Perkembangan Iptek di Iran dan Dunia (151)
Des 01, 2020 17:44 Asia/Jakarta
Altmetrics adalah perusahaan penyedia data ilmiah yang melacak penelitian-penelitian yang sudah dipublikasikan, mendapat perhatian di media online, digunakan dalam dokumen pengambilan kebijakan, dan penggunaan lain, serta bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
Baru-baru ini, perusahaan tersebut memasukkan makalah ilmiah bertema “Dampak Sanksi Amerika terhadap Partisipasi Sains Internasional para Peneliti Iran” yang dipublikasikan oleh BMJ Global Health pada tahun 2019, ke dalam 5 persen makalah terbaik Altmetrics.
Abdolsamad Keramat Far, Kepala Divisi Analis, Pusat Informasi Sains, Jihad Universitas Iran, merupakan satu dari 9 penulis yang menyusun makalah ilmiah ini. Skor Altmetrics mencerminkan tingkat perhatian, dan jangkauan serta popularitas hasil penelitian ilmiah. Tujuannya untuk menyediakan tolok ukur tingkat perhatian terhadap sebuah hasil riset.
Berdasarkan algoritma Altmetrics, skor ditentukan dari volume pembahasan, dan pembicaraan tentang sebuah hasil penelitian yang didapat dari sumber-sumber media arus utama, dokumen kebijakan publik, jejaring sosial dan akademik, forum tinjauan pasca-publikasi, dan yang terbaru, Wikipedia dan Proyek Silabus Terbuka.
Makalah bertema “Dampak Sanksi Amerika terhadap Partisipasi Sains Internasional para Peneliti Iran” diliput berbagai media internasional seperti The Scientist.
Tim Universitas Teknologi Amirkabir, Tehran, dengan merancang sebuah mobil yang dioperasikan dengan reaksi-reaksi elektrokimia, berhasil menduduki peringkat ketiga dalam kompetisi internasional Chem-E Car 2019 di Jerman, yang menghadirkan juri dari TU Dortmund, perusahaan BASF, Merck, Evonik, dan Inburex.
Dalam kompetisi ini, 33 tim turut berpartisipasi, dan tim dari Universitas Teknologi Amirkabir adalah satu-satunya perwakilan Iran, dan Asia. Tim ini mendesain, dan menciptakan sebuah mobil yang digerakan oleh reaksi-reaksi elektrokimia, dan berhenti dengan cara mengontrol tingkat reaksi elektrokimia.
----
Para peneliti di Pusat Riset Royan, dan Universitas Ilmu Kedokteran Qazvin, Iran, menelaah dampak pengobatan, dan efek samping penggunaan Fibroblas Individual pada proses peremajaan, dan pemulihan lesi kulit. Mereka berkesimpulan bahwa keriput, dan jerawat dapat disembuhkan dengan sel punca orang yang telah sembuh.
Peremajaan, dan pemulihan lesi kulit merupakan salah satu kebutuhan orang di bidang medis, di seluruh dunia. Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa transplantasi sel punca seseorang, dapat menyebabkan peremajaan kulit.
Dengan maksud untuk menguji bahwa penggunaan sel punca untuk jangka panjang tidak berbahaya, dan efektif, para peneliti merancang sebuah kajian kllinis fase kedua yang di dalamnya 57 orang dengan kerut, dan keriput (37 orang dengan 132 tempat berobat), atau bekas jerawat (20 orang dengan 36 tempat berobat), dengan skor yang jelas dari kerusakan kulit, di tiga fase mendapatkan suntikan sel Fibroblas Individual yang diambil badan pasien, di atas kulit keriput, dengan jarak 4-6 minggu. Efek samping yang muncul 2, 6, 12, dan 24 bulan pasca penyuntikan terakhir, dikaji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode ini minimal memberikan dua skor pemulihan pada keriput, dan bekas jerawat. Enam bulan pasca suntikan terakhir, 90,1 persen lokasi keriput, dan 86,1 persen bekas jerawat, minimal pulih satu derajat. Begitu juga sedikitnya 56,1 persen keriput, dan 63,9 persen bekas jerawat, pulih dua derajat. Para pasien mendapatkan skor kesembuhan baik atau sangat baik pada 70,5 keriput, dan 72,2 persen bekas jerawat.
Pemulihan yang dicapai bertahan hingga 24 bulan, dan selama masa pengkajian tidak ditemukan munculnya efek samping. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan Fibroblas Individual dalam proses peremajaan, dan pemulihan lesi kulit, efektif, dan dalam jangka panjang tidak membawa efek samping. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Cell Journal.
Meski pemanasan global mengancam hidup banyak spesies makhluk hidup, namun penemuan sebuah spesies yang dianggap sudah punah, telah membangkitkan harapan para peneliti. Tikus-Rusa perak Vietnam, binatang kecil langka yang sekilas mirip rusa, tapi beberapa karaktistik fisik tubuhnya mirip tikus.
Binatang ini terakhir kali terlihat di alam liar 30 tahun lalu, dan seluruh generasinya dikira telah punah total. Akan tetapi baru-baru ini kamera CCTV berhasil menangkap keberadaan mereka di hutan Vietnam.
Tikus-Rusa Vietnam ukuran tubuhnya sebesar kelinci, dan untuk pertama kali ditemukan seabad lalu di Vietnam. Terakhir kali seekor Tikus-Rusa dibunuh pemburu pada tahun 1990 di Vietnam, dan setelah itu ia tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya.
Namun terkadang warga desa Vietnam mengaku melihat hewan ini di hutan, dan padang terpencil, tapi tidak adanya bukti yang meyakinkan menyebabkan para ilmuwan, dan ahli zoologi berkesimpulan bahwa Tikus-Rusa Vietnam adalah bintang yang sudah punah.
Hingga akhirnya tiga tim peneliti internasional memasang 30 kamera CCTV sensitif di tiga provinsi Vietnam untuk mengambil gambar binatang ini. Enam bulan kemudian salah satu kamera CCTV mereka berhasil menangkap gambar binatang tersebut.
Para peneliti saat ini sedang berusaha meneliti lebih jauh untuk mengetahui seberapa banyak Tikus-Rusa Vietnam, hidup di berbagai wilayah negara ini.[]
Tags