Warta Berita 14 September 2020
Warta Berita 14 September 2020
IRGC: Penguasa Bahrain Tunggu Pembalasan Pejuang Al Quds !
Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengecam keras dijalinnya hubungan diplomatik Bahrain dan rezim Zionis Israel, dan menegaskan, penguasa Bahrain harus menunggu pembalasan tegas para pejuang pembebasan Al Quds, dan rakyat negara ini.
Fars News (13/9/2020) melaporkan, IRGC mengumumkan, langkah memalukan rezim Al Khalifa, dan penguasa Bahrain lainnya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, bertentangan dengan kehendak, dan cita-cita rakyat Muslim negara ini. Kebodohan besar, dan ilegal ini akan mendapat balasan keras.
Ditambahkannya, efek domino normalisasi hubungan sebagian negara Arab dengan Israel yang didesain Amerika Serikat dan presiden bodohnya itu, akan menghinakan bangsa-bangsa Muslim, dan terlaksananya perampokan kekayaan mereka, serta terjaganya keamanan penjajah Palestina, dan Al Quds.
"Sampai kapanpun hal itu tidak akan pernah terwujud, dan hitung mundur peningkatan kekuatan, tekad, dan kehendak umat Islam dalam memunculkan kapasitas tersembunyi perlawanan terhadap Israel untuk menghapus Israel dari peta Dunia Islam, akan segera terjadi," pungkasnya.
Bentrok dengan Teroris, Tiga Tentara Lebanon Tewas
Pasukan Lebanon mengabarkan tewasnya tiga tentaranya dalam bentrokan senjata dengan kelompok teroris di utara negara itu.
Militer Lebanon, Minggu (13/9/2020) malam mengumumkan, seorang tentara negara ini terluka parah saat melakukan pemeriksaan di salah satu rumah anasir teroris buron di kota Tripoli, utara Lebanon.
Pasca insiden itu, pasukan Lebanon mengejar tiga anasir teroris pelaku penembakan tersebut, dan terlibat kontak senjata di sebuah lahan pertanian.
Dalam bentrokan tersebut, militer Lebanon berhasil menembak mati salah satu pemimpin Daesh di utara negara itu. Seperti dilaporkan, situs Al Ahed, Khaled Al Talawy yang dikenal sebagai teroris Daesh paling berbahaya di Lebanon, Minggu (13/9) malam tewas di tangan militer Lebanon.
Sebelumnya Menteri Dalam Negeri Lebanon memperingatkan aktivitas beberapa sel Daesh yang berusaha memanfaatkan situasi politik Lebanon untuk memulai kembali aksinya.
Jihad Islam: Rezim-rezim Arab akan Tumbang oleh Rakyatnya Sendiri
Biro Politik Jihad Islam Palestina mengatakan, tumbangnya rezim-rezim Arab oleh sejarah, dan rakyatnya sendiri akan mengakhiri impian mereka soal normalisasi hubungan dengan penjajah.
IRIB (13/9/2020) melaporkan, anggota Biro Politik Jihad Islam Palestina, Yousuf Al Hasayna, Minggu (13/9) kepada rezim-rezim Arab mengatakan, kalian akan terguling oleh sejarah, dan rakyat kalian sendiri.
Ia menambahkan, rakyat Bahrain meski ditekan kebijakan menindas penguasa negara ini, namun mereka telah menunjukkan pembelaannya terhadap bangsa Palestina dengan penuh keikhlasan.
Sebelumnya Hamas mengumumkan, normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel yang dilakukan dengan cepat oleh sebagian negara Arab, sama halnya dengan pengkhianatan terhadap Palestina, dan cita-citanya.
UEA Kirim Pasukan Serigala Merah ke Abyan, Yaman
Pasukan Uni Emirat Arab, dengan maksud untuk mengakhiri pertempuran di Abyan demi keuntungannya, mengirim divisi yang dikenal dengan Serigala Merah ke wilayah ini.
