Jun 08, 2020 19:48 Asia/Jakarta

Ratusan jurnalis di Amerika Serikat menjadi sasaran kekerasan oleh polisi yang beusaha membubarkan demonstran anti-rasisme di negara ini.

Demonstrasi luas melanda berbagai kota di Amerika sebagai buntut dari perilaku rasis dan kekerasan terstruktur polisi negara ini terhadap warga kulit hitam, di mana korban terbaru adalah George Floyd yang tewas pada tanggal 25 Mei 2020 di  Minneapolis.

Diskriminasi, rasisme dan kekerasan terhadap warga kulit berwarna, khususnya warga kulit hitam di Amerika Serikat, seumur dengan sejarah negara ini dan selalu menjadi salah satu hal yang dibenci oleh masyarakat Amerika.

Warga kulit hitam di Amerika telah melakukan upaya luas untuk  mencapai hak-haknya dan memerangi rasisme, namun belum membuahkan hasil dan mereka masih menjadi korban diskriminasi dan rasialisme.

Perserikatan Bangsa-bangsa pada Kamis (4/6/2020 mengecam "rasisme struktural" di AS dan menyuarakan kekhawatiran atas serangan terhadap para wartawan yang meliput aksi protes kematian George Floyd.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet bersikeras bahwa tuntutan dalam demonstrasi George Floyd yang telah meletus di ratusan kota AS perlu didengar dan diatasi, jika AS ingin maju.

"Suara-suara yang menyerukan diakhirinya pembunuhan orang-orang Afrika-Amerika yang tidak bersenjata perlu didengar," ujarnya.

Dia menambahkan, suara-suara yang menyerukan diakhirinya tindakan kekerasan polisi terhadap wartawan dan demonstran perlu didengar, dan suara-suara yang menyerukan diakhirinya rasisme endemik dan struktural yang merusak masyarakat AS juga perlu didengar.

Bachelet lebih lanjut menekankan perlunya kepemimpinan yang jelas dan konstruktif untuk membawa negara melewati krisis. Dia mengatakan, ketika krisis, suatu negara membutuhkan para pemimpinnya untuk mengecam rasisme dengan tegas dan untuk mendengarkan dan belajar serta mengambil tindakan yang benar-benar mengatasi ketidaksetaraan.

 

Di bagian lain pernyataannya, Bachelet menyuarakan kekhawatiran khusus karena setidaknya 200 wartawan telah diserang atau ditangkap saat meliput unjuk rasa, meskipun mereka memiliki kartu identitas pers yang jelas.

Dia mengatakan, apa yang terjadi adalah serangan tak terduga terhadap jurnalis, dan dalam beberapa kasus, mereka telah diserang atau bahkan ditangkap saat siaran.

Menurutnya, tindakan itu jauh lebih mengejutkan mengingat bahwa kebebasan berekspresi dan media adalah prinsip dasar di AS, pusat identitas negara. Bachelet menegaskan, wartawan harus dapat melakukan pekerjaan penting mereka bebas dari serangan atau penindasan.

Di bagian akhir statemennya, Bachelet meminta para demonstran untuk menahan diri. Selain itu, dia juga menyuarakan keprihatinan mendalam atas pernyataan yang berusaha menyebut demonstran sebagai teroris. Dia mengakui bahwa "rasisme struktural dan kekerasan polisi" ditemukan dalam aksi protes itu. (RA)

Tags