Jan 30, 2021 20:08 Asia/Jakarta

Lebih dari 300 organisasi anti-perang dari 28 negara telah menandatangani seruan untuk menentang perang di Yaman, di mana hal ini menjadikan koordinasi anti-perang internasional terbesar sejak kampanye melawan perang di Irak.

Sayangnya, karena penyebaran pandemi COVID-19, banyak dari protes fisik yang direncanakan harus ditunda tetapi gerakan global tersebut tidak akan berhenti.

Protes ini dijadwalkan berlangsung hanya beberapa hari setelah pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat, yang telah berjanji untuk mengakhiri dukungan negaranya untuk perang di Yaman.  

The World Says No to War on Yemen mengumpulkan sekelompok suara terkemuka dari seluruh dunia untuk berbicara menentang perang yang sangat brutal di Yaman dan menyerukan agar agresi militer ke Yaman segera diakhiri.

Sebelumnya, ratusan organisasi anti-perang di seluruh dunia menyerukan hari aksi internasional pada 25 Januari 2021 dan menyerukan protes di kota-kota di seluruh dunia. Mereka menyerukan kepada orang-orang di seluruh dunia untuk memprotes perang pada 25 Januari 2021, hanya beberapa hari setelah pelantikan Biden dan sehari sebelum Inisiatif Investasi Masa Depan 'Davos in the Desert' Arab Saudi.

Sejak agresi pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman yang dimulai pada Maret 2015, pemboman dan blokade terhadap negara ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan infrastruktur vital Yaman.

PBB menyebut situasi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Separuh penduduk negara itu berada di ambang kelaparan. Blokade darat, laut dan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi juga membuat penderitaan rakyat Yaman kian hari meningkat.

Selain itu, penyebaran Virus Corona, COVID-19 di Yaman mengancam nyawa rakyat negara ini. Yaman memiliki kasus wabah kolera terburuk di dunia dalam sejarah modern dan mempunyai tingkat kematian yang tinggi akibat COVID-19.  

Satu dari empat pasien COVID-19 di Yaman dinyatakan meninggal dunia. Akibat blokade, banyak bantuan yang tidak sampai ke rakyat Yaman dan kondisi ini akan mendorong lebih banyak orang yang kelaparan akut.

Meski kondisi Yaman memburuk, namun Arab Saudi meningkatkan perangnya di negara itu dan bahkan memperketat blokadenya di Yaman. Perang hanya mungkin terjadi karena negara-negara Barat -AS dan Inggris pada khususnya- terus menjual senjata ke Arab Saudi dan memberikan dukungan militer, politik, dan logistik untuk perang. Kekuatan Barat adalah peserta aktif dalam perang di Yaman dan memiliki kekuatan untuk menghentikan krisis kemanusiaan paling akut di dunia.

Ratusan organisasi anti-perang juga meminta individu dan organisasi di mana pun untuk menyerukan protes -dengan tetap memake masker dan tindakan pencegahan keamanan lainnya- di kota mereka dan menjelaskan bahwa "DUNIA MENGATAKAN TIDAK PERANG MELAWAN YEMEN." (RA)