
Pemilihan juri terbaik APS dimulai sejak tahun 2008 dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada para ilmuwan yang terlibat aktif dalam evaluasi dan penerbitan makalah-makalah ilmiah APS. 
 
Program ini setiap tahun memberikan penghargaan kepada sekitar 150 juri dari 71.000 juri dunia yang aktif.
 
Para juri terbaik dipilih dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan waktu pengiriman makalah ilmiah juri tanpa melihat keanggotaan mereka dalam APS, negara atau wilayah serta bidang penelitiannya.
 
----
 
Para peneliti Universitas Azad Eslami berhasil menciptakan sebuah mesin pembersih lumpur dan lanau di daerah-daerah yang terkena banjir. 
 
Alat ini digunakan di rumah-rumah yang tidak memungkinkan mesin pengeruk atau ekskavator bekerja. 
 
Menurut salah satu peneliti, mesin ini adalah sebuah alat bor tanah horizontal yang bekerja di medan horizontal dan vertikal, dan bisa digunakan dengan mudah di daerah-daerah dilanda banjir. 
 
Alat bor tanah ini dilengkapi roda sehingga memudahkannya bergerak. Selain itu ia dilengkapi sebuah mesin dengan kekuatan 18 tenaga kuda yang pada kenyataannya mampu membersihkan berbagai jenis tanah dan lumpur dengan mudah. 
 
Mata bor yang dipasang pada alat ini mempermudah proses melubangi tanah atau lumpur serta lanau.
 
Menurut para peneliti, saat ini kebanyakan alat bor tanah digunakan untuk membersihkan lumpur bekas banjir, namun karena ukurannya besar menyebabkannya tidak bisa masuk rumah yang tertimbun tanah atau lumpur pasca banjir. 
 
Maka dari itu, alat ini dibuat agar bisa digunakan di ruangan yang sempit. Alat yang dirancang dalam waktu 48 jam ini memiliki lebar 90 cm, panjang 2 meter serta tinggi 3 cm. Ia bisa dinaikkan atau diturunkan hingga 2 meter. 
 
Tugas utamanya membersihkan tanah, dan memindahkan tanah, lumpur atau lanau ke bagian belakang mesin dengan bantuan bilah, dan bagian ujung alat ini juga bisa dipasangi tangki untuk menyimpan tanah atau lumpur yang dibersihkan. 
 
Para peneliti menjelaskan, ini adalah alat pertama pembersih tanah atau lumpur bekas banjir yang bisa bekerja selama 6 jam, dan setelah beristirahat selama satu jam, bisa digunakan kembali. 
 
Volume tanah yang dikeluarkan diperkirakan mencapai satu meter persegi dalam hitungan satu menit.
 
Sekarang alat tersebut sudah dikirim ke daerah terkena banjir Pol Dokhtar, Iran.
 
Yasaman Farzan and Vahid Karimipour

----

Seorang perempuan asal Swedia menjadi pasien pertama di dunia yang hamil setelah menjalani transplantasi rahim menggunakan robot. 
 
Kini, perempuan yang tidak disebutkan namanya itu telah melahirkan bayi laki-laki dengan berat 2,9 kg  melalui operasi caesar, setelah mengandung selama 36 minggu.
 
Dikutip dari Media Indonesia (10 April 2019), transplantasi rahim menggunakan robot ini merupakan prosedur baru. Pada 2017, perempuan ini sempat menyedot perhatian internasional, ketika dokter yang menanganinya mengumumkan dia sudah hamil. 
 
Transplantasi uterus ini memerlukan pembedahan untuk mengangkat rahim  perempuan dan menanamkannya ke rahim perempuan lain yang tidak dapat memiliki bayi secara alami.
 
Perempuan itu, seperti dilansir Daily Mail, mula-mula mendapat donor rahim di Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska pada Oktober 2017. 
 
Para petugas medis mengungkapkan perempuan dan bayi tidak mengalami komplikasi dan operasi caesar sudah direncanakan. Dokter yang ikut menangani perempuan ini, Pernilla Dahm-Kähler berkata, "suatu perasaan yang luar biasa dapat melahirkan anak yang sangat dirindukan dan istimewa."
 
Sementara Pemimpin Prosedur Transplantasi, Mats Brännström mengatakan, pengalaman tersebut menjadi langkah penting mengembangkan operasi terkait transplantasi uterus dan keamanannya. 
 
"Untuk pertama kalinya, kami menunjukkan teknik bedah robot yang kurang invasif dapat dilakukan," imbuhnya.
 
Dewasa ini sudah ada 15 bayi yang lahir dari transplantasi rahim di seluruh dunia. 
 
Sembilan diantaranya dilahirkan sejurus dengan prosedur yang berlaku di Swedia, namun khusus kelahiran bayi terakhir ini menjadi bukti atas keberhasilan transplantasi rahim menggunakan robot.
 
Rumah Sakit di University of Gothenburg sebenarnya memiliki lima pasien perempuan yang telah menjalani transplantasi rahim melalui operasi robot, meski belum ada yang hamil. 
 
Salah seorang dokter mengatakan, menggunakan robot untuk operasi itu sangat baik dan tidak merusak pendonor.
 
Sementara bayi-bayi lain yang lahir berkat transplantasi rahim seperti di Swedia, dapat ditemukan di Amerika Serikat, Brasil, Serbia, dan India. 
 
Sayangnya para dokter mengaku kekurangan pendonor, sehingga sebagian besar perempuan yang memberikan rahim mereka kebanyakan berasal dari anggota keluarga atau teman dekat.
 
Cerita sukses juga dialami Fabiana Amorim de Lima, dari Brasil. Ia melahirkan Luisa Santos melalui operasi caesar pada Desember 2017 atau setelah hamil selama 35 minggu. 
 
Fabiana merupakan perempuan yang mendapatkan donor rahim dari perempuan yang sudah meninggal. 
 
Dokter lantas mengatakan penggunaan rahim perempuan yang sudah meninggal dapat menawarkan harapan bagi calon ibu, karena mereka akan lebih mudah menemukan donor yang bersedia dan cocok. 
 
Kelahiran Luisa kemudian turut menjadi bukti prosedur itu dapat dilakukan dengan aman.[]