Fars News (14/9/2020) melaporkan, di tengah upaya Arab Saudi untuk menerapkan kesepakatan Riyadh, dan mekanisme barunya, pertempuran antara Dewan Transisi Selatan Yaman, dan pasukan Mansour Hadi di selatan Yaman terus berlangsung.
Situs berita Al Khabar Al Yamani mengabarkan, di sisi lain, pasukan afiliasi UEA dengan maksud untuk mengakhiri pertempuran di Abyan, mendatangkan persenjataan, dan pasukan tambahan ke wilayah itu.
Mengutip sumber lokal, Al Khabar Al Yamani menulis, tiga divisi pasukan yang dikenal sebagai Serigala Merah didatangkan ke Abyan, mereka adalah pasukan bayaran lokal, dan asing.
Pasukan ini juga akan dikirim ke front terdepan Socotra untuk mengubah pertempuran yang setiap hari terjadi di wilayah itu sehingga menguntungkan UEA, dan membuka kemungkinan masuknya pasukan ini ke Shabwa.
Militer Inggris Ketakutan atas Rudal Strategis Rusia
Perwira tinggi pasukan kerajaan Inggris, Letjend Jim Hockenhull mengatakan, rudal strategis Rusia, Burevestnik adalah ancaman sangat serius bagi Inggris dan Amerika Serikat.
Fars News (14/9/2020) mengutip kantor berita Sputnik melaporkan, Kepala Dinas Intelijen, Kementerian Pertahanan Inggris menuturkan, rudal strategis Burevestnik mampu bertahan selama bertahun-tahun di atmosfir jika diperlukan, dan bisa menjadi ancaman kapan saja.
Menurut Letjend Jim Hockenhull, Moskow sedang menguji sistem rudal jelajah bertenaga nuklir sub-sonik yang memiliki jangkauan global, dan memungkinkan serangan dari arah yang tidak terduga.
Ia menambahkan, kemampuan Rusia ini dapat meningkatkan risiko serangan langsung ke infrastruktur pertahanan Inggris, dan sekutu-sekutunya, baik dengan menggunakan senjata konvensional, maupun nuklir.
Rudal jelajah Burevestnik adalah satu dari enam rudal strategis Rusia yang diluncurkan langsung oleh Presiden Vladimir Putin pada Maret 2018 lalu.
Mantan Presiden Tunisia: Gelombang Ketiga Revolusi Arab akan Pecah
Mantan presiden Tunisia merespon kesepakatan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab dan Bahrain, dengan rezim Zionis Israel. Ia memprediksikan gelombang ketiga Revolusi Arab segera pecah, dan kesepakatan-kesepakatan itu akhirnya akan dicabut.
Fars News (14/9/2020) melaporkan, Moncef Marzouki menegaskan, kesepatakan normalisasi hubungan sejumlah rezim boneka Arab dengan Israel tidak lama lagi akan hangus.
Ia menambahkan, alasan yang sama telah menciptakan gelombang kedua Revolusi Arab di Sudan, Irak, dan Lebanon pasca gelombang pertama di negara-negara itu, dan sampai sekarang gelombang itu masih ada terutama karena korupsi, penindasan, kemiskinan, dan keengganan rezim tiran untuk melakukan reformasi politik, ekonomi, sosial, dan berdamai dengan rakyatnya sendiri.
Seperti ditulis surat kabar Al Quds Al Arabi, mantan presiden Tunisia menjelaskan, kesepakatan-kesepakatan normalisasi hubungan sebagian rezim Arab dengan Israel akan ditandatangani, dan sampai kapanpun rezim-rezim itu tidak akan pernah bisa memaksakan kesepakatan ini kepada rakyatnya, karena mereka menentang tunduk pada Israel, dan menolak hubungan dengan rezim itu.
Sebelumnya Moncef Marzouki memprediksikan munculnya gelombang baru Revolusi Arab, dan kali ini gelombang tersebut akan melampaui Aljazair, dan Sudan, dan akan sampai ke Arab Saudi dan beberapa negara Arab lain.